JAKARTA,MENARA62.COM – Anggota DPR RI F-PDIP, Adian Napitupulu mengatakan meningkatnya jumlah penderita Covid-19 belakangan ini bukan disebabkan rencana ditariknya penggunaan GeNose namun karena rendahnya kedisiplinan rakyat, lemahnya kontrol aparat serta kurang masifnya upaya pencegahan yang dilakukan negara misalnya dengan melakukan pembagian masker serta vitamin gratis di masyarakat melalui Kelurahan dan RT /RW setiap hari.
Menurut Adian, kalau berdasarkan data jika GeNose menjadi penyebab naiknya Covid-19, maka seharusnya lonjakan Covid-19 terjadi setidaknya satu atau dua bulan setelah GeNose dipergunakan atau sekitar bulan Maret atau April 2021 bukan bulan Juni.
“Nah faktanya bulan Maret dan April justru kasus Covid Indonesia justru pada titik terendah sepanjang pandemik, landai sekali,” katanya merespon desakan dihentikannya penggunaan GeNose di Jakarta, Jumat (25/6).
Ketika GeNose ditiadakan, kata Adian, yang paling terpukul sebenarnya rakyat kecil juga, yang tetap harus beraktivitas untuk mencari nafkah meskipun pandemik masih seperti sekarang.
Menghentikan penggunaan GeNose, lanjut Adian, akan membuat kesehatan hanya menjadi milik orang-orang kaya saja yang mampu membayar mahal hanya untuk tes swab antigen atau PCR.
“Mereka yang mengkambing hitamkan GeNose tanpa data bisa jadi hanya menduga-duga. Hanya dapat dari “katanya” atau “infonya”, tanpa pegang data yang valid. Atau bisa juga bagian dari kelompok yang memiliki kepentingan politik maupun bisnis”, ujar Adian.
Lebih lanjut, Anggota Komisi VII dari F-PDIP ini mengatakan sebaiknya Genose maupun segala bentuk dan jenis alat tes lainnya dibiarkan untuk digunakan dengan catatan selama alat itu memenuhi standar. Dengan demikian rakyat bisa punya pilihan yang lebih beragam.
“Uji validitas alat medis tidak sederhana. Seringkali masalah valid atau tidaknya alat medis juga di pengaruhi oleh terpenuhi tidaknya syarat-syarat dari mereka yang diuji serta pelaksana uji itu sendiri. Singkatnya, tidak taat prosedur, dilakukan dengan sembarangan. Misalnya, sebagai contoh jika kita mau tes darah lalu di syaratkan untuk puasa sehari sebelumnya. Bila syarat itu tidak terpenuhi maka itu bukan berarti alatnya tidak akurat,” ujar Adian.
Diakuinya GeNose merupakan alat uji yang paling murah dibandingkan alat uji antigen atau PCR.
“Kalau tidak teruji masak ijin edarnya dikeluarkan Kemenkes. Dengan demikian maka GeNose bisa dijangkau oleh beragam kalangan namun disisi lain membantu negara untuk melakukan identifikasi mereka yang terkena covid-19 dengan cepat dan murah,” paparnya.
Adian juga mengusulkan, GeNose tidak hanya diterapkan di Bandara atau Stasiun KA tapi juga di Terminal, Pasar, Mall, Kelurahan, dan berbagai tempat umum sehingga akses masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap covid 19 semakin terbuka dengan harga yang juga terjangkau.
“Alat uji Covid-19 yang mahal membuat perjalanan akan berbiaya tinggi dan mempengaruhi mobilitas manusia, tentunya bisa memukul perekonomian di bidang transportasi maupun pariwisata dan lainnya”, tutup Adian.