28 C
Jakarta

Suatu Sore Diruang BPH UMS

Baca Juga:

Jum’at (18/10/2019) sore, di ruang rapat Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), tampak sejumlah mahasiswa berkumpul. Mereka adalah Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) yang terdiri dari Kota Surakarta, Sukoharjo dan Karanganyar.

Rupanya, mereka sedang menimba pengalaman bersama Dr Sudibyo Markus M BA, salah satu pendiri IMM. Pertemuan ini, merupakan persiapan sinergisitas menghadapi Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Surakarta, Jawa Tengah pada awal Juli tahun depan.

Tampak beberapa perwakilan PC IMM dari Kota Magelang dan Banyumas juga ikut menghadiri acara itu. Pertemuan sore itu, mengusung tema peranan IMM dalam menghadapi problematika ke-Indonesiaan.

Acara yang bertujuan untuk berbagi pengalaman dan wawasan dengan salah satu pendiri organisasi pergerakan mahasiswa tersebut, bukan hanya berbagi tentang cerita masa lalu. Namun, Sudibyo Markus juga memberikan wejangan kepada penerus organisasi yang dibangunnya 55 tahun silam bersama Drs Moh Djazman Al-Kindi dan kawan-kawannya yang lain.

Rintisan

Menurutnya, pada tahun 1965-1970 an merupakan tahun awal bagi IMM untuk merintis sebuah organisasi. Ketika itu, organisasi dibangun dengan menumbuhkan visi serta nilai yang akan mereka bawa. Barulah pada tahun setelah 1970-an hingga tahun 1980-an, nilai masing-masing yang dibawa ke dalam organisasi IMM mulai dapat hilang, dan akhirnya tahun-tahun selanjutnya kader IMM dapat melanjutkan visi dan cita-cita yang ingin IMM capai.

Selain sejarah singkat terkait terbentuknya IMM, Sudibyo Markus juga memberikan tips untuk kader IMM di zaman sekarang. Ia menceritakan tentang upaya membangun jati dirinya sebagai kader yang memiliki kecerdasan majemuk. Menurutnya, kecerdasan yang dimiliki tidak hanya di satu bidang saja.

Sudibyo mengingatkan, agar kader IMM harus dapat meniti akademik yang bagus, kemudian menjadi generasi muda Muhammadiyah yang mampu memahami lingkungan kebangsaannya. Selain itu, ia juga berpesan agar kader IMM dapat membangun wawasan dan jaringan komunikasi yang luas.

“Kaderisasi yang terbaik adalah mengikuti kegiatan praksis yang ada di Muhammadiyah, seperti NA (Nasyiatul Aisyiah), pimpinan ranting Muhammadiyah dan lain-lain,” ujarnya.

Ia juga menegaskan, kader IMM harus dapat mengalir sesuai realitas kehidupan. Mengalir bukan berarti mudah terbawa arus, namun dapat mengikuti perkembangan zaman dan isu yang ada di tengah masyarakat.

“Apalagi dalam menyikapi hal-hal politik yang ada di Indonesia. Kader IMM harus mampu memahami isu yang ada sehingga mampu menyikapinya dengan baik,” ujarnya.

Ketua IMM Solo (Paling kanan) bersama Sudibyo Markus (kedua dari kanan)

Kader IMM yang militan, baginya adalah seseorang yang mampu menyikapi permasalah yang ada di masyarakat dengan proporsional. Esensi dasar dari seorang kader militan menurutnya adalah orang yang dapat mengikuti informasi atau isu yang sedang terjadi.

“Orang modern itu, orang yang dapat mengambil sikap pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Tapi bukan berarti kita harus menyikapi semua hal diluar fokus atau relevansi kita,” ujarnya.

Acara tersebut selesai tepat sebelum adzan maghrib berkumandang. Peserta yang berjumlah lebih dari 100 orang itu, tampak antusias mengikuti acara tersebut.

Sebagai penutup acara, Sudibyo Markus juga melambungkan doa agar perjuangan IMM memperoleh ridho dari Allah SWT.

Penulis: Elvira D Syavala

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!