27.8 C
Jakarta

Diskusi KNKT: Angka Kecelakaan Tinggi, Standar Kelaiklautan Kapal Tradisional Harus Dibenahi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan bahwa angka kecelakaan kapal tradisional atau pelayaran rakyat masih tinggi. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, berdasarkan temuan KNKT, awak kapal kerap membawa muatan melebihi kapasitas dan membawa barang yang mudah terbakar seperti Bahan Bakar Minyak (BBM dalam kemasan yang tidak aman.

Hal ini disampaikan Soerjanto Tjahjono saat membuka diskusi “Review Keselamatan Pelayaran pada Kapal Tradisional di Indonesia” di Jakarta, Rabu (21/9/2022) dengan menghadirkan tiga pembicara Tenaga Ahli Pelayaran KNKT, Lambert Manupassa, Wakil Sekjen Masyarakat Tranaportasi Indonesia (MTI), Deddy Herlambang dan Kasubdit Rancang Bangun dan Garis Muat Kapal , Ditkapel, M. Syaiful.

Dia menambahkan, KNKT berharap seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan bimbingan dan pengawasan terkait konstruksi kapal yang menyangkut permesinan dan kelistrikan supaya memenuhi aspek keselamatan.

“Mereka ini juga membutuhkan bantuan kredit lunak untuk membangun kapal yang layak sehingga keselamatan pelayaran dapat dijaga,” katanya.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono

Tenaga Ahli Pelayaran Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Lambert Manupassa mengatakan keberadaan kapal tradisonal yang dibangun tanpa gambar, dan dibangun berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun. Selama ini, kata dia, perkembangan pengetahuan pembuat kapal didasarkan atas pengalaman di lapangan dan naluri dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. “Konstruksi lambung, permesinan dan kelistrikan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, dan ini sangat berbahaya,” papar Lambert.

Sementara, Wakil Sekjen Masyarakat Tranaportasi Indonesia Deddy Herlambang mengatakan untuk meminimalisir angka kecelakaan kapal, MTI merekomendasikan uji petik atau ramp check kapal tradisional diusulkan setiap 6 bulan sekali bukan 1 tahun lagi, sehingga lebih cepat dalam kontrol dan pengawasan.

Kemudian perlu revolusi manajemen keselamatan pelayaran tradisional yang dapat menjadi perusahaan dengan berbadan hukum sehingga lebih mudah menerima bantuan dari lembaga atau kementerian manapun.

Selain itu, perlu dilakukan pelatihan keterampilan SDM keselamatan dan pelayanan pelayaran dapat dikembangkan dengan sistem vokasi bagi masyarakat setempat dengan support Kementerian Perhubungan

Bila mendapat perbantuan peralatan navigasi (IT) modern namun diwajibkan atau harus diimbangi oleh pelatihan SDM-nya yang akan mengoperasikan dan merawat peralatan modern tersebut. “Dalam kapal tradisional, akhirnya SDM adalah platform operator keselamatan itu sendiri,” paparnya.

Pada bagian lain, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengusulkan pembangunan pelabuhan juga dilengkapi dengan keberadaan Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan panduan terkait cuaca.

“Kami harapkan ada kantor-kantor BMKG di setiap pelabuhan. Kalau kita lihat di bandara, ada BMKG, ini yang harus disamakan,” katanya.

Soerjanto mengatakan, informasi terkait prakiraan cuaca sebagai panduan berlayar di sejumlah wilayah sering kali tidak tersampaikan dengan baik sehingga membahayakan keselamatan pelayaran.

Dikatakan, di beberapa daerah seperti Ternate, Tidore, atau Halmahera, ada fenomena cuaca lokal yang sangat dinamis dan kerap berubah dibandingkan dengan daerah lain atau bahkan negara yang memiliki empat musim.

Oleh sebab itu, dia meminta BMKG dapat memberikan informasi serta pemantauan cuaca secara realtime kepada kapal yang akan berlayar khususnya kapal tradisional.

Selain itu, KNKT meminta Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) terus memaksimalkan layanan untuk memberikan edukasi serta sosialisasi kepada awak kapal.

Menurutnya, kita harus sadar terkait dengan cuaca ini agar kegiatan pelayaran dapat berjalan dengan aman.

“Ke depan bahwa kapal-kapal tersebut miliki batasan-batasan bagaimana bisa mengarungi cuaca dengan gelombang 2-3 meter, kita tidak bisa terus dengan kondisi-kondisi pelayaran yang masalah keselamatannya sangat memperihatinkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Soerjanto mengatakan, sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian pada kapal-kapal tradisional khususnya untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan.

“Sekali lagi cuaca di kita itu begitu dinamisnya, kita di daerah tropis, cuaca di kita ini gampang berubah, jadi kita harus tahu terus informasinya,” ucapnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!