SERPONG, MENARA62.COM– Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengapresiasi pengembangan inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh Kementerian Pertanian.
“Kami akan mendorong fokus riset perguruan tinggi di bidang pertanian. Tidak hanya masalah hulu atau produksi. Namun juga riset mengenai pengelolaan pasca panen, ” tutur Menristekdikti dalam kunjungan kerjanya bersama Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman ke Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kementan di Serpong, Kamis (01/03)
Untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional, Kemenristekdikti bersinergi dengan Kementan dalam mengembangkan Kawasan Sains dan Engineering Pertanian Modern. Kawasan ini akan berorientasi sebagai pusat penyedia dan pengembangan sains dan engineering pertanian yang unggul untuk penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Tujuannya untuk mewujudkan wirausaha berbasis engineering pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, meningkatkan sumber daya manusia pertanian modern,” kata Nasir.
Lebih lanjut Nasir menjelaskan pengembangan kawasan ini akan dimulai dengan dibangunnya Politeknik Pertanian Serpong sebagai lembaga pendidikan politeknik yang disinergikan dengan kegiatan penelitian, perekayasaan, dan pengembangan engineering pertanian sesuai dengan komoditas, mulai dari hulu sampai hilir secara efektif, efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
“Saya sangat senang sekali bisa berkolaborasi dengan Kementan. Tugas Kemenristekdikti adalah di hulu, bagaimana di hilir yaitu di Kementerian teknis memanfaatkan apa yang dihasilkan dari hulu,” ucap Nasir.
Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti meninjau langsung lahan yang akan dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pendidikan.
“Tugas Kemenristekdikti bagaimana merevitalisasi tempat riset maupun perguruan tinggi yang ada di kawasan ini. Nantinya akan terjadi kolaborasi antara perguruan tinggi dan peneliti Indonesia dengan perguruan tinggi dan peneliti asing,” ujarnya.
Nasir menegaskan hal ini bukan untuk mematikan perguruan tinggi dalam negeri, namun untuk mendorong perguruan tinggi Indonesia agar berdaya saing dan meningkatkan kualitasnya.