26.9 C
Jakarta

Meski Tahun 2020 Tak Berpotensi El Nino Kuat, BMKG Imbau Masyarakat Jaga Cadangan Air

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM –  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa pada tahun 2020 tidak terindikasi akan terjadi El- Nino kuat. Prediksi tersebut didasarkan atas monitoring dan analisa dinamika atmosfer di wilayah Indonesia.NOAA dan NASA (Amerika) serta JAMSTEC (Jepang) pun memprediksi hasil yang serupa.

El Nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampak El Nino bagi Indonesia secara umum adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan

Hal ini menandai tahun 2020 nanti diperkirakan tidak ada potensi anomali iklim yang berdampak pada curah hujan di wilayah Indonesia. Curah hujan akan cenderung sama dengan pola iklim normal (klimatologisnya).

“Musim kemarau umumnya akan dimulai pada bulan April – Mei hingga Oktober 2020,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman bmkg, Ahad (17/11/2019).

Sedangkan wilayah di dekat ekuator, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Riau, lanjut Dwikorita, musim kemarau pertama akan dimulai pada Februari – Maret 2020, sehingga tetap perlu diwaspadai untuk potensi kondisi kering, yang dapat berdampak karhutla di awal tahun pada wilayah dekat ekuator tersebut.

BMKG mengimbau agar perlu mengoptimalkan usaha “menjaga cadangan air” melalui optimalisasi manajemen operasional air waduk saat musim penghujan dan melalui gerakan memanen air hujan. Teknologi Modifikasi Cuaca dapat diterapkan sebagai alternatif pada saat peralihan kedua musim tersebut, terutama bagi wilayah yang rawan kekeringan dan karhutla.

Sedangkan prediksi hujan untuk sepanjang tahun 2020 kata Dwikorita,  cendrung mempunyai pola yang sama dengan normal (klimatologisnya). Awal musim hujan akhir 2019 telah diperkirakan lebih mundur dari normalnya dan pada tahun 2018. Periode musim hujan (November 2019 – Maret 2020) masih sesuai dengan normalnya (klimatologi 1981-2010), namun dapat lebih basah dibandingkan tahun 2019, khususnya Sumatera dan Kalimantan bagian utara.

“Puncak musim hujan diprediksikan pada Januari- Februari 2020. Demikian halnya awal musim Kemarau diprakirakan mirip dengan normalnya, yaitu sekitar April – Mei 2020, dan berlangsung hingga Oktober,” lanjutnya.

Menurut Dwikorita, peluang terjadinya bencana hidrometeorologis (siklon tropis, hujan ekstrem, puting beliung, angin kencang, gelombang ekstrem, dan kekeringan iklim) tetap perlu diwaspadai meskipun diprediksi berkurang jumlah kejadian maupun kekuatannya pada kondisi iklim yang normal.

Memperhatikan pemutakhiran prediksi saat ini terkait prospek curah hujan yang cenderung normal sesuai klimatologisnya, serta tidak adanya ancaman potensi anomali iklim global, multi pihak mitra kerja BMKG dan juga masyarakat umum secara luas hendaknya dapat memanfaatkan informasi iklim ini untuk perencanaan jangka pendek tahun 2020.

“Pemenuhan dan penyimpanan cadangan air pada waduk-waduk, embung-embung, kolam retensi, sistim polder dapat dilakukan lebih dini pada saat puncak musim hujan hingga peralihan musim, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan mendesak penanganan kebakaran hutan dan lahan serta kebutuhan pertanian,” tandasnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!