YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Komunitas merupakan pelaku utama dalam upaya pencegahan risiko penyebaran infeksi Covid-19, dalam hal ini seluruh lapisan masyarakat yang terdampak di segala aspek kehidupan. Dalam diskusi Covid-19 Talk “Saatnya Komunitas Terlibat dalam Pengurangan Risiko Bencana Covid-19” ini membahas bagaimana Komunitas yaitu masyarakat berperan dalam mengurangi risiko penyebaran wabah.
Lillik Kurniawan S.T. M.Si., selaku Deputi Bidang Pencegahan BNPB sampaikan bahwa pukulan (dampak) yang diberikan oleh Covid-19 ini terus menerus hingga mengganggu berjalannya kehidupan masyarakat secara utuh. Disampaikan juga bahwa tepat 2 minggu lalu jumlah wilayah zona hijau masih seputar 102 kabupaten di seluruh Indonesia, Dan kini dinyatakan berkurang hingga 82 kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin dekat dengan risiko penyebaran Covid-19.
Maka dari itu pencegahan berbasis Komunitas menjadi penting terutama dalam hal kesadaran akan risiko itu sendiri. Wahyu Heniwati, S.E. M.M., dari Divisi PRBK MDMC PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa sejatinya komunitas itu berasal dari masyarakat. “Bisa dibilang komunitas sebetulnya adalah Garda terdepan untuk mencegah risiko Covid-19,” ujarnya. Komunitas akan tergerak jika didalamnya terorganisir, sehingga perlu ada dorongan terhadap masyarakat untuk mengenali secara penuh bagaimana risiko Covid-19 yang ada di lingkungan mereka dan bagaimana pencegahannya.
Adapun MCCC Jawa Tengah, yaitu Naibul Umam Eko Sakti, M.Si., menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh komunitas yaitu relawan dalam menanggapi soal risiko penyebaran Covid-19 ini dengan melakukan pendampingan secara masif terhadap masyarakat. Pendampingan yang di mulai dari penyemprotan disenfektan tempat ibadah secara rutin, kemudian sosialisasi secara daring dan mobil keliling hingga pengelolaan zakat mal bagi jamaah masjid.
Selanjutnya upaya yang sama juga dilakukan oleh MCCC Bengkulu. Agus Widianto, S.Sos., menyampaikan bahwa yang menjadi fokus mereka dalam upaya pencegahan risiko penyebaran Covid-19 adalah masyarakat di pasar. “Anehnya, walaupun Covid-19 itu ada pasar di kita Bengkulu itu biasa – biasa saja pedagang juga tidak pakai masker pembeli juga, sepertinya sekarang ya sudahlah ada Covid-19 atau enggak gak kelihatan juga,” ungkapnya.
Bersama dengan IMMawati Bengkulu, Agus Widianto lakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat yang ada di pasar. Berdasarkan temuan yang ada dijelaskan bahwa masyarakat belum mematuhi penggunaan APD yang benar, baik itu pedagang maupun pembeli. Ketersediaan sabun cuci tangan pun belum memadahi. Maka dari penemuan ini dilakukan upaya semacam pemetaan mitra pasar yang nantinya akan dilakukan komunikasi antar pengelola pasar dan pedagang untuk mencapai pada rumusan pasar aman Covid-19.
Upaya pencegahan risiko penyebaran Covid-19 skala komunitas ini nampaknya berjalan cukup efektif. Namun harus dilakukan secara berulang dan bertahap melalui proses sosialisasi dan juga edukasi terhadap masyarakat. Hal ini disebabkan oleh protokol Kesehatan yang harus dilaksanakan beriringan dengan kebutuhan hidup masyarakat yang harus dipenuhi, maka living harmony dengan Covid-19 menjadi kunci. (Budi S)