31.3 C
Jakarta

Mengoptimalkan Sistem Evaluasi Belajar di Tengah Kebosanan Siswa Mengikuti PJJ

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran secara online yang dilakukan oleh pemerintah sejak pandemi Covid-19 menyisakan banyak masalah. Mulai dari persoalan dukungan gawai, akses internet, dukungan orang tua, kesiapan guru hingga kurikulum yang kurang memadai. Lebih dari itu, kurang variasinya metode pembelajaran dalam model PJJ juga telah menimbulkan masalah tersendiri yakni timbulnya rasa bosan pada siswa.

Rasa bosan tersebut membuat efektivitas PJJ semakin rendah. Dalam kajian yang dilakukan Kemendikbudristek, efektivitas PJJ ternyata hanya berkisar antara 30 hingga 40 persen. Jika situasi tersebut terus berlangsung, maka ancaman loss learning benar-benar nyata dalam dunia pendidikan Indonesia.

Karena itu, pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yakni Menteri Pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri mengizinkan pemerintah daerah untuk kembali membuka sekolah pada awal Januari 2021. Kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tersebut tentu harus mengikuti protokol kesehatan yang sangat ketat mulai dari wajib mengenakan masker, mengurangi kapasitas kelas hingga 50 persen, mengurangi hari efektif belajar per minggunya, hingga mensyaratkan dukungan sarana prasarana di setiap sekolah.

“Kapasitas kelas dikurangi hanya 50 persen. Artinya separuh dari siswa masih harus belajar menggunakan PJJ secara bergilir,” kata pemerhati pendidikan Saufi Sauniawati dalam webinar bertemakan “Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PTM” yang diadakan Faber-Castell pada Sabtu, (5/6/2021) yang melibatkan media dan blogger.

Pembatasan kapasitas kelas dan hari efektif belajar pada PTM terbatas, lanjut Saufi memberikan sinyal bahwa kebijakan belajar secara online akan tetap dilanjutkan. Mekanisme pelaksanaannya berdampingan dengan pembelajaran tatap muka. Dua model pembelajaran yang dilaksanakan secara berdampingan ini disebutnya sebagai blended learning atau hybrid learning.

Menurut Saufi, sejatinya model pembelajaran online diprediksi bakal menjadi model pembelajaran yang akan dikembangkan sekolah di masa-masa yang akan datang, meski nantinya pandemi sudah berakhir. Kemajuan teknologi informasi dengan segala kemudahannya memungkinkan pembelajaran bisa dilakukan melalui online.

Webinar bertemakan “Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PTM” yang diadakan Faber-Castell pada Sabtu, (5/6/2021) yang melibatkan media dan blogger.

“Di banyak negara seperti Jepang, pembelajaran sekolah sudah didampingkan dengan pembelajaran online atau disebut sebagai hybrid learning, blended learning. Tetapi di Indonesia, ini memang sesuatu yang baru, sehingga wajar saja menimbulkan banyak masalah,” tambahnya.

Beberapa masalah yang dijumpai pada model PJJ antara lemahnya motivasi belajar siswa, pemberian tugas dirasakan berat karena berbeda antara  tujuan pengajar dan orang tua, kemampuan anak menggunakan perangkat pembelajaran minim, terdapat distorsi  dengan permainan online ketika belajar menggunakan gawai. Lalu muncul pula paradigma tidak pergi sekolah adalah libur yang masih tertanam pada siswa. Kurangnya sosialisai sehingga membuat  pembelajaran terasa berat serta monotonnya pemberian tugas

Bagi orang tua, pelaksanaan PJJ terkendala dalam penyiapan fasilitas, belum mengetahui secara rinci platform dan troubleshooting, kendala prilaku anak , perbedaan pola target pembelajaran antara guru dan orang tua, belum dapat menjadi motivator, beratnya menerapkan displin pada anak ,waktu yang terbatas.

Sedang persoalan yang dihadapi oleh guru antara lain, fungsi dan pemberian pola pemberian materi dengan berbagai platform. Namun belum memahami trouble shooting, pembelajaran masih belum bisa menciptakan bonding walau pembelajaran jarak jauh, creativitas guru beragam, pembelajaran belum menarik dan menyenangkan.

Meski banyak kendala, bukan berarti pembelajaran secara online selamanya memberikan dampak negative. Ada banyak dampak positif yang bisa dilihat selama berlangsungnya pembelajaran online.

Saufi menyebut setidaknya ada 4 dampak positif dari PJJ. Pertama tumbuhnya karakter siswa, yang bisa dilihat dari upaya siswa untuk belajar berbagai ketrampilan hidup dengan cara membantu pekerjaan orang tua di rumah. Misalnya siswa belajar mencuci pakaian sendiri, membantu membersihkan rumah dan lainnya.

Kedua adalah kreativitas. Sejak PJJ diberlakukan, siswa menjadi kreatif untuk belajar tentang berbagai aplikasi pembelajaran. Termasuk mencari materi pelajaran melalui channel pembelajaran yang bertebaran di internet.

Ketiga, tumbuhnya berbagai portal pembelajaran baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun oleh swasta. Termasuk munculnya tayangan pembelajaran di TVRI.

Keempat, dukungan orang tua terhadap aktivitas belajar siswa semakin meningkat. Ini karena selama PJJ orang tua harus mendampingi anak-anaknya.

Optimalkan Sistem Evaluasi

Di tengah kebosanan siswa terhadap PJJ, menurut Saufi, PTM terbatas memang dapat menjadi solusi. Tetapi harap diingat bahwa PTM terbatas tidaklah sama dengan belajar tatap muka seperti sebelumnya. PTM terbatas artinya belajar tatap muka dibatasi baik dari segi jumlah peserta didik, jam belajar sampai hari belajar.

“Bertemu kembali dengan guru dan teman sekelas, meski masih terbatas, akan membuat siswa kembali bersemangat dan merasakan nikmatnya bersekolah,” sebut Saufi.

Ia menilai dalam PTM terbatas, guru harus memiliki variasi dalam metode pembelajaran. Pertemuan yang jumlahnya terbatas, harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Demikian pula metode belajar online juga harus dibuat semenarik dan seefektif mungkin sehingga kombinasi dari dua metode pembelajaran tersebut, mampu mengembalikan semangat siswa untuk kembali belajar.

“Kita tahu bersama, kebosanan pada metode PJJ telah membuat semangat belajar siswa berantakan. Bangun lebih siang, tidak lagi disiplin mengerjakan tugas dan lainnya,” tambah Saufi.

Lebih lanjut Saufi mengatakan bahwa muara akhir dari kegiatan pembelajaran adalah evaluasi dari akhir belajar tersebut. Evaluasi hasil belajar dari model pembelajaran online tentu harus memanfaatkan perangkat teknologi dan aplikasi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Paket belajar online yang diluncurkan Faber Castell akan memudahkan siswa mengikuti kegiatan evaluasi belajar melalui smartphone

Survei yang dilakukan di lapangan, pembelajaran jarak jauh sebagian besar dilakukan oleh siswa dengan dukungan smartphone dan sedikit yang memanfaatkan laptop. Penggunaan smartphone atau telepon pintar ini memiliki sisi kelemahan yakni layar yang kecil sehingga untuk membaca soal evaluasi, siswa harus berhati-hati, terutama saat memencet tombol fitur, huruf dan angka.

“Kan harus diperbesar, diperkecil, terus berulang seperti itu, supaya soal terbaca dengan baik,” jelasnya.

Upaya memudahkan siswa mengikuti evaluasi hasil belajar, dibutuhkan perangkat yang memudahkan siswa mengoperasikan smartphone. Salah satunya melalui Paket Belajar Online dari Faber Castell.

Sementara itu, Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia, Christian Herawan menjelaskan bahwa Paket Belajar Online Faber-Castell memang di ciptakan berdasarkan hasil survey yang ada dimasyakat khususnya terkait proses pembelajaran jarak jauh, dimana gawai yang di perangkat utama PJJ yang dinilai kurang optimal dalam mendukung kegiatan pembelajaran.

“Terkadang orang tua harus direpotkan dengan keharusan menyiapkan materi secara print out (dicetak kembali) setelah mendapatkan materi dari pengajar,” jelas Christin.

Hal ini tidak kan terjadi kembali jika materi evaluasi maupun pembelajaran tersebut dapat langsung di jawab melalui gawai yang dipakai, tentunya dengan bantuan produk Paket Belajar Online Faber-Castell.

Paket Belajar Online Faber-Castell ini sendiri  terdiri atas alat tulis yang lengkap seperti pensil, penghapus dan juga ballpoint yang dibutuhkan saat belajar, serta dilengkapi dengan stylus, tambah Christian.

Stylus yang berada di paket belajar online ini memiliki banyak fungsi dan keunggulan, diantaranya keberadaan stylus sangat dapat membantu saat pertanyaan jawaban yang sifatnya pilihan maupun essay, selain berfungsi untuk menggeser layar dan juga menulis, sehingga sangat cocok untuk segala jenis ujian.

Kelebihan stylus yang ada di paket Belajar Online dibandingkan sejenisnya, karena karet stylus juga bertekstur lembut sehingga tidak akan merusak layar smart phone dan dapat digunakan di semua jenis atau merek smart phone.

Saat ini paket belajar online Faber-Castell telah tersedia di official store Faber-Castell di Tokopedia, Blibli, Bukalapak, Lazada serta toko tradisional market maupun modern market terdekat, tambah Christian.

“Paket belajar online Faber-Castell ini merupakan solusi lengkap untuk dari tingkat  Sekolah Dasar  hingga mahasiswa di jelang perkuliahan yang saat ini menjalankan  PJJ,” tutup Cristian.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!