33.5 C
Jakarta

Bagaimana Wabah Covid-19 akan Berakhir?

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Novel coronavirus atau Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok, hingga Selasa (11/2/2020) telah menginfeksi lebih dari 40.000 orang dan mengakibatkan 1.018 orang meninggal dunia. Kendati angka infeksi dan kematian terus meningkat, sejumlah peneliti ternyata telah memprediksi skenario yang mungkin menjadi akhir dari wabah Covid-19.

Menurut Amesh Adalja, salah seorang peneliti sekaligus ahli penyakit infeksi di Johns Hopkins’ Center for Health Security, Amerika Serikat, wabah covid-19 yang saat ini merebak memiliki berbagai kemungkinan. Berikut teori yang dikemukakan oleh Adalja dan sejumlah peneliti lainnya terkait akhir dari wabah covid-19.

Teori 1: Wabah covid-19 tidak berakhir

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Worldometer, laju penularan covid-19 termasuk yang paling cepat di antara virus-virus sejenisnya. Sebagai gambaran, satu orang yang terinfeksi covid-19 bisa menulari 3 hingga 4 orang yang sehat.

Bahkan, seorang pasien di rumah sakit di Wuhan dilaporkan telah menyebarkan infeksi ke lebih dari 57 orang. Laju penularan tersebut jauh lebih cepat dibandingkan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang merebak tahun 2003 serta Middle East Respiratory Syndrome (MERS) tahun 2013.

Menurut Amesh Adalja, wabah covid-19 mungkin saja tidak memiliki akhir. Hal ini didasarkan pada sebuah model penyebaran infeksi yang diterbitkan di jurnal Annals of Internal Medicine tahun ini.

Mengacu pada model tersebut, covid-19 diperkirakan akan menginfeksi lebih dari 300.000 orang pada 24 Februari 2020. Virus berkode covid-19 ini kemungkinan besar menjadi pandemi, yakni penyakit yang menyerang seluruh belahan dunia.

Namun, Anda tidak perlu panik. Meski wabah covid-19 mungkin tidak memiliki akhir, Adalja juga mengemukakan ‘anak-anak’ dari teori pertamanya ini. Berikut gambarannya:

1. Novel coronavirus tidak pernah hilang, tapi menjadi penyakit musiman

Covid-19 adalah bagian dari kelompok virus yang disebut coronavirus. Para ilmuwan sejauh ini telah menemukan tujuh tipe coronavirus pada manusia. Beberapa tipe hanya menyebabkan pilek dan flu, tapi ada pula yang memicu masalah pernapasan parah.

Wabah covid-19 mungkin tidak memiliki akhir, tapi infeksi ini bisa saja menjadi penyakit musiman seperti halnya pilek dan flu. Virus flu bertahan lebih lama pada suhu dingin. Begitu memasuki musim panas atau kemarau, angka infeksi mungkin menurun karena virus menjadi lebih lemah.

2. Novel coronavirus menjadi penyakit yang ringan

Coronavirus adalah virus yang sangat mudah mengalami mutasi. Selain membuat virus menjadi lebih kuat, mutasi juga bisa melemahkan virus. Mutasi mungkin akan membuat novel coronavirus menjadi lebih lemah sehingga pasien hanya akan mengalami gejala mirip flu.

Walau demikian, kemungkinan ini diragukan oleh Stephen Morse, ahli epidemiologi dari Columbia University, AS. Menurutnya, novel coronavirus bisa saja menjadi virus yang mirip dengan virus penyebab pilek, tapi ini bukan akhir dari wabah dan prosesnya akan memakan waktu lama.

Teori 2: Infeksi menurun dengan sendirinya

Wabah covid-19 sangat mirip dengan wabah SARS. Selain sama-sama berasal dari kelelawar, kedua virus juga memiliki 80% kemiripan pada DNA. Para ilmuwan menduga bahwa akhir wabah covid-19 juga akan sama dengan wabah SARS.

Selama wabah SARS merebak, otoritas kesehatan di tiap negara menggalakkan upaya untuk mendeteksi, memeriksa, serta mengisolasi pasien yang terinfeksi SARS-CoV. Upaya tersebut bertujuan untuk mencegah virus memperbanyak diri sehingga hilang dengan sendirinya.

Penyebaran SARS kian menurun setelah adanya karantina, pembatasan perjalanan, dan pemeriksaan di bandara-bandara. Otoritas kesehatan juga menggiatkan kampanye kesehatan untuk semakin memperkecil ruang penyebaran virus.

Pemerintah beberapa negara kini tengah melakukan cara yang sama untuk mencapai akhir dari wabah covid-19. Jika langkah ini terus dilakukan, jumlah orang yang rentan terinfeksi akan terus menurun sehingga virus tidak dapat menyebar lebih luas.

Novel coronavirus akhirnya akan bernasib sama seperti H1N1, Zika, dan SARS. Virus penyebab penyakit masih ada di sekitar Anda, tapi jumlahnya sangat sedikit dan tidak banyak yang akan tertular olehnya.

Teori 3: Tersedia vaksin untuk menghentikan penularan

Hingga saat ini, belum tersedia vaksin yang dapat membawa wabah covid-19 menuju akhir. Pengembangan vaksin masih terus dilakukan dan para peneliti terkendala oleh waktu, biaya, serta risiko efek samping pada pasien.

Kendati demikian, upaya pengembangan vaksin SARS belasan tahun lalu kini menjadi bekal bagi para peneliti dalam membuat vaksin covid-19. Dengan demikian, proses pengembangan vaksin mungkin akan memakan waktu yang lebih singkat.

Beberapa perusahaan obat-obatan internasional kini bahkan berlomba-lomba dalam mengembangkan vaksin covid-19. Ada yang mengembangkannya dari kode genetik virus, dan ada pula yang menguji obat yang sudah tersedia untuk melihat pengaruhnya terhadap covid-19.

Menurut Anthony Fauci, pimpinan pusat penyakit infeksi di National Institutes of Health, pengembangan vaksin novel coronavirus akan berjalan dengan cepat sehingga dapat membawa akhir dari wabah ini.

Selama menanti munculnya vaksin, masyarakat dapat melindungi diri dari wabah covid-19 melalui upaya pencegahan. Langkah paling sederhana yang bisa dilakukan saat ini adalah mencuci tangan secara rutin menggunakan air bersih dan sabun.

Selain itu, setiap orang juga perlu membatasi kontak dekat dengan orang-orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan. Jangan lupa mengenakan masker saat Anda berada di luar rumah. Pilihlah masker yang dapat menyaring udara dengan baik.

Akhir wabah covid-19 mungkin masih belum terlihat. Akan tetapi, setiap pihak kini tengah berusaha keras dalam mendeteksi pasien dan mencegah penularan. Anda pun bisa berperan aktif dengan menjaga diri sendiri dan orang-orang terdekat. ( – hellosehat.com)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!