30.9 C
Jakarta

Sosok di Balik Produk Bahan Ecoprint ZEE Collection

Baca Juga:

Fashion sudah menjadi passion pemilik brand ZEE Collection, Riene Mahardiani (41). Nama brand ini diambil dari nama kecilnya /panggilannya. Keprihatinan akan lingkungan di masa depan, membuatnya mengeluti produk natural handmade ini.

Masa pandemi telah mengubah banyak orang dalam cara berkegiatan dan berusaha. Seperti halnya dialami pula oleh pengusaha lulusan Poltek  ITB (2001) dan Fisip Universitas Padjajaran (2003) ini.  Selama 2-3 tahun lamanya mulai mengeluti usaha ecoprint, Riene kini sering mengikuti berbagai acara pameran dan promosi di dalam dan luar negeri serta menjadi pembicara mengenai pengalamannya di bidang ecoprint.

“Awalnya, saya seorang make up artist (MUA). Sempat kerja bareng dengan MUA seperti Bennu Sorumba dan Anda Arrusa. Karena saya seorang komorbid penyintas kanker kolon,  di masa pandemi, suami tidak membolehkan saya keluar kemana-mana. Maka saya mulailah mengulik-gulik kesenangan saya main-main dengan bahan-bahan kimia alam dan saya gunakan untuk berkreasi dari rumah,” cerita Riene yang  mempunyai basic fashion  dan mendalami serta mengembangkannya dengan standarnya sendiri.

Kesukaan bergelut dengan bahan kimia alam membuat Riene bereksperimen dengan bahan-bahan kain dari  serat natural yang tidak ada polisternya. Bahan kain di print dengan menggunakan warna-warna dari bahan alam, dari semua bagian tumbuhan seperti dari kulit, batang kayu, daun, akar, bunga, dan buah.  Semua benar-benar natural dan organik seratus persen. “Untuk pewarna saya olah sendiri. Misalnya untuk mendapatkan warna merah atau pink saya ambil dari bahan secang atau sandalwood. Kemudian bahan digodok sampai berhari-hari. Semua proses pengerjaan ini serba natural handmade,”  terang Riene yang pernah belajar dan memiliki pengalaman mengenai eco arts sebelumnya. Ia sering ikut kompetisi fashion di Singapura dan sempat belajar eco art in clay di Perancis serta beberapa online workshop dengan orang Rusia dan Israel, serta berbagi ilmu dengan para pengrajin lokal di daerahnya di Banyumas.

Bisa dibilang produk-produk ecoprint ZEE Collection ini dikerjakan oleh para tangan-tangan terampil dan terlatih beberapa anak asuh binaannya, para lulusan SMA dan SMK. “Ada sekitar 7 anak yang memang memiliki jiwa seni dan fashion. Saya bina minat dan bakatnya, serta saya tempa pula mental dan karakternya. Jadi, saya berikan mereka sesuatu yang bisa berguna untuk kehidupan di masa depannya.”

Menurut Riene, di daerahnya Banyumas  ada  beberapa pula produk produksi ecoprint rumahan lainnya, hanya saja kualitas dan jumlah produksi masih sangat terbatas jika untuk produksi masal maupun ekspor. “Untuk ZEE Collection sendiri untuk pengerjaan satu bahan standar dengan standart eksport ukuran 2,5 meter ini memerlukan waktu sekitar 7-10 hari fully handmade. Sejauh ini maksimal yang bisa dihasilkan sebanyak 500 pieces dalam 1 bulan,” ujar Riene yang produknya sempat dilirik dan di-follow-up oleh  kurator dari Paris Fashion Week ini.

Selain penggunaan bahan alami, kesulitan dalam teknik pembuatan serta nilai seni produk yang dihasilkan turut berpengaruh pada harga produk yang dihasilkan. “Hal ini menjadi tantangan dalam mengedukasi masyarakat soal sifat dan karakter masing-masing produknya.  Jadi kelebihan dari produk ini selain bahan alami, ada nilai artistik dan selalu ada invention new technic and art value. Umumnya, untuk produk standar ekspor yang saya buat ini di harga kisaran 700 ribu ke atas.” Umumnya yang dibuat adalah standard  ekspor dengan ukuran bahan 2,5m katun di harga 700 ribu ke atas.”

Riene berharap, masyarakat ke depannya akan semakin banyak  yang menggunakan produk-produk ecofriendly. Produk yang tidak mencemari lingkungan dan limbahnya degradable. Hal ini sebagai salah satu upaya masyarakat pula dalam turut menjaga lingkungan dan keberlangsungan bumi.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!