33.1 C
Jakarta

Konstruksi Teologis Tauhid Justru Bangun Inklusivitas

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Konstruksi Teologis Tauhid Justru Bangun Inklusivitas dan bukan eksklusivitas. Hal ini disampaikan Abdul Mu‘ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pengajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (9/8/2019) malam.

Dalam pengajian yang mengangkat tema Muhammadiyah dan Kemerdekaan Indonesia itu, Abdul Mu‘ti mengatakan, kemerdekaan dan prinsip dasar ajaran Muhammadiyah itu, bertauhid yang murni. Sayangnya, kata tauhid ini sering mempunyai konotasi ekstrimisme, intoleransi bahkan mungkin dengan terorisme.

“Namun di tangan Muhammadiyah, tauhid murni ini mampu menggerakkan kemerdekaan dan jiwa yang merdeka,” ujarnya.

Ia menjelaskan, banyak orang yang sering memahami tauhid murni, dalam dimensi teologis murni dan tidak dalam dimensi ekononi, sosiologis dan politik. Ini jarang sekali dipahami semacam itu.

Menurutnya, menyembah pada Allah dan tidak mmenyekutukan Allah pada lainnya. Ini menjadi tema sentral dan esensi beragama dalam Islam. Ia mengatakan, tantangan utama manusia saat ini bukan atheisme, tetapi politheisme. Manusia bukan tidak bertuhan, tetapi manusia menyembah banyak tuhan, atau menuhankan dirinya sendiri atau benda.

“Inilah pesan sentral dan menjadi landasan tauhid yang utama. Kita pahami, ketika orang menyembah pada Allah, maka tauhid melahirkan sikap egaliter manusia dan kemanusiaan,” ujarnya.

Kita tahu, pesan universal itu dalam surat al Hujurot (13):

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang 
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling 
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah 
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui 
lagi Maha Mengenal.

“Ada kesamaan antar manusia yang dibangun atas spirit tauhid. Kemuliaan manusia, karena manusia punya sifat Allah, lebih mulia dari malaikat, namun bisa lebih rendah dari binatang ketika dihadapan dirinya sendiri, binatang atau harta benda. Bahkan ketika menghambakan dirinya pada setan, itu rendah sekali. Apalagi menghambakan pada jabatan. Oleh karena itu, manusia jadi mulia karena sifat kemanusiaan yang utama,” ujarnya.

Selain itu, menurut Mu‘ti, tauhid melahirkan spirit kebebasan dan pembebasan. Al Quran menggeser dan mengubah paradima manusia kesukuan, menjadi supremasi prestasi pada tauhid. Tauhid dorong spirit kemajuan karena amalnya dan bukan silsilah. Muhammadiyah, kemulian tergantung usaha bukan karena keturuan.

“Karena itulah, di Muhammadiyah tidak ada darah biru, semua merah. Pemimpinnya tidak harus dari suku tertentu, apapun bisa. Ini membawa prinsip penting, manusia bisa jadi mulia dengan prinsip tauhid. Mengapa dalam konteks politik, dakwah nabi juga dengan prinsip tauhid, formulanya mengubah feodalisme, formula menggempur kesenjangan sosial,” ujarnya.

Menurut Mu‘ti, tauhid itu membawa jiwa merdeka dan spirit kemerdekaan. Ketika masa-masa persiapan kemerdekaan, selalu dihiasi spirit dan kumandang takbir. Bahkan, pembukaan UUD 1945 memperlihatkan itu.

bahwa sesungguhnaya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena penjajahan tidak sesuai 
dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.

Menurutnya, tauhid menjadi kuat, dan pada paragraf tiga lebih ditegaskan lagi:

atas berkat rahamat Allah yang maha kuasa, dan dengan didorong keinginan luhur, 
supaya berkehidpan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan 
dengan ini kemerdekaannya.

Abdul Mu‘ti mengatakan, tauhid telah menjadi sebuah ajaran dan prinsip dasar untuk melampuai dan lintas batas. Manusia bebas dari sekat-sekat kebangsaan, tauhid membuat manusia optimis, tidak menyerah pada keadaan. Tauhid membawa manusia pada iman dan harapan.

“Spirit, yakin Allah pemberi rizqi, bantuan akan datang karena diberikan pada hambanya yang berusaha. Karena spirit tauhid, optimisme pada pertolongan Allah, di Muhammadiyah itu dengan modal Rp 10.000, bisa membangun gedung Rp 10 milar, meski entah dengan berapa tahun bisa diselesaikan,” ujarnya.

Ia menegaskan lagi, kalimat tauhid membawa spirit dan harapan. Bahawa masa depan itu lebih baik dari masa lalu.

“Konstruksi teologis tauhid itu justru bangun inklusivitas, bukan eksklusivitas. Pesan Quran, orang mau kafir silahkan, nothing to do with me. Kalau mau tauhid, ada penghargaan yang disiapkan. Dengan tauhid, tentunya kita tidak menjadi sumpek ketika orang berbeda pendapat,” ujar Mu‘ti menutup pengajian itu.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!