Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I*)
SURABAYA, MENARA62.COM– Kota Surabaya menjadi salah satu kota yang menjadi sasaran dakwah KH. Ahmad Dahlan sejak Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogjakarta pada 18 November 1912 dan mendapat persetujuan dari Pemerintah Kolonial Belanda tentang luas cakupan dakwah Muhammadiyah yang tidak hanya di Yogkjakarta, sehingga KH. Ahmad Dahlan segera memperluas jaringan dakwahnya.
Dari beberapa catatan yang ada setidaknya KH. Ahmad Dahlan berdakwah di Surabaya sebanyak tiga kali sejak 1916. Kajian-kajian beliau diminati beberapa tokoh yang ada di Surabaya, diantaranya HOS. Cokroaminoto, KH. Mas Mansur, bahkan Soekarno muda begitu tergugah semangat perjuangannya setelah aktif mengikuti pengajian bersama beliau.
Pada 1 November 1921 KH. Ahmad Dahlan melantik Pimpinan Cabang Muhammadiyah Surabaya dengan KH. Mas Mansur sebagai Ketua dibantu para perintisnya seperti KH. Ali, H. Ashari Rawy, H. Ali Ismail dan K. Ustman. Gerakan dakwah di masyarakat terus dilakukan, diantaranya berdirinya masjid Sholeh di Kampung Kaliasin pada tahun 1921, pada tahun 1922 Mas Mansur melantik berdirinya Hizbul Wathon, sebagai urusan Pemuda dalam Muhammadiyah, mendirikan lembaga pendidikan HIS di Kampung Peneleh VII.
Pada tahun 1924 Muhammadiyah Cabang Surabaya mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemum). Saat peresmiannya dihadiri utusan dari Pusat KH. Fachrudin dan KH. Sudja’, sedang undangan lain yang dihadir dan memberi sambutan yaitu Dr. Sutomo. “Bahwa di dalam usaha usaha sosial, tiada ada dinding yang membatasi antara satu bangsa dengan bangsa lain. Di dalam usaha-usaha amal kebajikan lebih-lebih yang bersifat pertolongan bagi umum, baik dari siapa saja yang mengadakannya wajib disokong,”ungkap Dr Sutomo.
Pada tahun 1927 terjadi krisis ekonomi dengan PHK besar-besaran, dinamika ekonomi masyarakat melemah sehingga mempengaruhi operasional berbagai amal usaha yang ada dimana kas kosong, gaji untuk guru, dokter dan perawat tidak bisa dibayarkan tetapi mereka tetap semangat berjuang. Disaat kritis seperti itulah KH. Mas Mansur memberi motivasi perjuangan kepada 20 orang yang sering mengikuti kajiannya, sehingga disebut “wali rongpoloh” yang setia dan istiqomah berjuang di Muhammadiyah.
Begitulah sekilas perintisan berdirinya dan perjuangan Muhammadiyah Cabang Surabaya, sebagai pondasi perjuangan untuk mencerahkan peradaban. Mereka adalah: KH Mas Mansur (Kampung Baru Sawahan) , K. Utsman (Kaliasin Pompa), Pa Wondowidjojo (Jl. Plampitan). Tjiptoredjo (Grogol), Mas Getong (Pandean), Hardjodipuro (Bubutan), M. Saleh Ibrahim (Kedung Sroko), Mas Idris K.S. HIS., Soemoredjo (Kedung Rukem). Abd. Barry, HA Rahman Utsman (Ketapang Ardiguna), Saleh Cilik (Bibis), H. Muhammad Oerip (Temenggungan) Pak Yatiman (Genteng), Satiman (Genteng), M. Wisatmo (Kaliasin Pompa), Adjar Sunyoto (Jl. Kunti), M. Badjuri (tlungagung), Sumoatmodjo (Kedung Rukem), Martodjojo (Wonorejo), Abdul Bari (Kaliasin)
Perjalanan dakwah Se-abad Muhammadiyah di Surabaya pada kurun waktu 1921 – 2021, jika dikategorisasikan menjadi beberapa rangkaian yang saling berkaitan, menguatkan dan mencerahkan, yaitu Pertama (1921-1945); Perintisan Dakwah Islam, dimana Dakwah KH. Ahmad Dahlan yang secara langsung membidani kelahiran Muhammadiyah Surabaya, sehingga KH. Mas Mansur sebagai arek Suroboyo yang diberi amanah langsung memberikan pondasi perjuangan berupa ketauhidan, sebagaimana tertuang dalam buku karya beliau Risalah Tauhid dan Syirik.
Kedua (1945-1965); Perjuangan Kebangsaan, Pertemuan KH.Ahmad Dahlan saat di Masjid Plampitan maupun di rumah HOS. Cokroaminoto, bersama KH. Mas Mansur dan Soekarno serta lainnya memberi pondasi perjuangan kebangsaan untuk bisa lepas dari penjajahan. Dan Muhammadiyah Cabang Surabaya saat itu begitu intensif untuk bisa melahirkan kader kader militan yang sanggup berjuang untuk meraih kemerdekaan. Peran KH. Mas Mansur begitu besar dalam upaya mewujudkan kemerdekaan, seperti perjuangan Pra Kemerdekaan hingga Pasca Kemerdekaan. Peristiwa perobekan bendera Belanda di hotel Yamato pada 19 September 1945, diantaraya oleh kader Muda Muhammadiyah dari Kaliasin, dilanjut Perang 10 November 1945 bersama seluruh komponen masyarakat Surabaya melakukan perlawanan yang begitu heroik untuk mempertahanlan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Ketiga, Penguatan Ideologi (1965-1985); upaya pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ingin merubah haluan negara menjadi tantangan yang sangat berat, pertarungan idiologi dengan memakan banyak korban sesama saudara sendiri. Dan Muhammadiyah Surabaya bersama Angkatan Mudanya mampu menjaga Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pergantian Orde Lama ke Orde Baru beserta dinamikanya terus istiqomah memberikan sentuhan dakwah Muhammadiyah terus tumbuh dengan berdirinya beberapa Amal Usaha Muhammadiyah. Dan Syukur Alhamdulilah Muhammadiyah Surabaya ditunjuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai tuan rumah Muktamar Muhammadiyah ke 40 pada tahun 1978, sehingga geliat dakwah Muhammadiyah beserta Aisyiyah dan Angkatan Mudanya beserta Amal usahanya berusaha mensukseskan Muktamar yang sangat dibanggakan warga Muhammadiyah Surabaya.
Keempat, Pengembangan Gerakan Dakwah (1985-2005), Pondasi perintisan dakwah Muhammadiyah di Surabaya semakin menunjukkan perkemabngannya, berdirinya beberapa sekolah dengan beragam kekhasannya membuat warga Surabaya semakin meminati sekolah sekolah Muhammadiyah, seperti ada SD Kreatif, Sekolah Prestasi, Sekolah Teladan Nasional dan lainnya sebagai upaya Muhammadiyah Surabaya mencerdaskan anak bangsa.
Kelima, Sinergi Gerakan Kepedulian Berkelanjutan (2005-2021), Syukur Alhamdulillah Se-abad gerakan dakwah Muhammadiyah di Surabaya masih istiqomah memberikan pencerahan khususnya bagi warga Surabaya dengan melakukan sinergi gerakan dengan berbagai pihak untuk terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang tertuang dalam maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Bentuk sinergi internal dan eksternal terus dilakukan untuk saling menguatkan, seperti jihad kemanusiaan, diantaranya bersama Lazismu Surabaya begitu aktif dengan beragam aksi filantropi, bahkan turut berkontribusi dalam penutupan lokalisasi prostitusi di Surabaya untuk diberdayakan dengan pelatihan dan pemberian modal usaha untuk alih profesi dengan kemandiriannya.
Demikian pula saat awal Pandemi Covid-19 Lazismu Surabaya bersama Muhammadiyah Covid-19 Command Centre Surabaya hingga saat ini, peran – peran kemanusian untuk penyelamatan jiwa terus dilakukan. Begitu pula berpartisipasi dalam jihad politik, agar arah kebijakan politik lokal di Surabaya menjadi lebih baik. Dan melakukan jihad ekonomi,guna menumbuhkan etos kewirausahaan yang tangguh, mandiri dan produktif mengembangkan beragam ekonomi kreatif untuk kesejahteraan. Akhirnya selamat Milad Muhammadiyah KE 109 dan Milad Se-Abad Muhammadiyah berdakwah mencerahkan warga di Surabaya, semoga semakin sukses dengan dakwah pencerahannya.
*)Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Surabaya
Sekretaris Tim Penulisan Sejarah Muhammadiyah Surabaya.