26.2 C
Jakarta

SAREN JAWA, Kampung Islam Yang Bernuansa Bali.

Baca Juga:

KARANGASEM, MENARA62.COM. Bali yang dikenal dengan sebutannya Pulau 1000 Pura dengan mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata menyimpan banyak kejutan yang terkait dengan Agama Islam, khususnya di Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten Karangasem tepatnya terletak di Kecamatan Bebandem, Desa Budakeling ada sebuah Dusun yang bernama Kampung Saren Jawa. Kampung tersebut telah ada sejak abad XV di tahun 1410 M.

Berjarak kurang lebih 12 KM dari Gunung Agung, Kampung Saren Jawa menjadi semakin eksotik jika dilihat dari atas menara Masjid di mana gagahnya Gunung Agung menjadi latar belakangnya.

Kampung Saren Jawa adalah salah satu kampung Islam dari 33 kampung Islam yang ada di Karangasem. Suasana kampung itu tidak jauh berbeda dengan kampung lain di Karangasem. Namun ada perbedaan mendasar yang tidak dimiliki oleh kampung-kampung Islam lainnya di Karangasem, perbedaan itu adalah adanya Bale Banjar atau Balai pertemuan yang biasanya dimiliki oleh Banjar-Banjar warga Hindu kebanyakan. Dan ditambah lagi, pemberian nama-nama bagi masyarakat Saren yang ditambah dengan khas nama-nama Bali seperti Wayan Abdullah, Ketut Arifin dan seterusnya.

Adat istiadat di kampung Saren Jawa yang bernuansa Islami namun sangat terasa bercampur nuansa dan aroma Bali. Seperti Kebiasaan Megibung saat diawal puasa dan diacara-acara penting lainnya. Suasana toleransi sangat kental terasa diantara warga Kampung Saren Jawa dengan kampung-kampung Hindu yang mengelilinginya. Antara warga kampung Saren Jawa dan Hindu sangat sering mengadakan kunjungan atau silaturahmi diantara mereka disaat-saat Hari Raya masing-masing. Seperti saat Hari Raya Idul Fitri para tokoh adat Hindu datang bersilaturahmi ke kampung Saren Jawa.

Sedkit melihat kebelakang, keberadaan Kampung Saren Jawa yang didirikan oleh Raden KH. Abdul Jalil pada tahun 1410 M merupakan salah satu punggawa kerajaan Demak yang berhasil menjinakkan “Sapi Gila” hingga sapi tersebut tertidur atau Sare. Bermula dari kejadian itulah Abdul Jalil diberikan wilayah atau daerah dimana Sapi Gila tersebut berhasil di “sare” kan atau ditidurkan. Sehingga nama Sare atau Saren menjadi nama daerah atau tempat tersebut hingga kini.

Dengan populasi kurang lebih 200KK warga Saren Jawa yang hampir penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai petani dan sebagian sebagai pedagang, dan ada beberapa pemuda dan pemudinya memilih mencari penghidupan di Kota Denpasar dan Kabupaten terdekat lainnya.

Meski kampung ini merupakan campuran budaya Jawa dan Bali, namun uniknya sebagian besar warga setempat tidak bisa berbahasa Jawa. Sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Bali bahkan bahasa Bali Halus. Sementara setiap Lebaran atau di hari-hari libur Nasional ada saja peziarah yang berasal dari Jawa atau luar Bali yang mengunjungi tempat ini.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!