JAKARTA, MENARA62.COM – Suhu udara Saudi diperkirakan mencapai 50 derajat celcius pada saat puncak penyelenggaraan haji. Karena itu Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes RI dr. Eka Jusup Singka meminta jemaah haji memperbanyak minum air putih.
“Minum air putih sesering mungkin, jangan menunggu rasa haus agar jemaah tidak mengamai dehidrasi,” kata Eka Yusuf.
Sebab jika tubuh mengalami dehidrasi, jemaah bisa mengalami kondisi heatstroke. Kondisi tersebut tentu sangat mengganggu jamaah dalam proses beribadah.
Menurutnya, heatstroke terjadi karena kekurangan asupan air (kurang minum), cairan tubuh menguap, keluar banyak keringat, sampai kandungan air dalam darah itu kering. Akhirnya, darah tidak mengalir sampai ke kepala sehingga terjadilah heatstroke.
“Jadi darah tidak jalan, tidak ada yang memompa sampai ke kepala. Kalau di Indonesia kasus heatstroke gak ada, dokter di Indonesia gak pernah lihat adanya heatstroke, ada di sana (Arab Saudi),” ucapnya.
Akibat paling fatal dari heatstroke adalah meninggal dunia. Dr. Eka menambahkan seseorang meninggal karena heatstroke dinamakan total organ failure, seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan gagal otak. Korban tidak bisa melakukan apapun.
Suhu di Arab Saudi, menurut informasi yang didapat dr. Eka Senin (1/7/2019) mencapai 46 derajat celcius. Namun suhu tertinggi di sana bisa mencapai 50 derajat celcius.
“Tapi kalau jamaah haji proaktif pakai payung, perbanyak minum air putih, gak masalah. Yang harus dikendalikan dari suhu setinggi itu adalah kitanya,” ucap dr. Eka.
Kasus heatstroke pada jemaah haji Indonesia pertama muncul pada 2015, namun hingga saat ini tidak ada kasus kematian. Pemerintah dalam hal ini Kemenkes terus berupaya memaksimalkan pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi kepada jemaah haji.
Untuk mencegah heatstroke, termasuk mencegah terjadinya berbagai penyakit pada jemaah haji, Kemenkes membentuk Tim Promotif Preventif (TPP). TPP disiagakan di Arab Saudi.
“Artinya jemaah haji begitu di asrama haji sudah diinformasikan tentang bagaimana mencegah serangan penyakit, di Saudi juga diinformasikan seperti itu,” kata dr. Eka.
Menurut dr. Eka, jemaah haji Indonesia masih perlu penguatan pengetahuan tentang ilmu kesehatan, bagaimana kesehatan mempengaruhi ibadah, begitupun sebaliknya, ibadah mempengaruhi kesehatan. Selain itu, penguatan SDM kesehatan pun perlu dilakukan agar menjadi SDM yang berkualitas.