26.3 C
Jakarta

Salat Tarawih dan Iftitah dalam Pandangan Muhammadiyah

Baca Juga:

SOLO,MENARA62.COM – Salat tarawih menjadi salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Namun, masih banyak yang belum memahami secara mendalam tentang dalil dan tata cara pelaksanaannya.

Kepala Bidang Pengamalan AIK dan Kaderisasi Pondok Lembaga Pengembangan Pondok Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Yayuli, S.Ag., M.P.I, menjelaskan bahwa dalil mengenai salat malam, yang di bulan Ramadan disebut tarawih, bersumber dari hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.

“Rasulullah selalu mengerjakan salat malam pada waktu antara selesai salat Isya, yang disebut Attamamah, hingga menjelang fajar,” jelas Yayuli, Selasa (4/3/2025).

Ia menambahkan bahwa dalam terminologi keislaman, salat malam disebut sebagai qiyamullail atau salatullail, sedangkan istilah tarawih sendiri berkembang pada masa setelah Rasulullah.

Terkait jumlah rakaat salat tarawih, Yayuli menjelaskan bahwa Muhammadiyah berpegang pada hadis Aisyah RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan qiyamullail di bulan Ramadan sebanyak 11 rakaat, yaitu 4 rakaat salam, 4 rakaat salam, dan 3 rakaat witir.

وَعَنْهَا ، قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Artinya: Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738)

“Nabi juga bersabda bahwa salat malam dan salat sunah lainnya dilakukan masna masna (dua-dua), sehingga dalam Muhammadiyah diperbolehkan melaksanakan tarawih dengan pola 4-4-3 atau 2-2-2-2-3,” paparnya.

Selain itu, di Muhammadiyah dikenal adanya dua rakaat ringan sebelum salat tarawih, yang disebut salat iftitah. “Salat ini disunahkan dengan hanya membaca Al-Fatihah tanpa surat tambahan,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang bagaimana menyikapi kesibukan kerja atau pendidikan yang sering kali menjadi alasan untuk meninggalkan tarawih, Yayuli menegaskan bahwa Islam memberikan kelonggaran waktu dalam pelaksanaan salat malam.

“Tarawih bisa dilakukan kapan saja setelah Isya hingga sebelum fajar. Jika seseorang memiliki kesibukan seperti kerja lembur, maka dapat mencari waktu istirahat untuk melaksanakannya,” ujarnya.

Fenomena berkurangnya jamaah tarawih seiring berjalannya Ramadan juga menjadi perhatian. Yayuli menekankan pentingnya istiqamah dalam beribadah.

“Keimanan harus diiringi dengan keteguhan hati. Rasulullah bersabda, ‘Berimanlah, lalu beristiqamahlah’. Maka, kita harus membangun kesadaran imani agar tetap konsisten hingga akhir Ramadan,” tutupnya.

Dengan memahami keutamaan dan fleksibilitas waktu salat tarawih, diharapkan umat Islam, khususnya generasi muda, semakin semangat dalam menjalankan ibadah ini secara penuh hingga akhir Ramadan. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!