26.1 C
Jakarta

YKPI Gelar Mammografi Untuk Kalangan Media

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Sekitar 50 wartawati dari berbagai media di Jakarta mengikuti kegiatan mammografi yang digelar Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Kegiatan tersebut digelar sebagai rangkaian Peringatan Hari Kanker Sedunia yang jatuh 4 Februari 2018.

Dikoordinir oleh Forum Ngobras, puluhan wartawati tersebut datang ke Sekretariat YKPI di Jalan Panglima Polim III Jaksel sejak pagi. Mereka antre untuk mendapatkan pemeriksaan mammogafi di bus pemeriksaan.

Para wartawati yang teribat memiliki rentang usia 35 tahun hingga 50 tahun. Mereka dinilai sebagai kelompok paling rentan terkena kanker payudara.

Ketua YKPI, Linda Gumelar menjelaskan profesi wartawan memiliki intensitas kesibukan yang sangat tinggi. Ini membuat seringkali wartawan lupa dengan kesehatannya.

Padahal kanker payudara  acapkali datang dengan gejala  awal yang sulit dikenali orang awam.

“Karena itu kami menginisiasi untuk mengajak para jurnalis perempuan untuk memeriksakan payudaranya,” kata Linda.

Diakui sejak YKPI memiliki unit mammografi keliling tahun 2005 berupa bus kecil, setiap minggu keliling Puskesmas di seluruh Jakarta untuk menggelar pemeriksaan mammografi. Kegiatan tersebut menggandeng RS Kanker Dharmais.

Data YKPI tahun 2016, dari 2.515 yang diperiksa, ditemukan 1,2% hasil yang dicurigai tumor ganas dan 14,8% yang dicurigai tumor jinak.

Tahun 2017 lebih banyak lagi yang diperiksa mencapai 3.160 pasien. Peningkatan jumlah peserta, menurut Linda, karena permintaan Kemenkes yang tengah gencar mensosialisasikan program Germas. Hasil sampai Desember 2017, dari 3.160 yang diperiksa, ada 1,4% yang dicurigai tumor ganas.

“Meskipun hanya 1,4% yang secara statistik mungkin tidak signifikan, tetapi sekecil apapun mereka adalah manusia. Satu nyawa yang bisa diselamatkan sangat berarti. Jadi bagi YKPI ini murni pekerjaan sosial untuk menolong perempuan Indonesia dari ancaman kanker payudara,” tegas Linda.

Linda menambahkan, salah satu tujuan YKPI melakukan mammografi untuk masyarakat adalah menekan kejadian kanker payudara metastasis stadium lanjut di tahun 2030.

“Kami mencoba mendorong upaya promotif dan preventif bahkan melakukan edukasi sampai ke sekolah-sekolah untuk remaja putri agar sejak dini mengetahui tentang pentingnya melalukan Sadari,” jelas Linda.

Dr. Martha Royda Manurung dari RS Kanker Dharmais menjelaskan saat ini kanker payudara menempati urutan pertama dari 10 kanker terbanyak di Indonesia.

WHO memprediksi, tahun 2030 akan terjadi ledakan insiden penyakit kanker di negara berkembang, dan kanker payudara termasuk di dalamnya. Indonesia salah satu negara berkembang yang juga mengalami kenaikan insiden kanker.

Untuk kanker payudara, 70% pasien di Indonesia terdeteksi di stadium lanjut. Hal ini berdampak pada beban biaya yang ditanggung BPJS yang mencapai lebih dari 1 triliun dalam setahun, sehingga jika ditemukan di stadium awal tentu akan sangat mengurangi beban biaya pengobatan.

Menurut dr. Martha, masalah di Indonesia adalah belum semua perempuan tahu cara mendeteksi dini kanker payudara. Umumnya gejala yang diketahui berupa benjolan, perubahan pada struktur kulit payudara misalnya ada cekungan, keluar cairan dari puting atau ukuran payudara kanan dan kiri tidak sama.

Adapun faktor risiko tersering kanker payudara adalah faktor hormonal, di antaranya haid sebelum usia 12 tahun, hamil anak pertama di usia lebih 30 tahun, tidak pernah hamil dan menyusui, terlambat manopuse di usia lebih dari 50 tahun, dan penggunakan KB hormonal.

“Mereka ini disarankan rutin melakukan deteksi dini, termasuk yang pernah ada riwayat tumor jinak payudara,” jelas dr. Martha.

Deteksi dini dilakukan dengan Periksa Payudara Sendiri (Sadari), USG dan mammografi. Mammografi dianjurkan untuk usia lebih dari 40 tahun, dan bisa dikombinasikan dengan USG.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!