29.2 C
Jakarta

Ketua PWM DKI Kritik Soal Mutu AUM Yang Menurun

Musypimwil Aisyiyah ke-2 DKI Jakarta

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — HM Sun’an Miskan Lc, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta mengkritik soal mutu sejumlah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan Amal Usaha Aisyiyah (AUA). Menurutnya, mutu AUM dan AUA itu banyak yang menurun, meskipun kuantitasnya masih diatas.

Pandangan itu disampaikan Sun’an saat memberi sambutan pada Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Aisyiyah 2 DKI Jakarta, Ahad (15/12/2019). Musypimwil Aisyiyah ini, mengangkat tema Dinamika Gerakan Menebar Islam Berkemajuan.

Sun’an menyebutkan, diantara penyebab penurunan mutu itu ialah, kurang mendalamnya paham agama Islam berkemajuan dan idiologi Muhammadiyah di kalangan pengurus persyarikatan dan dalam dunia pendidikan guru-gurunya. Menurutnya, paham Islam berkemajuan itulah yang melahirkan ideologi Muhammadiyah, sebagai keyakinan dan cita-cita hidup yang menggerakkan dinamika persyarikatan, sehingga melahirkan sekian banyak  AUM/AUA.

Sebetulnya apa itu Islam berkemajuan. Sun’an menyitir ucapan KH A Dahlan, “dadiyo Kiai intelek, lan intelek kiai. Dadiyo kiai sing kemajuan lan ojo kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah. (jadilah kiai yang intelek, dan seorang intelektual yang kiai. Jadilah kiai yang berkemajuan dan jangan pernah lalh dalam bekerja buat Muhammadiyah. — Red).

Tiga Pemikiran

Dilain kesempatan, menurut Sun’an, Kiai Ahamad Dahlan juga berpesan, “selesaikan pendidikannmu, jadilah muballigh/ghah, dokter, insinyur, ahli hukum dan kembali ke Muhammadiyah.”

“Kini majlis tarjih Muhammadiyah merumuskan paham agama berkemajuan yang melahirkan Kiai dan Nyai yang intelek dan sebaliknya itu, bahwa Muhammadiyah menghormati, saling keterkaitannya tiga pemikiran Islam,” ujarnya.

Ketiga pemikiran Islam itu adalah, Bayani, penghormatan terhadap teks Al Qur’an dan Sunnah Al Maqbuulah ); Burhani, akal cerdas manusia yang telah melahirkan ilmu pengetahuan modern dan dunia mengalami kemajuan gelombang ke-3, abad industri 4.0; dan Irfani, ketajaman mata batin, bashiroh karena melakukan riyadloh dengan menjalankan apa saja yang diperintah Allah dan Rasul-Nya seperti tahajud dan ibadah sosial menyantuni yatim dan dhuafa, berakhlak mulia.

Ketiga pemikiran ini telah mengukir sukses pada tajdid pertama, terutama dalam memberantas : takhayul, bid’ah dan khurofat dan memodernisir sarana prasana. Alat untuk pelaksanaan agama diabad industri: 1.0, 2.0, 3.0, seperti manajemen modern dan pergantian kepemimpinan lewat meritokrasi, lewat sistem.

“Dan yang telah melahirkan pahlawan bangsa yang mereka itu rata–rata ulama yang umara, Ulama yang intelektual. Disamping ulama-ulama tarjih yang handal, mampu menjawab persoalan agama kekinian, sehingga ummat dan bangsa mendapat pencerahan. Seperti putusan Muktamar Makasar juli 2015 yang menetapkan bahwa NKRI ini adalah Daulatul Ahd Wasy Syahaadah,” ujarnya.

Sun’an bersyukur, alhamdulillah, paham agama Islam berkemajuan ini telah melahirkan ulama intelektual dan intelek yang ulama yang melahirkan ideologi Muhammadiyah dengan empat komponennya, yaitu:
a. Ki Bagus Hadikusumo yang pada tahun 1945 melahirkan komponen ideologi ke- yaitu Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
b. KH Faqih Usman pencetus ideologi Muhammadiyah ke-2, yaitu kepribadian Muhammadiyah. Ini diputuskan di Muktamar ke-53 di Jakarta 1962 yang Ketua PPM KH Yunus Anis.
c.Tahun 1969, ulama intelektual yang bergabung di tanwir Ponorogo melahirkan komponen ideologi ke-3, yaitu Matan Keyakinan dan Cita cita hidup Muhammadiyah.
d. Pasca reformasi setelah tumbangnya Orde baru dan bermunculan berbagai faham agama baik dari dalam dan luar negeri, maka Kiai Intelektual dan intelektual Muhammadiyah yang bergabung di Muktamar Muhammadiyah ke-44 tahun 2000, melahirkan komponen ideologi Muhammadiyah ke-4 yaitu Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah.

Musypim

Atas nama PWM DKI, Sun’an mengucapkan selamat bermusypim pada Aisyiyah, manfaatkan waktu sebaik baiknya agar menghasilkan keputusan yang bermanfaat untuk masa depan organisasi di abad yang penuh tantangan ini.

“Tema Musypim ini penting terutama dalam menebar paham Islam berkemajuan, terutama kedalam persyarikatan kedalam dulu baru disebar keluar,” ujarnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!