26.2 C
Jakarta

Unisa Yogyakarta Gelar Baitul Arqam, Bahas Jihad Teknologi dalam Menghadapi Tantangan Peradaban

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, gelar Baitul Arqam (BA) untuk pimpinan, diikuti oleh jajaran Rektorat, Dekanat, Ka.Program Studi, dan Ka.Biro, 04-05 Maret 2022. Baitul Arqam dibimbing oleh Master of Training (MoT) dari Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.

Selain mengikuti materi untuk pengkokohan dan penyegaran semangat kembali para jajaran pimipinan struktural, seluruh peserta Baitul Arqam juga mendapat kesempatan untuk mengisi Kultum setiap pasca Shalat Fardhu.

Digelar via Zoom Meeting dengan harapan tidak mengurangi esensi, materi diawali dengan pembahasan ‘Jihad Teknologi dalam Menghadapi Tantangan Peradaban’ yang disampaikan oleh Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.Dalam materi tersebut disebutkan bahwa agama Islam sedang mengalami kemunduran dari hari ke hari. Kontribusi umat masih kurang dalam pengembangan sains di dunia. Kontributor umat dalam bidang sains 3 orang, 2 di bidang kimia dan 1 di bidang fisika.

Ada beberapa poin yang menjadi penyebab keterlambatan perkembangan pada umat Islam. Pertama, umat Islam gagal mengidentifikasi kekuatannya. Kedua, gagal dalam memahami realitas kontemporer dunia. Dan ketiga, kegagalan yang disebabkan karena gagal merespon global.

Menurutnya, sains penting dalam banyak hal termasuk pengambilan kebijakan. Perempuan juga dapat berkontribusi atau berperan dalam pengembangan sains dan peradaban, bahkan diumur yang terbilang muda. Menilik ilmuwan muslim dahulu, banyak yang memanfaatkan waktu untuk menulis, meneliti, merenung, dan refleksi.

Fatul Wahid, dalam pemaparannya berkata,” Saya mengutip ‘bagaimana ketika pandemi menyerang, negara menggunakan pendekatan saintifik untuk melawan”. Hal ini menegaskan bahwa sains hadir salah satunya untuk memecahkan masalah manusia, salah satunya adalah pandemi.

Fatul menjelaskan dengan basis Mozaffari (1998),bahwa ada berbagai strategi untuk bangkit. Dalam hal reproduksi ada proses mekanis, berorientasi pada masa lalu (reinkarnasi), melibatkan mentalitas yang baku dan kaku. Dalam hal rekonstruksi ada proses intelektual. Strategi menuju peradaban baru dimulai dari konseptualisasi sangat awal untuk dikritisi. Tiga komponen dalam kemuliaan peradaban adalah kebahagiaan (pengembangan sains), kesejahteraan (penguasaan kapital), dan kedamaian (pendalaman agama).

“Banyak jebakan jika meninggalkan salah satu komponen tersebut, contohnya ketika hanya dengan pendalaman agama, peradaban menjadi kerdil,” jelas Fatul.

“Konseptualisasi yang saya gunakan berupa tangga sulaiman. Nabi sulaiman memiliki ilmu, harta, dan tahta. Tangga tertinggi berupa ilmu. Ketika kita memiliki ilmu dengan ketulusan maka memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Tangga kedua yaitu kedudukan. Yang mengembangkan ilmu dengan karir seperti jabatan fungsional. Yang ketiga yaitu harta. Ini menjadi penguat sebagai basis kolektif. Ikhtiar kolektif salah satunya membangun kesadaran berilmu dalam diri,” jelas Fatul Wahid lebih lanjut.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!