SLEMAN, MENARA62.COM — Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (IPHI DIY) dituntut untuk ikut memecahkan masalah pendidikan dan kemiskinan. Kemiskinan dan pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, tokoh masyarakat semua agama, termasuk IPHI bisa berpadu menangani masalah tersebut.
Demikian diungkapkan Bupati Sleman DIY, H Harda Kiswaya yang diwakili Mustadi SSos, MM, Kepala Dinas Kabupaten Sleman, pada Syawalan, Harlah IPHI 35 dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) IPHI DIY, di Rumah Dinas Bupati Sleman, Sabtu (19/4/2024). Acara ini dihadiri Ketua IPHI DIY, Drs HA Hafidh Asrom MM; Ketua Pimpinan Pusat IPHI, Dr Ir H Erman Suparno, MBA, MSi: Pengurus Wilayah IPHI DIY, Dewan Penasehat Pengurus Wilayah; Dewan Pembina Pengurus Wilayah; dan Utusan Pengurus daerah.
Lebih lanjut Hardo Kiswoyo mengatakan kemiskinan di Kabupaten Sleman tahun 2024, sebanyak 7,46 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, hanya turun 0,06 persen. “Artinya, kita sudah mengupayakan semua, tetapi belum optimal. Saya kira IPHI DIY bisa memberikan bantuan untuk mengurangi jumlah keluarga yang kurang mampu,” katanya.
Masalah kedua, kata Hardo, DIY dan Sleman yang menjadi Kota Pendidikan, Sleman masih memiliki 394 anak putus sekolah. Hal ini disebabkan karena faktor keluarga, ada yang tidak peduli, dan faktor ekonomi.
“Kami mengajak anggota IPHI DIY untuk bersama-sama memecahkan masalah pendidikan ini. Sehingga pendidikan di Kabupaten Sleman ke depan semakin baik,” harapnya.
Sedang Hafidh Asrom mengatakan kali ini IPHI DIY melaksanakan tiga acara sekaligus yaitu Syawalan, Harlah IPHI ke 35, dan Rakerwil IPHI DIY. “Ini kita mewujudkan efisiensi. Kita melaksanakan kegiatan dirangkap tiga,” kata Hafidh Asrom.
Rakerwil ini, tambah Hafidh, untuk menyusun atau mengakomodasi program-program terbaru sesuai dengan kondisi saat ini. Di antaranya, Kartu IPHI DIY juga dimaksudkan untuk menglarisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang juga anggota IPHI DIY.
“Semua jamaah haji dari tiga tahun yang lalu sudah otomatias memiliki kartu anggota. Bentuknya sederhana, tetapi manfaatnya besar. Kartu IPHI DIY yang baru sudah ada barcode-nya, sehingga memudahkan anggota untuk bertransaksi,” kata Hafidh.

Kemudian, kata Hafidh, Yayasan Al-Azhar Yogyakarta sudah merintis Foodestate yang bisa meningkatkan ketrampilan bagi anggota IPHI DIY yang berminat. “Ada materi belajar membuat kolam dan memelihara lele, berkebun hidroponik, kita sudah siap,” katanya.
Sementara Erman Suparno mengatakan saat ini pemerintah sedang mengalami lima krisis nasional yaitu moral dan akhlaq, pendidikan, energi, kemiskinan dan pengangguran, dan kesehatan. Karena itu, IPHI harus membantu pemerintah untuk mengatasi krisis.
“Kabupaten Sleman penduduknya 1,2 juta, warga miskin 7,5 persen atau 3.500 orang, sedang pengangguran terbuka sebanyak 4,7 persen. Krisis kesehatan ditandi dengan masih ada warga yang mengalami stunting. Karena itu, IPHI harus membantu perintah mengatasi krisis,” harap Erman Suparno. (*)