PADANG, MENARA62.COM – Bangsa Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya yang tidak akan berhenti dan terus dikembangkan. Terlebih dengan Undang-undang Pemajuan Kebudayaan menandakan negara hadir untuk senantiasa menghidupkan khasanah budaya nasional agar dikenal oleh khalayak luas. Tak terkecuali, salah satu kekayaan budaya yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau.
“Pengembangan pemajuan kebudayaan Indonesia di sini mempunyai dua kata kunci, yakni mendorong literasi baru dan industri terhadap berbagai kebudayaan yang dimiliki,” demikian dikemukakan oleh Direktur Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Ahmad Mahendra, saat menghadiri diskusi kelompok terpumpun (DKT) Festival Budaya Matrilineal yang digelar bersama dengan Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat, di Padang, Selasa (8/2/2022).
Menurut Ahmad Mahendra, budaya sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau memiliki ciri khas tertentu sebab dipraktikkan terbesar oleh masyarakat Sumatera Barat serta mengandung karakteristik sejarah.
“Dengan memajukan sekaligus mengembangkan budaya matrilineal suku Minangkabau ini, maka bagaimana konsep, fungsi, maknanya akan dapat dipahami secara luas. Selanjutnya juga, dapat dijelaskan pula apa pengaruhnya terhadap etnis lain sekaligus praktiknya dalam pemajuan kebudayaan,” jelasnya.
Bagi Ahmad Mahendra, sistem kekerabatan matrilineal yang diterapkan oleh suku Minangkabau menentukan perubahan nilai yang tidak biasa. Contohnya dalam hal tata cara perkawinan, pola adat istiadat hingga tradisi kesenian.
“Harapannya, semua pihak dapat mengoptimalkan dan menggali potensi budaya yang ada di wilayah Sumatera Barat agar tidak hanya dikenal di kancah nasional, lebih dari itu harus dikenal dunia. Kami juga ingin merangkul seluruh pihak yang terlibat untuk memajukan budaya di daerah masing-masing, dan juga sekaligus untuk memperkenalkan program-program yang telah kami buat agar dapat dinikmati di seluruh Indonesia, tak terkecuali di Sumatera Barat,” ujar Direktur Mahendra.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, ajang FGD Festival Matrilineal 2022 merupakan kegiatan awal dari agenda kunjungan kerjanya. Nantinya, masih ada lagi kegiatan kunjungan kerja lain yang bakal dilakukan. “Di antaranya menghadiri FGD Festival Matrilineal yang menghadirkan budayawan Sumatera Barat. Kemudian bincang kebudayaan bersama 65 komunitas budaya di Sumatera Barat, bertemu dengan Komunitas Gubuak Kopi membahas konsep daur subur, sekaligus memantau keberlanjutan Warisan Budaya takBenda (WBTB) UNESCO yakni pencak silat,” urai Mahendra.
Mahendra berharap, dari serangkaian agenda kerja ke lapangan ini dapat membantu menemukan gambaran tentang upaya-upaya menjamin pemajuan kebudayaan nasional ke depan.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat, Undri, menambahkan, ketika masyarakat di Indonesia mendiskusikan tentang sistem matrilineal, maka yang diketahui adalah praktik yang dilakukan oleh suku Minangkabau di Sumatera Barat. Oleh karenanya, melalui FGD Festival Matrilineal ini akan dibahas segala informasi guna menyelaraskan dan mendudukkan konsep matrilineal ini secara komprehensif.
“Para akademisi maupun budayawan kita mintai pendapatnya mengenai sistem kekerabatan matrilineal sehingga menjadi inspirasi implementasi festival,” ungkapnya.
Kegiatan FGD Festival Matrilineal 2022 turut dihadiri oleh kalangan akademisi, praktisi, pemerhati budaya, yang sekaligus menjadi narasumber. Mereka adalah Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Andalas, Nursyirwan Efendi; Ketua Bundo Kanduang, Raudha Thaib; Dosen Fisip Universitas Andalas, Zainal Arifin; serta Dosen FIB Universitas Andalas, Nopriyasman.
“Diharapkan kunjungan kerja yang juga ditugaskan secara rutin kepada para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan ini dapat menghilangkan sekat-sekat antara pihak daerah dan pusat,” tegas dia.
Ahmad Mahendra yakin, dengan terjun langsung dan melihat potensi yang ada di lapangan, Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, akan mampu memaksimalkan potensi budaya di berbagai daerah dan membenahi segala persoalan kebudayaan se-efektif dan se-efisien mungkin.
Selain berbincang mengenai Festival Matrilineal 2022, Direktur Mahendra juga menyambangi Kabupaten Dharmasraya untuk berkoordinasi terkait perencanaan kegiatan Ekspedisi Batanghari dalam rangka pengembangan narasi Kawasan Strategis Nasional Muara Jambi. Selain itu, ia juga berkunjung ke Kabupaten Sijunjung dan Sawah Lunto untuk berkoordinasi dengan pemerintah setempat terkait rencana pembentukan Badan Pengelola Situs Warisan Dunia Sawah Lunto dan menyiapkan keberadaan Cagar Budaya Sijunjung menjadi Cagar Budaya Nasional.