29.5 C
Jakarta

Kenali Risiko Kanker

Baca Juga:

Kenali Risiko Kanker di Era Pandemi: I Am and I Will. Demikian tema talkshow awam Bicara Sehat, yang bermakna suatu komitmen dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Acara diselenggarakan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Februari 2021.

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan perkembangan sel abnormal yang membelah secara tidak terkendali dan memiliki kemampuan untuk menyusup dan menghancurkan jaringan tubuh normal. Berdasarkan data dari WHO, kanker merupakan penyebab kematian kedua di dunia, terhitung sekitar 9.6 juta kematian, atau satu dari enam kematian, pada tahun 2018.

Kasus kanker terbanyak pada perempuan yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki kasus terbanyak yaitu kanker paru-paru dan kanker usus besar. “Penyebab penyakit kanker tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker dapat disebabkan kombinasi dari faktor internal seperti jenis kelamin dan keturunan, maupun faktor eksternal seperti kebiasaan merokok dan pola makan yang tidak sehat,” ujar dr. Rahmat Cahyanur, Sp.PD, K-HOM, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik RSUI.

Sedangkan  kanker pada anak, secara epidemiologi, menurut Dr. dr. Murti Andri Astuti, Sp.A(K), kejadiannya sekitar 5 persen dari kanker yang ada pada semua tingkat usia. Kasusnya sekitar 30-40 persen yaitu leukemia akut dan terbanyak kedua yaitu kanker retinoblastoma yaitu menyerang retina mata (berfungsi menangkap cahaya sehingga orang dapat melihat). Penyebab kanker pada anak juga belum diketahui secara pasti dan sulit dikenali faktor risikonya. Berbeda dengan pada dewasa yang dapat diketahui faktor risikonya.

“Salah satu usaha yang paling mungkin dilakukan orang tua dalam mencegah kanker pada anak yaitu dengan mengenali gejala lebih dini sehingga dapat diobati secara dini dan kemungkinan kesembuhannya lebih besar, dibandingkan membawanya ke dokter setelah penyebaran kanker menyerang banyak organ,” jelas dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi Onkologi RSUI ini.

Untuk pencegahan kanker pada anak menurut Murti, tidak ada tindakan yang spesifik, karena sampai saat ini penyebab kanker belum jelas. Secara umum, jika sejak dari kandungan, maka ibu hamil harus menjaga pola hidup yang sehat dan menjaga daya tahan tubuh. Hal yang mungkin bisa dilakukan ibu hamil dengan cara menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan mutasi genetik, seperti tidak melakukan pemeriksaan tertentu semisal rontgen, atau bahkan tidak berada dekat dengan alat-alat radiologi karena dapat berdampak pada janin yang dikandung.

Baik Rahmat maupun Murti menekankan pentingnya dilakukan skrining kanker. Jenis skrining kanker ini berbeda-beda. Misalnya, untuk mendeteksi kanker payudara dengan melakukan skrining mammografi, untuk mendeteksi kanker kolon dengan skrining kolonoskopi. Skrining kanker pada anak berbeda dengan dewasa. “Penting mengetahui gejala awal, misalnya muncul lebam-lebam pada kulit, atau timbul tanda putih di bagian mata anak seperti mata kucing yang harus diwaspadai menjadi kanker jenis retinoblastoma” ujar Murti.

Murti menolak pendapat mengenai penggunaan obat-obatan rempah atau alternatif saat menjalani kemoterapi. Mengingat obat-obatan alternatif tidak jelas dosis penggunaannya. Selain itu, interaksinya dengan obat-obatan medis belum diketahui secara pasti, apakah efek pengobatan menjadi lebih kuat atau malah meniadakan efek penyembuhan dari kemoterapi.

Rahmat pun mengatakan perlunya berhati-hati terhadap isu mengenai obat-obatan rempah yang diklaim dapat mengobati kanker. Obat-obatan yang diklaim tersebut tentunya harus lulus tahapan uji klinis. Jika hanya satu atau dua orang yang mengatakan benar-benar merasa sembuh, itu hanyalah testimoni. Sedangkan klaim obat yang dapat menyembuhkan kanker harus dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!