31.3 C
Jakarta

Tim Kesiapsiagaan Bencana, Perlu Selalu Siaga

Baca Juga:

Tim kesiapsiagaan bencana di negara-negara Asia Tenggara, diharapkan selalu siap siaga. Ini merupakan salah satu harapan yang muncul dalam Tim Medis Darurat (EMT) WHO, yang digelar di Dhaka, India pada 5-6 Juni 2018. Dalam pertemuan ini, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), mengirimkan wakilnya.

Bencana, bisa datang kapan saja. Bencana, terkadang tiba-tiba muncul tanpa pemberitahuan atau peringatan lanjutan. Akibat bencana, sering menyebabkan cedera yang luas terhadap orang-orang yang berada di wilayah terkena dampak. Selain penduduk, bencana itu juga bisa menyebabkan kerusakan pada sistem perawatan kesehatan, membuat fasilitas kesehatan sebagian atau seluruhnya rusak. Dalam situasi krisis seperti ini, terkadang mungkin melampaui kapasitas nasional untuk merespons secara cepat.

emt
pertemuan EMT di Dhaka, India.

Wilayah Asia Tenggara rentan terhadap berbagai jenis bencana dan keadaan darurat. Negara-negara di kawasan ini menghadapi berbagai macam bencana, dari bencana alam termasuk gempa bumi, banjir, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung berapi yang mungkin memerlukan bantuan segera dari Tim Medis Darurat (EMT) nasional di negara yang terkena bencana atau oleh EMT Internasional.

Contoh di Wilayah Asia Tenggara adalah gempa bumi Gujarat, India (2001), Tsunami Samudra Hindia (2004), gempa Kashmir, India (2005), gempa Yogyakarta, Indonesia (2006), Topan Nargis, Myanmar (2008), gempa Nepal (2015), Chennai banjir (2015) dan gempa Aceh, Indonesia (2016).

Dalam keadaan darurat, hasil tanggapan tergantung pada seberapa cepat keahlian yang tepat, untuk mencapai di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat pula, untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang terkena dampak. Untuk mencegah, mendeteksi dan menanggapi keadaan darurat, Program Kesehatan Emergensi WHO (WHE) berfokus pada peningkatan kapasitas negara dalam kolaborasi dengan mitra nasional, regional dan global.

Oleh sebab itu, Penguatan Manajemen Risiko Darurat menjadi salah satu bidang prioritas untuk kawasan, dan ini dapat dicapai dengan meningkatkan mekanisme koordinasi untuk tanggap darurat melalui kemitraan yang efektif.

Selama fase darurat, kehadiran beberapa pemangku kepentingan kemanusiaan yang bekerja dengan, atau tanpa pengaturan kemitraan dapat membuat tanggapan darurat menjadi kurang efektif dan tidak efisien. Sering terjadi, duplikasi kegiatan respon dan pemborosan sumber daya yang sudah langka.

Disamping itu, mekanisme koordinasi dan komunikasi yang lemah, dapat mempengaruhi kualitas dan pengiriman yang tepat waktu dari bantuan dan layanan darurat yang sangat dibutuhkan. Untuk mendapatkan tanggapan darurat yang tepat waktu, terkoordinasi dengan baik, efektif, dan efisien, unit Operasi Darurat (EMO) WHO di Kantor Regional yang berbasis di New Delhi, India bekerja sama dengan berbagai mitra di berbagai negara di Asia Tenggara.

Berbagai kemitraan, memiliki mekanisme jaringan dan koordinasi sendiri di dalam bidang spesialisasi atau minat mereka sendiri. Mitra operasional dan platform kemitraan utama yang ada dikategorikan secara luas dalam jaringan Tim Medis Darurat (EMT).

EMT

Tim Medis Darurat adalah sekelompok profesional kesehatan (dokter, perawat, dan paramedis) yang memberikan perawatan klinis langsung, kepada penduduk yang terkena bencana dan keadaan darurat kesehatan. Ini termasuk tim pemerintah (baik sipil maupun militer) dan non-pemerintah, dan dapat mencakup tim nasional dan internasional. Ruang lingkup EMT berkisar pada manajemen trauma, karena bencana yang datang dengan tiba-tiba membutuhkan keahlian manajemen korban massal, untuk memberikan perawatan darurat medis akut, terutama dalam wabah yang sangat menular (misalnya Ebola).

Inisiatif WHO EMT bertujuan untuk mendukung negara anggota, LSM dan organisasi internasional dengan mengidentifikasi standar minimum, praktik terbaik, logistik, dan SOP koordinasi lapangan operasional. EMT, merupakan bagian penting dari tenaga kerja kesehatan global, dan inisiatif EMT menempatkan fokus yang kuat untuk membantu setiap negara dalam mengembangkan EMTnya sendiri, yang dapat tiba disaat kehadiran mereka dibutuhkan dalam waktu sesingkat mungkin. Itu sebabnya, tim EMT diharapkan untuk mematuhi standar dan mekanisme koordinasi yang disepakati secara global, dalam respons kemanusiaan.

Untuk itulah, WHO SEARO mengorganisir konsultasi regional yang penting ini pada EMT. Koordinasi itu untuk memetakan kapasitas yang ada, untuk memahami kekuatan dan tantangan, sehingga bisa dipergunakan untuk mengembangkan peta jalan untuk memperkuat EMT di daerah. Itu sebabnya, penting untuk mengadopsi standar, menerapkan jaminan kualitas dan mekanisme tata kelola untuk memperkuat EMT nasional dan internasional yang dapat bekerja di kawasan Asia Tenggara.

Penguatan EMT

Situs SEARO.WHO.int menyebutkan, pertemuan EMT WHO bertujuan untuk melakukan penguatan jaringan EMT di Asia Tenggara. Pertemuan ini juga membahas dan meninjau perkembangan global dan regional di bidang EMT, serta memetakan kekuatan EMT di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, pertemuan ini untuk mengembangkan rencana penguatan EMT yang mengadopsi mekanisme pengaturan EMT regional dan pengaturan koordinasi EMT. Pertemuan ini, juga mengagendakan penyusunan makalah diskusi tentang EMT untuk Komite Regional. Konsultasi ini juga, menjadi rangkaian persiapan untuk pertemuan Komite Regional WHO/SEARO pada bulan September 2018 mendatang, dimana penguatan EMT akan dibahas sebagai agenda penting.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!