30.9 C
Jakarta

Cangkrukan Para Jurnalis

Baca Juga:

Pekan ini, perhatian kalangan jurnalis di Indonesia, sebagian besar tertuju pada gelaran di Surabaya, Jawa Timur. Di tempat ini, berkumpul ratusan jurnalis Indonesia untuk merayarakan Hari Pers Nasional (HPN).

Tentu sayang, kalau kumpulnya para jurnalis ini hanya sekadar cangkrukan sambil ngobrol ngalor-ngidul. Tentu tidak, ada sejumlah agenda yang dipersiapkan oleh panitia. Tentu ada sermonial yang aduhai. Tentu ada beragam pandangan tentang dunia jurnalistik yang berseliweran.

Ada soal kematian surat kabar cetak. Ada harapan pada media internet. Ada kegamangan pada media sosial. Ada ketakutan akan masa depan jurnalis, kekhawatiran pemilik media. Sampai soal teknis sertifikasi kompetensi dan pengakuan perusahaan media dan organisasi wartawan oleh Dewan Pers.

Namun, di tengah keramaian ini. Ada kesedihan yang tidak terungkap. Ketika pemerintah memberikan grasi pembebasan pada pembunuh jurnalis.

Presiden Joko Widodo memberikan grasi terhadap 115 orang narapidana. Dari ratusan napi yang memperoleh grasi, satu di antaranya adalah terpidana seumur hidup, I Nyoman Susrama.

I Nyoman Susrama merupakan otak pembunuhan berencana terhadap wartawan Jawa Pos Radar Bali, AA Gede Bagus Narendra Prabangsa, pada Februari 2009.

Organisasi jurnalis dan sejumlah wartawan pun protes dan bergerak. Berbagai aksi, bak pukulan keras menghantam karung kapas. Kena, tapi kosong dan gerak pukulnya teredam dan menghilang.

Bahkan, pada HPN 2019 ini, gaungnya pun seperti tertelan di tengah keramaian jurnalis yang berkumpul “cangkrukan” di Surabaya.

Di kereta Bangun Karta, dari Jakarta menuju Surabaya, teman seperjalanan yang bekerja sebagai marketing produk kesehatan menanyakan tentang apa yang dilakukan ratusan wartawan kalau kumpul-kumpul. Apa seperti partai, atau hanya jamuan makan malam?

Hmm susah-susah gampang menjawabnya? Kecuali saya bilang, saya belum tahu persis apa yang ada di sana, karena masih dalam perjalananan! Sambil ingatan melayang pada peringatan HPN tahun 2018 di Padang, Sumatera Barat.

Gelaran seremonial di depan ratusan jurnalis yang berkumpul, Presiden pun menawarkan pertanyaan dengan hadiah sepeda…

Tanpa mengurangi rasa hormat, di tengah teriknya matahari dan udara panas di Padang waktu itu, tiba-tiba menggema suara, mendengung bak sarang lebah….

Entah, apa lagi yang akan dibagikan Presiden pada HPN kali ini… Entahlah, semoga bukan sekadar soal klarifikasi hoax pembebasan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir ataupun klarifikasi soal konsultan politik, atau soal infrastruktur.

UMKM dan tol

Namun yang jelas, pada acara hari ini, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan ketika menjadi salah satu narasumber Seminar Nasional Pengembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) dan Workshop Menembus Pasar Digital di Surabaya, yang menjadi rangkaian peringatan HPN, Menko Luhut menegaskan bahwa peran UMKM sangat kuat.

“Jadi ibu-ibu, peran UMKM akan besar juga dalam membawa Indonesia maju secara ekonomi.” Seperti yang telah diperkirakan dalam World Economy Forum yang telah berlangsung baru-baru ini. World Economy Forum meramalkan Indonesia akan menjadi 4 besar ekonomi dunia. “Saya merasa UMKM akan membantu kemajuan ekonomi Indonesia lebih cepat,” kata Menko Luhut.

Ia mencontohkan kemajuan pesat China secara ekonomi, Menko Luhut memaparkan, China memperkuat konsolidasi ekonomi juga melalui sektor UMKM. UMKM China merupakan salah satu yang maju pesat di dunia. Apalagi, kata Luhut, ditambah dengan ekonomi digital, produksi UMKM China kini dijual secara daring, dan bisa dibeli oleh customer di seluruh dunia. Hal-hal positif seperti ini dapat ditiru. Hal ini terkait dengan tema utama seminar yang memberdayakan UMKM melalui pasar digital.

Menanggapi, pertanyaan mengenai tol trans Jawa, Menko Luhut menjelaskan, dampak positif dibangunnya Tol Trans Jawa adalah untuk mengurangi kemacetan.

“Kan jadi pilihan, traffic berkurang, jadi lebih cepat,” ujarnya yang menejelaskan bahwa kemacetan dapat dikurangi karena masyarakat disediakan banyak alternatif transportasi di Pulau Jawa, yaitu berupa jalan tol, jalan pantai utara (pantura), kereta api, dan pesawat terbang.

“Ini juga mencari keseimbangan pada akhirnya, kalau tidak ada tol ya semua numpuk di Pantura, cost akan mahal terus. Sekarang pasti berkurang secara umum,” lanjut Menko Luhut menerangkan manfaat positif dibangunnya Tol Trans Jawa yang pada ujungnya mengurangi biaya transportasi masyarakat yang disebabkan kemacetan.

Ups, jadilah “cangkrukan” para jurnalis ini sebagai tempat klarifikasi. Sekali pukul, ratusan jurnalis mendengarkan langsung. Rasanya seperti konferensi pers dengan dihadiri ratusan jurnalis dari berbagai media di Indonesia.

Ya sudahlah, yang jelas jurnalis tak pernah mati. Meski ada banyak media yang mati, media yang timbul tenggelam bak kapal selam, dan media yang dianggap hanya menyebarkan hoax dan fitnah. Namanya saja media, akan mati jika tidak menjadi media bagi orang-orang yang memproduksi dan mengkonsumsi informasinya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!