Oleh : Ace Somantri *)
BANDUNG,MENARA62.COM – Cahaya terang membawa penerang dalam kegelapan, ada tokoh kaum hawa di negeri ibu pertiwi, sosoknya menjadi pejuang perempuan yang selalu menjadi sorotan setiap tanggal 21 April. Sebenarnya banyak tokoh perempuan yang legendaris dalam memberikan cahaya kemerdekaan, kebebasan dan kemajuan kaum hawa Indonesia di manapun berada.
Selain Ibu Kartini, ada sosok lebih dahulu ikut turut serta membangun peradaban melalui perlawanan terhadap penindasan sosial, ideologi dan faham agama dan juga nilai kemanusiaan yang tidak memanusiakan. Sosok tersebut memiliki profil yang yang sangat membanggakan contohnya, Cut Nya Dien, Cut Meuthia, laksamana Mahalayati, Marta Christina Tiahahu dan juga penggerak perempuan sebelum kemerdekaan Nyai Walidah Dahlan, dan mereka semua pahlwan bangsa. Hanya yang selalu diperingati dalam catatan histori kalender dipastikan setiap tanggal 21 April adalah sangat kental dengan hari Kartini. Hal itu boleh dan wajar, karena bukan simbol orang yang diambil ibrohnya, melainkan nilai-nilai kejuangan dan perlawanan terhadap sikap dan perilaku yang tiran terhadap hak-hak perempuan.
Namun, perlu ditegaskan dan disadari betul bahwa ada yang sangat-sangat mengandung nilai-nilai ideologis dan nuansa teologis lebih dari segalanya. Kita semua hari ini ada, dalam perspektif biologis ilmu pengetahuan bahwa kehadiran raga dan jiwa umat manusia dibuka bumi hari ini dan yang akan datang, baik saat ini yang sudah lanjut usia, dewasa, remaja dan anak-anak bayi belia pada dasarnya dilahirkan oleh sosok perempuan yang memiliki lebih dari sekedar seorang yang melahirkan semata. Melainkan juga dia sebagai pahlawan yang membebaskan dari buat huruf, buta angka, buta kasih sayang, dan buta-buta lainnya.
Termasuk sosok yang membebaskan dari sifat-sifat keburukan yang tanpa henti dan tanpa dibatasi waktu bahkan ruang, mulai sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa memiliki anak, cucu dan cicitnya selalu berupaya keras berjuang sepenuh hati memberikan bimbingan agar generasinya kuat dan hebat. Hal itu terputus kecuali dengan pemisahan raga dan jiwanya untuk kembali kepada pemilik-Nya. Karena bagi sosok ibu, yang menjadi nenek dan uyut dari anak dan cucunya memiliki sikap kasih sayangnya tidak pernah ada jeda dan putus hanya dihalangi generasi.
Ibu kita Kartini adalah ibu kita sendiri, dia sosok pejuang dan pahlawan yang telah membebaskan dan memerdekakan segala hal yang menindas diri kita menjadi lemah tak berdaya, beliau pahlawan yang kerap kali berupaya keras memajukan dan mengembangkan kemampuan, keahlian dan hal lainnya agar generasinya mampu melawan musuh-musuh yang zalim dan tirani.
Apapun alasannya, ibu kita yang melahirkan lebih dari sekedar ibu Kartini. Maka patut dan layak untuk selalu dihormati dan dihargai tanpa menghitung angka, sejenak merenungkan berkontemplasi dengan penuh kesadaran. Sosok Kartini yang dikenal sebagai pembebas hak-hak wanita, begitu menjadi inspirasi dan spirit kuat dalam memajukan diri untuk berkarya cipta untuk kejayaan bangsa, dia sejati pembawa perubahan dalam kehidupan sosok perempuan yang selalu menjadi kelas dua dalam ranah-ranah sosial.
Padahal, justru kita faham betul dalam Islam sosok Ibu adalah kunci dari kekuatan dalam sebuah keluarga, bangsa dan negara. Hal yang tepat sesuai syari’at, merefleksi ibu kita sendiri saat-saat melahirkan dan membesarkan anak-anaknya. Kartini kita adalah ibu kita semua, tanpa gerakan perjuangannya keberadaan atau eksistensi kita tidak ada apa-apanya.
Kita sangat menghormati dan menghargai ibu Kartini, juga ibu-ibu pejuang lainnya yang telah membawa perubahan bangsa. Bahkan bila perlu, sosok seperti Cut Nyak Dien, Cut Meuthia dan Mahalayati sosok pejuang yang mampu memimpin perang fisik dan psikis melawan kaum penjajah dengan kekuatan yang melampaui kegigihan sosok laki-laki harus ada refleksi yang memberikan inspirasi dan spirit generasi perempuan hari ini dan yang akan datang.
Tak pernah gentar menghadapi gertakan penjajah, mereka melawan dengan nyali tanpa batas takut mati apalagi sakit. Sikap-sikap lebay generasi perempuan saat ini harus dikikis, apalagi sosok laki-laki sangat keterlaluan membuat malu dan memilukan dengan gaya hidup lebay tak berdaya. Jenis kelamin tidak membedakan sikap semangat dan spirit kuat, hal itu terbukti mampu menjelma menjadi sebuah legenda pada sosok-sosok wanita yang herois.
Jejak langkah kaki pasti, sorotan mata tajam melihat arah yang tepat, dan ide gagasan cerdik-cendekia melahirkan strategi jitu hingga mampu menumbangkan musuh-musuh yang sangat kuat dan hebat.
Spirit perjuangan dari refleksi sosok-sosok dan tokoh perempuan hebat bukan sekedar diperingati tanpa ada makna ibroh yang diambil. Saat ini perlu ada introspeksi dan evaluasi diri, mampukah kita sebagai seorang perempuan menjelmakan diri seorang pejuang keadilan, melawan tirani sosial, melawan penindasan ideologi faham keagamaan serta hal-hal lainnya yang sejenis.
Begitupun kaum adam sosok laki-laki tidak boleh kalah hebat dari sosok perempuan, sebaiknya menjadi bagian yang menciptakan dan melahirkan perempuan-perempuan hebat, baik menjadikan anak-anak perempuanya berjiwa kstaria dalam membebaskan dan memerdekan ketidakadilan sosial, menjelmakan istrinya yang peka dan peduli pada keadilan dan kemajuan generasinya, serta memberikan inspirasi kepada perempuan generasi putri-mudi lebih kreatif dan inovatif.
Dan berupaya keras menjauhkan puteri-puteri menjadi objek eksploitasi kaum adam yang tidak beradab dan bermoral. Perempuan puteri-mudi generasi suci akan melahirkan generasi-generasi suci. Benar adanya, hal itu dijelaskan dalam ajaran Islam yang menegaskan bahwa “wanita adalah tiangnya negara, apabila wanita baik dan maju maka negara juga akan baik dan maju; sebaliknya jika wanitanya rusak, maka negara juga akan rusak”.
Jika bangsa dan negara ini maju dan berkembang hingga pada saat tertentu menjadi pusat peradaban dunia, tidak ada alasan bangsa dan negara melalui pemerintahan yang baik selalu ada keberpihakan kepada perempuan-perempuan hebat yang baik.
Visi bangsa Indonesia 2045 menjadi pusat peradaban dengan istilah Indonesia emas, salah satu faktor utamanya terletak pada kontribusi perempuan-perempuan hebat yang baik. Terlebih saat ini populasi penduduk Indonesia didominasi oleh mereka, hal wajar dan rasional keberpihakan akan keadilan sosial kepada kaum wanita wajib menjadi perhatian khusus, agar mereka mampu melawan segala bentuk tirani sosial yang melemahkan jiwa dan raganya. Sehingga saat melahirkan dan membesarkan kepada generasinya juga, akan lebih kuat dan optimis menatap masa depan yang akan datang.
Kaum perempuan watak kasih sayangnya sudah menjadi kelebihan tersendiri, namun saat jiwa dan raganya terguncang, akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidupnya dan akan mengganggu proses transformasi kebaikan kepada generasi berikutnya.
Hari Kartini hari kemuliaan sosok ibu, kiprah dan perjuangannya sama seperti ibu yang melahirkan dan membesarkan hingga tumbuh dewasa. Gagasan dan pemikiran karyanya, harus menjadi teladan bagi kita untuk meneruskan cita-citanya. Sebagai sosok perempuan, berupaya keras untuk menjelamkan diri memiliki spirit menjadi Kartini masa kini dan yang akan datang, gagasan dan pemikirannya bahkan harus lebih hebat dan lebih maju dari Kartini masa lalu.
Tidak sedikit bangsa dan negara ini melahirkan tokoh-tokoh perempuan yang tak kalah hebat daya pengaruhnya, bahkan hingga dunia internasional. Sebut saja, sosok tokoh kesehatan Indonesia yang mampu melawan tirani kesehatan dunia, yaitu Siti Fadilah Supari yang sempat memimpin menteri-menteri kesehatan negara berkembang melawan kebijakan WHO yang banyak merugikan negara berkembang. Termasuk menlu RI Retno Marsudi yang selalu lantang bicara membela penindasan Palestina oleh Israel diforum meja bundar dunia, tanpa ragu dan takut. Serta tokoh-tokoh lainnya yang masih banyak, namun jangan sesekali lupa apalagi melupakan bahwa Ibu kita Kartini adalah ibu kita sendiri yang harus dimuliakan kapanpun dan dimanapun adanya, karena syurga ada ditelapak kakinya. Wallahu’alam.
Bandung, April 2025
*)Wakil Ketua PWM Jawa Barat