SLEMAN, MENARA62.COM – Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) DPC Sleman menggelar pelatihan merangkai bunga dengan memanfaatkan bahan dari kearifan lokal di Omah Lavia, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Sabtu (21/11/2020). Kustini Sri Purnomo yang merupakan seorang pemerhati tanaman hias dan bunga dan hadir dalam kesempatan tersebut, mengidamkan Kabupaten Sleman ke depan bisa menjadi sentra tanaman hias dan bunga.
Ketua IPBI DPC Sleman, Lusia Bayu menuturkan agenda pelatihan tersebut merupakan acara rutin yang selalu digelar dengan melibatkan seluruh anggota yang mayoritas adalah perempuan. Pelatihan yang dilaksanakan di salah satu tempat milik Ketua DPD DIY Hervia Latuconsina Budi, itu mengkombinasikan rangkaian bunga dengan bahan lokal salah satunya janur.
“Tema kegiatan kali ini adalah Pesona Lokal Tradisional dari Sleman untuk Nusantara. Bahan lokal yang kita angkat adalah janur. Kita ingin mengangkat janur sebagai aset daerah yang sudah digunakan turun temuran masyarakat sebagai bagian dari seni budaya, mantenan dan lainnya agar menjadi suatu rangkaian yang nasional,” jelas Lusia.
Janur sendiri menurut Lusia, bisa difungsikan sebagai ornamen maupun kontainer dalam seni merangkai bunga. Salah satunya terlihat dari semakin variatifnya bentuk kembar mayang yang digunakan saat proses perkawinan Jawa. Hal ini yang mendorong, pemanfaatan janur sebagai ornamen hiasan bunga sangat memungkinkan.
“Menggunakan sesuatu yang art tidak usah yang mahal-mahal, bikin kontainer bisa dari janur. Makanya ini kita buat ketrampilan merangkai janur. Tadi sudah diawali dengan membuat keris dari janur,” tandas Lusia.
Ketua IPBI DPD DIY, Hervia Latuconsina Budi menyampaikan Kabupaten Sleman memiliki potensi dalam hal pertanian, tanaman hias dan bunga. Apalagi dengan adanya dataran tinggi khususnya di lereng Gunung Merapi. Selain sudah memiliki tempat nursery atau kebun bibit, Sleman juga memiliki produksi vas bunga.
“Banyak bibit bunga dari luas negeri yang bisa tumbuh dengan baik di Sleman. Hal ini menjadi bukti jika potensi alam khususnya di lereng Gunung Merapi ini bisa menjadi tempat khusus untuk pembudidayaan tanaman hias dan bunga yang bagus,” terang Hervia.
Penjualan tanaman hias dan bunga di saat pandemi diungkapkan Hervia juga tidak terlalu mempunyai dampak penurunan yang signifikan. Masyarakat yang mulai mencari kesibukan salah satunya dengan bercocok tanam, membuat beberapa harga tanaman hias dan bunga menjadi tinggi.
“Semua orang bisa memulai menanam tanaman hias dengan memanfaatkan lahan yang ada. Apalagi saat pandemi ini harga tanaman hias juga gila-gilaan,” ungkap Hervia.
Dukungan alam di Kabupaten Sleman dilanjutkan Hervia, bisa membuat masa depan tanaman hias dan bunga sangat cemerlang. Ia pun berharap Kabupaten Sleman bisa menjadi sentra tanaman hias dan bunga. Keiinginan Hervia rupanya juga diamini oleh Kustini Sri Purnomo yang mengidamkan Kabupaten Sleman bisa menjadi pusat tanaman hias dan bunga. Banyaknya lokasi kebun bibit di Sleman bisa menjadi rangsangan awal untuk adanya pasar bunga yang khusus.
“Sleman nanti bisa menjadi sentra bunga, orang bisa datang kesini untuk bertransaksi. Bisa menumbuhkan sektor perekonomian baru di Kabupaten Sleman, apalagi perempuan bisa terlibat sebagai pelaku usaha di dalamnya,” imbuh Kustini.
Kustini Sri Purnomo juga berkaca dari perkembangan Kota Surabaya yang mana jalan protokol di kota di Jawa Timur itu kini nampak cantik karena banyak pepohonan Tabebuya. Rona kuning, merah muda dan putih yang menyerupai bunga Sakura itu secara dominan mewarnai panorama saat melintasi kota tersebut.
“Ia harapannya jalan di Sleman nanti bisa seperti kota Surabaya. Kelihatan cantik dan sejuk dipandang. Dan tentunya itu bisa menjadi icon wisata baru di sini,” pungkas Kustini.