27.3 C
Jakarta

Media Sosial Dapat Memicu Konflik Komunikasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM—Semakin kontroversial semakin banyak dibaca, semakin banyak dilarang semakin banyak dicari. “Media sosial (medsos) dan berbagai isu yang berseliweran adalah impact dari dunia digital. Selain banyak hal jadi mudah dari teknologi informasi namun resikonya juga luar biasa,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Abdul Mu‘ti, M.Ed dalam pengantar Pengajian Bulanan yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema Dunia Media Sosial dan Fikih Informasi, di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Gedung PP Muhammadiyah, malam hari ini, Jumat (3/2).

Termasuk perkembangan media sosial dan hoax yang menjadi konsekuensi dari dunia digital. Konsekuensi ini adalah persoalan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Staf Ahli Menkominfo Prof Dr Hendry Subiakto, SH, MA, mengatakan, media sosial telah menciptakan apa yang disebut mass self communication. Pesan tersebar luas lewat person to person. “Media sosial ini menjadi  extention of social communication. Berbagai issue jadi words of mouth, mudah tersebar luas,” kata Guru Besar Komunikasi dari Universitas Airlangga ini.

Komunikasi relatif bebas, pesan mudah dibuat dengan penyebaran amat cepat dan meluas. Penyebaran melalui media sosial ini  dapat memicu konflik komunikasi dan provokasi. “Siapa saja bisa berkomunikasi di media sosial. Kebetulan situasi politik sedang panas. Situasi ini dimanfaatkan oleh munculnya media abal-abal yang disebarluaskan di dalam media sosial yang tidak jelas siapa yang bertanggung-jawab,” tutur Hendry.

Banyak media abal-abal yang bermunculan, tinggal copy paste yang berpotensi melanggar UU Pers, UU ITE. Isinya dapat bermuatan fitnah, provokasi, dan sensasional. Yang isinya menjelek-jelekan orang malah banyak yang suka. Bad news is a good news. “Repotnya media abal-abal ini sudah mewabah di Indonesia. Semakin nge-klik banyak maka semakin banyak keuntungan dengan memiliki market dan user yang besar. Mereka dapat iklan dari google dan iklan koneksi politik,” paparnya.

Gunakan  Medsos untuk Kebaikan

Dalam Fikih Informasi, menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr. H. Dadang Kahmad MSi, berkomunikasi itu harus hati-hati dan sebaiknya menggunakan hati nurani daripada emosi. “Termasuk dalam menggunakan media sosial kita harus bertanggung-jawab. Sebab, menyebarluaskan berita bohong bisa mendapatkan azab. Penyebarluasan kabar bohong atau hoax ini secara multimedia, termasuk via media sosial,” kata Dadang. Oleh sebab itu, gunakanlah media sosial untuk menyebarluaskan kebaikan, berbagi nilai-nilai yang positif dan konstruktif, berbagi informasi yang benar dan bermanfaat sebagai sarana silaturahim atau pun dakwah.

Apa yang dimaksud dengan Hoax? Hoax itu bisa berbentuk pesan atau berita yang menipu. Informasinya dapat menciptakan kecemasan, kebencian atau pemujaan berlebihan. Sumbernya biasanya tidak jelas sehingga tidak bisa dimintai pertanggungjawaban.

Hoax biasanya terdapat di media abal-abal yang menggunakan nama yang mirip dengan media-media mainstream yang terkenal. Ciri-ciri utama media abal-abal adalah tidak mencantumkan susunan redaksi penanggungjawab dan tidak memiliki alamat redaksi sehingga tidak bisa dihubungi, didatangi atau dikunjungi bila pemberitaannya bermasalah. Hoax di dalam media abal-abal dapat memanfaatkan  fanatisme, atas nama ideologi atau agama. dan organisasi atau komunitas yang besar. Penyebarluasan berita hoax biasanya dengan judul provokatif, dan biasanya pula  isinya tidak cocok dengan judul, ditambah penyebarnya selalu minta diviralkan agar keuntungan mereka berlipat-lipat.

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!