32 C
Jakarta

Menebar Kebahagiaan, Bukan Merusaknya

Baca Juga:

Suatu ketika, Nabi SAW. pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakah orang yang paling dicintai Allah?” Beliau bersabda, “Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah adalah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang Mukmin (yaitu dengan cara): melepaskan bebannya, membayarkan utangnya dan menghilangkan rasa laparnya.” (HR. Ath-Thabrani)

Rangkaian hadis tersebut, jika diambil intinya adalah bahwa amal yang paling dicintai Allah adalah menghadirkan serta menebarkan rasa bahagia kepada sesama.

Ya, menebarkan kebahagiaan adalah amalan mulia. Di tengah kondisi masyarakat yang gamang, mudah tersulut emosinya karena hal-hal sepele, lekas tersinggung karena suatu ucapan atau tindakan tertentu, maka kehadiran manusia-manusia yang mampu menentramkan batin, menenangkan jiwa, serta mendamaikan hati adalah sebuah anugerah.

Betapa bahagianya kehidupan orang-orang yang gemar menebar kebahagiaan terhadap sesama. Mereka akan selalu diliputi oleh kebaikan dan keberkahan, karena Allah sangat mencintai mereka. Allah sangat bangga dengan perilaku hamba-hamba-Nya yang penuh cinta dan kasih sayang terhadap sesamanya.

Ironisnya, dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menjumpai orang-orang yang alih-alih menebar kebahagiaan, tetapi justru merusak bahkan menghancurkannya. Mereka ini adalah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat beragam penyakit. Bukan penyakit fisik, tetapi penyakit non-fisik (batin).

Adapun beberapa penyakit hati yang biasa menghinggapi diri setiap manusia antara lain: sombong (takabbur), iri dan dengki (hasad), riya, buruk sangka (su’uzhan), dendam, bakhil, dan lain-lain.

Kesombongan adalah penyakit hati paling laten. Iblis adalah tokoh utamanya. Ciri dari kesombongan adalah ‘merasa lebih baik dari yang lain’. Orang-orang sombong merasa dirinya lebih baik dari orang lain dalam segala hal; kekayaan, ilmu, kedudukan, nasab, dan lain sebagainya. Orang-orang sombong tidak pernah mau mengakui kebaikan dan kesuksesan orang lain. Mereka, alih-alih menebar kebaikan dan kebahagiaan, justru merusak dan menghancurkannya.

Iri dan dengki (hasad) adalah penyakit hati yang tidak kalah membahayakan. Penyakit ini bisa merusak dan menghancurkan kebahagiaan, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Orang yang memiliki rasa iri dan dengki tidak pernah senang melihat orang lain bahagia. Tetapi justru senang ketika melihat orang lain menderita. Pengertian sederhana dari penyakit hati yang satu ini adalah: “Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah.”

Penyakit hati selanjutnya yang akan merusak diri dan amal kita adalah riya’. Riya’ biasa diartikan dengan ‘ingin dilihat’. Berasal dari kata ra’a (melihat). Maka riya’ adalah sikap selalu ingin dilihat dan diperhatikan oleh orang lain, khususnya dalam hal ibadah. Sikap riya’ ini akan menghilangkan kebaikan serta pahala dari amal ibadah yang kita lakukan. Karena, kita lebih memilih pujian dan sanjungan dari manusia ketika beribadah daripada memilihi pujian dari Allah. Sikap ini seringkali tidak kita sadari. Meskipun ada juga yang secara sadar melakukannya.

Buruk sangka (su’uzhan) adalah salah satu penyakit hati yang tidak kalah bahanya. Ia akan menghancurkan dan membinasakan kebahagiaan. Orang yang selalu berburuk sangka kepada orang lain, apalagi kepada Allah tidak akan pernah bahagia hidupnya. Orang yang selalu diliputi sikap buruk sangka ini tidak pernah mengakui kebaikan orang lain. Apa pun yang dilakukan orang lain selalu dianggap salah dan buruk di matanya. Sebaliknya, dia merasa apa yang dilakukannya adalah yang terbaik. Sikap ini jika dibiarkan berlarut-larut akan menghancurkan kehidupannya sendiri, dan tidak menutup kemungkinan juga menghancurkan kehidupan orang lain.

Penyakit hati berikutnya yang akan merusak kebahagiaan adalah dendam. Ya, dendam adalah memendam perasaan marah dalam waktu yang lama kepada seseorang. Orang yang pendendam hatinya selalu bergemuruh, batinnya tidak tenang, jiwanya jauh dari rasa tentram. Sebelum dendamnya terbalaskan, dia tidak akan bisa tidur nyenyak tidak akan bisa makan enak.

Pada hakekatnya, sifat pendendam itu justru akan merusak dan menghancurkan kebahagiaan diri sendiri. Pada saatnya, juga akan merusak dan membinasakan kebahagiaan orang lain. Ajaran agama menuntun umatnya untuk menjadi pemaaf, bukan pendendam.

Sifat selanjutnya yang merupakan bagian dari penyakit hati adalah bakhil alias kikir. Ya, orang yang bakhil adalah orang yang enggan membelanjakan hartanya, bahkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Ada rasa sayang yang berlebihan terhadap harta yang dimilikinya. Orang-orang bakhil ini, jangankan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain dengan cara memberi sedekah atau bantuan yang bersifat materi, bahkan untuk dirinya sendiri mereka berat membelanjakan hartanya.

Sikap bakhil ini alih-alih menghadirkan rasa bahagia, justru akan memunculkan penderitaan dalam diri seseorang. Dia selalu cemas dan khawatir dengan kekayaannya. Yang ada di dalam benaknya adalah bagaimana mempertahankan kekayaan yang dimilikinya agar tidak pernah berkurang, bahkan kalau bisa terus bertambah.

Ruang Inspirasi, Kamis (9/7/2020)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!