Oleh : Ace Somantri
BANDUNG, MENARA62.COM – Muhammadiyah Jawa Barat sebentar lagi akan melaksanakan permusyawaratan untuk melakukan periodisasi organisasi sebagai wujud dan bukti regene rasi kepemimpinan dalam satu periode kedepan, namun ada hal yang perlu kami sadari ternyata ada hal yang kami lupakan, apa itu? Dalam organisasi Muhammadiyah terdapat struktur yang disepakati dari sejak berdiri hingga saat ini, struktur tersebut terdiri dari level pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting. Hal itu menjadi satu kesatuan tak terpisahkan, namun dalam fakta dan ceritanya berbeda, kondisi tersebut seolah hanya ada dalam cerita. Kami dari cabang dan ranting berjuang menjaga dapur untuk tetap hidup, berusaha maksimal untuk menjaga eksistensi persyarikatan dengan segala upaya yang kami miliki namun entah kenapa setiap hari terus berganti hari hingga tak bertepi. Namun itu seolah sia-sia karena anggota dan jamaah yang dimiliki kian hari terus berkurang, bukannya bertambah. Evaluasi demi evaluasi dilakukan, dan juga strategi demi strategi silih berganti diujicobakan.
Di manakah kami sebenarnya? Di akar rumput berjibaku menjaga jamaah kian hari semakin berkurang bukan bertambah, entah apa yang menjadi penyebabnya. Rasanya, saat yang tepat untuk menyampaikan kegelisahan hati dalam forum permusyawaratan tingkat wilayah, barangakali berbagi cerita dan kisah sesama pimpinan cabang yang lain yang ada di Jawa Barat, kabar berita ada beberapa cabang rantingnya hidup dan dapat menghidupi warganya. Sependek yang diketahui, sangat jarang kondisi ranting dan cabang sejahtera nan bahagia. Faktanya lebih banyak kondisi cabang dan ranting “wujuduhu kaadamihi” adanya seperti tidak adanya. Mereka, berjuang hanya sekedar mempertahankan jamaah, itu sudah menjadi prestasi luar biasa.
Sementara, para pimpinan di tingkat pusat, wilayah berbagi jatah dakwah berputar di sekitar lingkungan amal usaha terlihat mewah nan berwibawa. Di cabang dan ranting sangat jauh dari kesan mewah, yang dirasa sangat susah penuh gelisah karena jamaah banyak pindah rumah. Pengajian ranting dan cabang, tidak lebih dari puluhan orang jamaah bahkan belasan orang. Pernah terjadi, menunggu jamaah datang tak kunjung datang hingga tidak digelar acara pengajian, begitulah fakta cabangmu dan rantingmu! Kiranya, dalam tulisan ini mewakili sahabat-sahabat kami yang belum sempat menyampaikan ungkapan curhat kata dalam sidang permusyawaratan mulia penuh bangga.
Ternyata kami memang lupa yang seharusnya untuk melakukan sesuatu lebih baik dari yang baik. Sebagai aktivis persyarikatan menyadari sekali bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan baik material maupun immaterial, lupa dan khilaf tidak disengaja itu kelalaian semata. Kalaulah dianggap sebuah pelanggaran moral dan etik, tegurlah kami sebagaimana seorang manusia biasa. Yakin sekali, kondisi dan situasi para aktifis penggerak di ranting dan cabang lebih mulia dari pada kami yang dianggap mulia padahal tidak berdaya. Rantingmu akan menjadi saksi kemuliaanmu, cabangmu akan memberi penghormatan yang layak sebagai pejuang dakwah amar maruf nahi munkar. Kelalaian demi kelalaian, sebuah cerita dan fakta yang disampaikan menjadi pengingat akan tanggung jawab sebagai warga persyarikatan untuk memperbaikinya.
Lama waktu menjadi pimpinan bukan berarti layak dan mampu, apalagi seorang yang hebat dan taat. Jauh dari bumi ke langit, kenyataan yang ada justru banyak hal yang menyedihkan manakala suara jamaah sudah tidak terdengar lagi di telinga, dan tidak terlihat dengan kasat mata, artinya itu menunjukan bahwa jamaah ranting dan cabang sudah tiada. Sementara di sisi lain, saat menjelang suksesi yang muncul di permukaan terdapat gap yang semakin menganga antar kader satu dengan kader lainnya saling klaim diri paling baik, ber-fastabiqul khairat dalam suksesi kepemimpinan boleh, malah disyariatkan wajib manakala berorientasi kebaikan. Namun ada hal yang harus menjadi perhatian bersama, yaitu menggerakan potensi organisasi, termasuk dalam menggerakan ranting dan cabang harus menjadi perioritas bagi pimpinan di pusat, wilayah dan daerah.
Rantingmu kian hari semakin rapuh, jalan dan langkahmu terlihat tertatih-tatih, kadang sempoyongan memperlihatkan tidak berdaya. Plang papan namamu entah kemana, apakah memang tidak punya atau sudah roboh dimakan usia. Cabangmu kian hari semakin tak berdaya melihat rantingnya sudah mulai patah-patah di makan usia, yang dulu kuat dipenuhi dedaunan hijau nan indah, sekarang hanya menunggu dipangkas untuk kayu bakar. Di manakah para penggerak yang katanya pimpinan, menunggu diundang atau malu khawatir di sangka promosi dan sosialisasi bak pejabat eselon tinggi yang memiliki niat kembali masuk pimpinan. Semua ada dalam persimpangan yang tidak jelas, kondisi persyarikatan sudah terasa semakin tua. Berharap banyak generasi dari tunas yang tumbuh dapat menggantikannya.
Walaupun tunas generasinya sudah mulai tumbuh subur, namun sepertinya belum terlihat akan tumbuh lebih baik dari induknya. Perkembangan jumlah amal usaha tumbuh subur, namun sepertinya tidak dibarengi tumbuh subur kader-kader militan inti yang unggul, hal itu terlihat indikator sederhana kondisi ranting dan cabang banyak yang sudah tua renta, nyaris tak terjamah oleh pimpinanan di atasnya hingga tak terasa jamaahnya sudah tiada. Sayap – sayap otonom persyarikatan di ranting dapat dikatakan seolah sesuatu yang mustahil ada, apalagi organ otonom angkatan mudanya sangat jauh dari kemungkinan mau aktif bersama pengurus tingkat ranting.
Kami dari pusat, wilayah, dan daerah selama ini lupa, khilaf dan salah. Kondisimu hari ini akibat kami yang tak peka, peduli, dan tak berperasaan akan perjuanganmu menjaga eksistensi persyarikatan. Kami selama ini hanya berjibaku pada hal-hal yang mercusuar semata, karena ada harapan besar agar terlihat persyarikatan megah dan mewah. Terselip ada keinginan membuka pelayanan pada publik, namun kadang kenyataanya terkesan dipandang sebagian orang ada kapitalisasi yang ditampung di amal usaha persyarikatan. Khilaf dan salah kami, semoga menjadi catatan para aktifis dan penggerak di tingkat ranting dan cabang Muhammadiyah, sekiranya kami tidak layak dan tidak pantas untuk menggerakan nahkoda kapal besar ini, sebelum undur dari kepemimpinan bolehlah kami sekali-kali untuk memeluk sambil berbagi cerita kisah pilu menghadapi tantangan di akar rumput. Bravo para aktifis ranting dan cabang, wajah tulusmu menjadi penghias persyarikatan. Wallahu’alam.
Bandung, Januari 2023