26.1 C
Jakarta

Gerakan Islam Saat ini, Hasil Kajian Islam di Barat

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Pengetahuan tentang gerakan Islam yang berkembang di dunia saat ini, merupakan hasil kajian terhadap Islam di Barat. Tidak heran jika istilah yang dipergunakan pun, banyak yang hanya pas digunakan dalam satu konteks peristiwa dan waktu tertentu saja, dan belum tentu cocok di pergunakan untuk mengambarkan gerakan Islam di Indonesia.

“Kita ingat apa yang dikatakan oleh William Shepard bahwa istiah-istilah itu dirumuskan dalam konteks waktu dan tempat yang terkait dengan istilah tersebut, maka dalam menggunakan istilah-istilah fundamentalisme, Islamisme, salafisme jihadisme dan sebagainya, itu mungkin pas untuk satu tempat dan satu waktu, tetapi tidak pas untuk tempat dan waktu yang lain,” ungkap Achmad Jainuri dosen pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dalam Pengkajian Ramadhan 1438 H PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa (6/6/2017). Achmad Jainuri menjadi salah satu pembicara pada materi Islamisme, Salafisme, dan Fundamentalisme Sekularisme: Ideologi, Keberagaman dan Gerakan. Bersama dua narasumber lainnya ia berbicara dalam prespektif ideologi.

Ideologi pada dasarnya memiliki fungsi dalam melihat persoalan yang dihadapi masyarakat sekaligus untuk mengatasi persolan yang ada. Selain itu juga, ideologi difungsikan sebagai justifikasi filosofis dari program dan tujuan gerakan dan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan dan menyerang lawan.

Fundamentalisme misalnya, menurut Jainuri adalah sebuah rumusan yang didasarkan pada gerakan protestan di Amerika pada abad 20 yang muatan ideologinya berdasarkan pada lima doktrin, diantaranya percaya akan otoritas kebenaran kitab suci (Injil), yakin bahwa Yesus Kristus lahir dari Bunda Maria, percaya akan adanya mukjizat, percaya Yesus disalib dan merasakan sakit untuk menebus dosa umat manusia dan kitab suci yang mereka memang memiliki bahasa asli, itu merupakan bagian dari kaum fundametalis.

“Jadi lima dasar prinsip keyakinan inilah yang membentuk watak, pemahaman, sikap, perilaku kaum fundamentalis itu sebagai kaum yang rigit, kaku, literalis, tekstualis, merasa benar sendiri dan agak memaksa orang lain untuk menerima idenya,” ujarnya, seperti dilansir Muhammadiyah.or.id.

Maka jika lima prinsip itu diterapkan pada kasus yang ada di agama Islam, maka semua (orang Islam) adalah fundamentalis. Tidak ada satu orang Islam pun yang tidak percaya akan otoritas kebenaran kitab suci Al-Quran. Semua umat Islam yakin bahwa Nabi Isa AS lahir dari sayidah Maryam, orang Islam juga percaya dengan adanya mukjizat dan percaya akan otentisitas bahasa Al-Quran.

Oleh karena itu ketika istilah fundamentalisme diperkenalkan ke dunia Islam dan dipakai untuk melabeli orang Islam, orang Islam tidak ada reaksi apa-apa, karena hal itu dianggap bagus. “Tetapi, makna fundamentalis itu ditarik pada gerakan politik kekerasan, baru kemudian kita bereaksi,” ujarnya.

Hal penting ini kemudian diteruskan pada istilah-istilah lain seperti radikalisme, terorisme dan sebagainya, jadi seakan-akan gerakan fundamentalis itu mengarah kepada (gerakan) radikal. Padahal radikal tidak hanya gerakan, terkadang pemikiran juga menjadi radikal ketika tidak menerima pendapat orang lain yang justru memaksakan ide sendiri kepada orang lain.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!