PURWOKERTO, MENARA62.COM — Seorang anak petani menamatkan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) berhasil meraih predikat Cum Laude dalam wisuda ke 63, di Aula Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu (28/9/2019).
Terungkap, sulung dari empat bersaudara ini menuntaskan studi stara satu (S1) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,64.
Niklah Nurohmah menuturkan bahwa pencapaian prestasinya tersebut dapat diraihnya berkat doa orangtua.
Menurut putri pertama dari pasangan Widhi Suweno dan Suyem bahwa kekuatan doa dari orang tua sungguh tiada tara dan berkahNya.
Mahasiswi yang aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu menjadikan keterbatasan yang ada justru membuat ia lebih kreatif dan cukup tangguh untuk menghadapi keadaan. Kondisi ekonomi yang terbatas bukan alasan seseorang untuk menyerah meraih pendidikan tinggi dan meraih cita-cita yang diinginkan.
“Kita biasa makan seadanya dengan daun singkong dari kebun dan nasi yang didapat dari panen padi setiap musim. Untuk lauk bagi adik-adik saya, orang tua saya memelihara entok dan bebek meskipun tidak banyak, namun setidaknya bisa menambah gizi adik-adik tetap dijaga,” kata mahasiswi 21 tahun itu.
Dorongan orangtua serta prinsip yang dipegang teguh oleh orangtua Niklah membuat dirinya berani melanjutkan pendidikan tinggi dengan segala keterbatasan yang ada. “Prinsip orangtua saya hidup sederhana tidak apa-apa, namun lakukan dengan kerja keras, rajin menabung untuk pendidikan anak-anak dan menjamin anak-anaknya dapat meraih pendidikan yang lebih baik,” jelsanya.
Sebagai anak yang paling tua dari 4 bersaudara, Niklah dituntut untuk menjadi contoh yang baik bagi adik-adik.
“Risiko ketika saya kuliah dengan penghasilan orang tua yang belum pasti dan tidak banyak. Saya juga harus memikirkan kehidupan adik adik saya. Banyak tekanan dari berbagai sisi. Alhamdulillah saya tumbuh dikeluarga yang tegas sehingga membuat saya kuat mengemban amanah yang diberikan orang tua untuk kuliah di Purwokerto,” ungkapnya.
Meskipun Niklah sering merasa kesulitan ketika menjelaskan sesuatu yang bertentangan dengan aturan keluarga. Ia bercerita pada suatu titik dimana ekonomi keluarga sedang terpuruk Niklah tidak mendapatkan kiriman uang untuk kebutuhan kuliah dan makan di Purwokerto.
“Saya tidak tahu sampai kapan orang tua saya tidak mengirimkan uang. Sehingga pada saat itu saya berpikir keras agar tetap bisa bertahan hidup dan menjalankan kuliah seperti tema-teman yang lain, dengan bekal kuliah Teknologi Tepat Guna (TTG) yang melatih mahasiswa menanam sayur-sayuran dilahan kecil saya manfaatkan ilmu itu untuk bisa makan walaupun hanya nasi dengan sayur hasil TTG,” jelasnya.
Selain itu ia juga pernah berjualan tiket dan menjadi penulis freelance. “Ya Allah, yang bisa saya lakukan selama tidak mengganggu kuliah saya dan dapat meringankan beban orang tua, saya lakukan,” ucapnya dengan haru.
Setelah melewati proses yang pait, akhirnya mahasiswa 21 tahun itu menyadari bahwa UMP berperan sangat besar dalam hidupnya.
“Melalui UMP saya mengenal IMM. Melalui IMM saya mendapatkan pengetahuan yang luas tentang cara hidup bermasyarakat, cara beragama yang baik. Saya yang awalnya sangat rendah diri, sedikit demi sedikit mulai membangun kepercayaan diri saya yang di barengi dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang saya miliki. Dan hal tersebut membawa pengaruh postif dalam hidup saya. Saya berani meninggalkan zona nyaman, untuk sesuatu yang lebih membutuhkan uluran tangan, semua itu saya pelajari di IMM sebagai Kabid Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) PK IMM Insan Kamil,” urainya.
“Dulu karena ketidaktahuan saya dan orangtua, saya hampir masuk ke universitas kristen. Tapi saat itu saya berdoa pada Allah agar saya ditempatkan di lingkungan yang mempunyai lingkungan agama islam yang baik sehingga dengan itu semua saya bisa mempelajari apa yang saat itu belum saya tau. “Alhamdulillah atas izin Allah, Allah menuntun saya ke Universitas luar biasa ini. Universitas itu adalah Universitas Muhammadiyah Purwokerto,” tutupnya. (cah/tgr)