28 C
Jakarta

Dirjen Wikan Serahkan 27 SK Izin Pembukaan Program Studi D-2 Jalur Cepat kepada 16 Perguruan Tinggi Vokasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) menerbitkan 27 Surat Keputusan (SK) Izin Pembukaan Program Studi Diploma Dua (D-2) Jalur Cepat. Ke-27 SK tersebut diserahkan oleh Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto kepada 16 Perguruan Tinggi Vokasi yang telah membuka program D2-Jalur Cepat, Rabu (25/5/2022).

“Program D-2 Jalur Cepat merupakan program terobosan Kemendikbudristek yang dirancang sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan mismatch antara suplai dunia pendidikan dengan dunia kerja,” kata Wikan dalam sambutannya.

Program ini kata Wikan memungkinkan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi dan menyelesaikannya dalam waktu yang lebih singkat. Melalui penerapan sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), masa studi selama di SMK dapat diakui sebagai kredit perkuliahan.

Untuk mengembangkan Program Studi D-2 Jalur Cepat, Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) berkolaborasi dengan SMK dan industri bertujuan guna memastikan lulusan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Menurut Wikan, magang industri yang dilakukan oleh mahasiswa termasuk ke dalam kurikulum yang berkontribusi terhadap perolehan kredit. Secara total masa perkuliahan pada program D-2 Jalur Cepat ditempuh selama 3 semester, 1 semester lebih singkat dari pada perkuliahan pada program D-2 Regular.

Dengan konsep ini, kata Wikan maka lulusan D-2 Jalur Cepat akan lebih kompeten dan berfokus pada keterampilan tertentu. Kompetensi tidak hanya hard skills, namun lebih pada soft skills, karakter, sikap, leadership dan kesiapan bekerja. Lulusan juga disiapkan pula menjadi wirausaha, apabila passion-nya menjadi pengusaha.

“Sejak kelas satu, siswa-siswa SMK yang bermitra dengan Prodi D-2 sudah diajar oleh tiga jenis guru yaitu guru SMK, dosen politeknik, dan praktisi atau expert dari dunia usaha dan industri.  Nah, capaian pembelajaran selama di SMK tersebut akan diakui setara 18 SKS oleh politeknik, sehingga bisa memangkas waktu pembelajaran dari empat semester menjadi tiga semester pada D-2 Jalur Cepat,” papar Wikan.

Skema kolaborasi segitiga ini, lanjutnya, terbukti berhasil pada pendidikan vokasi, seperti yang telah dilakukan oleh Politeknik Negeri Madiun, yang menggandeng beberapa SMK Jurusan Teknik Mesin dan menjalin kerja sama dengan PT INKA. Dari kolaborasi tersebut, Politeknik Negeri Madiun dan SMK sudah berhasil mendapat pekerjaan dari PT. INKA berupa kontrak pesanan spare part kereta api.

“Ini suatu konsep yang sangat luar biasa karena SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi tidak sekedar belajar teori tapi bahkan  menjadi lengan produksi atau mata rantai dari sebuah industri yang skalanya nasional,” ungkap Wikan.

Kolaborasi antara Politeknik Vokasi dengan SMK juga akan memberikan kemerdekaan bagi para pelajar SMK untuk melanjutkan ke jenjang D2 Jalur Cepat.  Karena, para siswa membutuhkan gelar ini untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih kompetitif dan kredibilitas di berbagai industri. “Semangat ini sangat sesuai dengan visi Merdeka Belajar, yang diusung oleh Kemendikudristek,” pungkas Wikan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim pada saat peluncuran ‘Kampus Meredeka Vokasi’ beberapa waktu lalu mengatakan, visi pemerintah adalah memastikan integrasi antara pendidikan vokasi dengan dunia kerja menjadi semakin erat. Keeratan tersebut menurut Menteri Nadiem, tidak sebatas penandatangan kerja sama, tetapi dalam sebuah definisi baru yaitu sinkronisasi dari berbagai perguruan tinggi dan program studi, dengan industri.

Para lulusan D2 Jalur Cepat ini, menurut Menteri Nadiem, nantinya akan mendukung potensi lokal, kawasan industri, kawasan ekonomi dan berbagai macam skill teknis yang spesifik termasuk operator-operator mesin yang dibutuhkan oleh industri strategis di Indonesia.

Sebagai bentuk keberlanjutan, pada tahun ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi mengalokasi dana bantuan melalui skema Competitive Fund Vokasi yang ditujukan bagi penyiapan usulan Pembukaan Program Diploma Dua Jalur Cepat, serta bagi penguatan Program Studi Diploma Dua Jalur Cepat yang telah memiliki SK.

Seperti halnya misinya sebagai solusi bagi tantangan Link and Match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, Program Diploma Dua Jalur Cepat pada skala luas juga diharapkan mampu berkontribusi nyata dalam penyerapan lulusan oleh dunia kerja serta peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Indonesia yang unggul.

“Harapannya setelah program magang industri selesai, siswa bisa langsung bekerja di industri yang bersangkutan. Atau bisa juga di industri lain, bahkan bisa pula melanjutkan ke D4 sarjana terapan,” tegas Wikan.

Adapun perguruan tinggi yang menerima SK Izin Pembukaan Program Studi D-2 ini adalah Politeknik Negeri Bali dengan program studi meliputi Instalasi dan Pemeliharaan Kabel Bertegangan Rendah, Administrasi perpajakan, Administrasi Jaringan Komputer, Manajemen Operasi Bisnis Digital dan Teknik Manufaktur Mesin, Politeknik Negeri Madiun dengan prodi Teknik Pembentukan Logam, Politeknik Negeri Madura dengan prodi Teknik Pengelasan dan Fabrikasi serta Tata Operasi dan Perawatan Mesin Listrik, Politeknik Negeri Jakarta dengan prodi Teknik Manufaktur Mesin, Politeknik Negeri Lampung dengan prodi Administrasi Perpajakan, Pengolahan Patiseri dan Teknik Produksi Tanaman Organik.

Lalu Politeknik Negeri Bengkalis dengan prodi Teknik Pengelasan dan Fabrikasi, Teknik Manufaktur Mesin dan Administrasi Jaringan Komputer, Politeknik Negeri Padang dengan prodi Instalasi dan Pemeliharaan Kabel Bertegangan Rendah, Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan prodi Pengukuran dan Pengambaran Tapak Bangunan Gedung, Politeknik Negeri Malang dengan prodi Pengembangan Perangkat (Piranti) Lunak Situs, Politeknik Negeri Banjarmasin dengan prodi Tata Operasi dan Pemeliharaan Prediktif Alat Berat, Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan prodi Teknik Instalasi Listrik dan Teknik Metalurgi.

Kemudian Politeknik Negeri Pontianak dengan prodi Pemeliharaan Kendaraan Ringan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan prodi Teknik Pengelasan dan Fabrikasi, Politeknik Kampar dengan prodi Teknik Pengolahan Kelapa Sawit, Politeknik Sahid dengan prodi Layanan Hotel Terapung, dan Politeknik LPP Yogyakarta dengan prodi Perawatan Mesin Pengolah Hasil Perkebunan.

Setelah penyerahan 27 SK prodi Diploma Dua Jalur Cepat, segera menyusul 15 SK lagi yang saat ini masih tahap proses. Diharapkan ke depan, akan semakin banyak perguruan tinggi vokasi yang membuka program ini guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri.

Bagi Wikan, Program Studi Diploma Dua Jalur Cepat menjadi solusi bagi persoalan ketenagakerjaan di Indonesia. “Piramida tenaga kerja kan lebih membutuhkan lulusan yang siap kerja seperti ini,” tukas Wikan.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!