JAKARTA, MENARA62.COM — Di tengah krisis COVID-19 yang berkepanjangan di seluruh dunia, kekhawatiran akan “twindemic” (epidemi ganda) semakin meluas. Twindemic merupakan sebuah fenomena di mana dua pandemi yang berbeda dapat terjadi secara bersamaan dan dalam hal ini, influenza dan COVID-19 menerpa pada waktu yang sama.
Dikutip dari pemberitaan Fox News pada bulan Oktober lalu, Health Administration di Arkansas, Amerika Serikat mengumumkan bahwa satu pasien berusia 65 tahun atau lebih telah meninggal dunia akibat flu pada tanggal 24 Oktober. Sejak akhir September, kasus flu di Arkansas secara kumulatif telah mencapai sekitar 118 kasus dan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa twindemik akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Oleh sebab itu, sudah banyak perusahaan farmasi di seluruh dunia yang fokus mengembangkan pengobatan dan vaksin COVID-19 untuk mengakhiri pandemi ini. Daewoong Pharmaceutical, perusahaan perawatan kesehatan global di Korea
Selatan, juga berfokus untuk mengembangkan pengobatan COVID-19 bernama Niclosamide. Secara khusus, Niclosamide memiliki efek pengobatan flu yang telah dibuktikan dalam sebuah uji klinis yang dilakukan pada subjek hewan.
Pengobatan ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fenomena twindemic.
Niclosamide Memiliki Efek Antiviral Luar Biasa
Niclosamide dikenal sebagai obat mekanisme yang dapat menghambat penetrasi dan masuknya virus ke dalam sel tubuh manusia. Daewoong Pharmaceutical mulai mengembangkan pengobatan COVID-19 untuk ‘Niclosamide’ yang terbukti memiliki efek antivirus yang sangat baik berdasarkan hasil penelitian dari Institut Pasteur Korea pada bulan April.
Menurut hasil penelititan regenerasi obat COVID-19 yang dilakukan oleh Kementerian Sains dan TIK Korea Selatan untuk mendukung upaya tanggap darurat dan keselamatan masyarakat, Niclosamide menunjukkan kekuatan antivirus 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Remsivir yang sedang dikembangkan di dalam dan luar negeri sebagai pengobatan COVID-19 melalui eksperimen sel. Niclosamide juga memiliki kekuatan antivirus 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Chloroquine. (*)