26.2 C
Jakarta

LAZISMU UMS Panen Jagung Pertiwi 6 di Sragen

Baca Juga:

SRAGEN, MENARA62.COM — Ketua Dewan Syariah LAZISMU Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Drs Najmudin Zuhdi, didampingi Ketua LAZIS UMS, Syaefudin Zuhdi dan Tim UMS, Kamis (16/2/2017), melakukan panen perdana Jagung Pertiwi 6. Panen jagung seluas tiga hektare ini dilaksanakan di Dukuh Keplik, Desa Jenar, Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Dijelaskan Wakil Rektor II UMS, Sarjito PhD, LAZIS UMS memberikan bantuan bibit jagung Pertiwi 6 kepada enam petani di desa yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, empat bulan yang lalu. Masing-masing petani menggarap setengah hektare yang disewa dari Perum Perhutani Sragen, sehingga total lahan yang ditanami jagung seluas tiga hektare.

Panen perdana ini, kata Sarjito, disaksikan dosen UMS dari berbagai jurusan di antaranya, M Arif Widodo, Endang Widyastuti, N Huda, Sudarsono, M Yahya, Aning, Taufik Puji, dan staf dari LAZIS UMS. Ketua kelompok ‘Tani Bangkit,’ Widono didampingi sesepuh setempat Mudhasir bersama ibu-ibu petani. “Para petani mengungkapkan rasa senang atas kehadiran UMS,” kata Sarjito.

Lebih lanjut Sarjito menjelaskan panen jagung Pertiwi 6 ini sebagai kelanjutan program pemberdayaan masyarakat. Tahun 2009, dilaksanakan program penyediaan air wudhu di Masjid Dukuh Keplik Jenar Sragen. Tema program ini adalah ‘Bedah KMKW’ atau Kamar Mandi Kakus dan Wudhu. Program tersebut dilanjutkan dengan kegiatan masjid dan ketrampilan olah lahan tumpang sari milik Perum Perhutani.

Selain jagung, tanaman tumpang sari lain di bawah pohon jati milik Perum Perhutani ini adalah ketela pohon. Hasil ketela itu dapat dijadikan kripik ketela, yang dibuat secara tradisionil. “Kalau dilihat kualitas dan rasa, sesungguhnya mereka perlu pendampingan teknologi olah bahan makanan sehingga penjualannya bisa diperluas dan volume produksi yang lebih besar serta rasanya yang enak dan renyah,” kata Sarjito.

Menurut Sarjito, warga akan senang bila UMS bisa memfasilitasinya.Terlebih MPM PP muhammadiyah bisa memberikan sejenis training olah lahan dan olah bahan makanan. Lokasi tanam jagung di atas memang cukup eksotik, untuk mencapai tempat dari pemukiman warga harus jalan dengan sepatu boot sekitar 1.5 kilometer, dengan jalan yang becek kalau hujan dan pecah pecah kalau kering sehari saja.

Menurut Widono, Ketua Kelompok Tani Bangkit, hasil penjualan jagung panenannya berkisar Rp. 3500/kilogram jagung kering. Total satu panenan per kepala keluarga bisa mencapai lebih dari Rp 3 juta. Kalau dikurangi beaya operasional sekitar Rp 900.000,- maka petani masih ada untung Rp 2.100.000 dalam tempo 3,5 bulan.

Agar penghasilan bisa lebih besar, Widono mengharapkan ada bantuan peralatan seperti alat potong rumput gendong. “Harapanya kalau UMS bisa membelikan mesin tersebut maka warga akan sangat senang,” kata Widono.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!