JAKARTA, MENARA62.COM -– Menteri Agama, Gus Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan sebagai bangsa yang beragam, kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat kebhinekaan yang menjadi takdir bangsa ini. Kebhinekaan adalah kekuatan kita, bukan kelemahan. Sejarah, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, selalu diwarnai oleh keberagaman. Tidak ada sejarah yang dihidupkan atau diwarnai oleh keseragaman semata.
Pesan ini disampaikan Menag saat memberikan arahan pada grand final dan penampilan peserta terbaik Kompetisi Pidato Nasional 2024 dengan tema “Pancasila dan Moderasi Beragama dalam Pandangan Gen Z” di Jakarta pada Sabtu (10/8/2024) malam.
“Keberagaman inilah yang harus kita syukuri dan sikapi dengan bijak. Sebagai ciptaan Tuhan, kita harus mampu menjadikan perbedaan sebagai kekuatan yang menyatukan, bukan memecah belah,” pesan Menag.
Menag juga menyampaikan pesan kepada para finalis dan generasi muda. Di masa depan, dunia mungkin akan menjadi lebih menantang daripada sekarang. Namun, hadapilah dunia ini dengan keyakinan dan kemampuan yang kalian miliki. “Jangan terlalu berharap pada dunia, tetapi berusahalah untuk memperbaikinya dan menjadikannya tempat yang lebih baik dengan apa yang bisa kita kontribusikan,” tegas Menag.
“Selamat kepada para pemenang dan semua peserta. Ingatlah bahwa kompetisi ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang kalian dalam menyampaikan ide dan gagasan yang membangun,” imbaunya lebih lanjut.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Abu Rokhmad melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian panjang Kompetisi Pidato Nasional, yang mengangkat tema tentang Pancasila dan moderasi beragama. Abu menyampaikan bahwa terdapat 1.236 peserta yang mendaftar dalam kompetisi ini. Dari peserta-peserta tersebut, telah disaring 34 peserta yang berhasil melaju ke babak final.
“Sejak malam Jumat lalu hingga puncak acara hari ini, para peserta telah menunjukkan seluruh kemampuan mereka dalam menyampaikan pidato,” kata Dirjen.
Tema yang diusung dalam kompetisi ini, yaitu “Pancasila dan Moderasi Beragama”, sangat relevan dengan situasi bangsa kita saat ini, terlebih dalam bulan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79.
“Kita semua, terutama generasi muda yang akan datang, harus menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah bangsa dan ideologi negara yang memayungi dan mengayomi kita semua, yang berbeda-beda namun tetap satu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tukas Abu.
Terkait moderasi beragama, Abu menuturkan bahwa kita memahami sebagai bangsa yang terdiri dari beragam agama, suku, budaya, dan golongan, PKN ini adalah momentum yang tepat untuk kembali menggelorakan pentingnya toleransi, kerukunan, dan hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda dengan kita.
“Perbedaan ini justru memperkuat kita dan menunjukkan bahwa generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam menjaga toleransi serta kebhinekaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutupnya.