26.2 C
Jakarta

Perjuangan Dr. Sutomo Menggerakkan Kebangsaan Memajukan Kesehatan

Baca Juga:

Oleh: Andi Hariyadi*)

 

SURABAYA, MENARA62.COM – Pada hari ini 30 Mei 2025, tepat 87 tahun yang lalu dr. Sutomo tokoh penggerak kebangsaan meninggal dunia pada 30 Mei 1938. Perjuangannya begitu total untuk membangun kesadaran berbangsa yang berdaulat karena penjajah masih kuat mencengkram kekuasaannya di Hindia Belanda. Meski beliau sudah meninggalkan kita, tetapi api perjuangan tidaklah padam untuk menunjuk kemampuan bangsa yang lebih berdaulat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 

Terlahir dengan nama Soebroto pada 30 Juli 1888 di desa Ngepeh Loceret Kediri, sejak usia muda sudah menunjukkan jiwa kepemimpinan yang mampu mengorganisir berbagai potensi kader bangsa untuk disatukan membangun kekuatan meski berat tantangan tidak menggoyahkan gelora perjuangan.

 

Kemampuan intelektualnya yang luar biasa sehingga pada tahun 1903 diterima diterima untuk mengikuti pendidikan kedokteran di School tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia, yang saat itu benar benar langka untuk bisa mengikuti pendidikan, dan itu dimanfaatkan untuk membangun jaringan dengan tokoh tokoh pergerakan lainnya.

 

Dokter Wahidin Sudiro Husodo, dokter Soetomo, dokter Soeradji, Gunawan Mangkusumo adalah pelajar kader kader bangsa yang berkolaborasi dengan mendirikan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa. Kesadaran berbangsa harus dikuatkan sekaligus dikembangkan agar menjadi kekuatan yang berkelanjutan.

 

Pada tahun 1911 dr. Soetomo menyelesaikan pendidikannya, selanjut bertugas sebagai dokter di Jawa dan di Sumatera, dan semangat perjuangan terus disebarkan. Pada tahun 1917 menikah dengan perawat Belanda Everdina Broering yang selama ini setia mendampingi perjuangan beliau, saat pertemuan para tokoh pergerakan di rumah Soetomo di jalan Simpang Dukuh Surabaya, Everdina membantu menyiapkan konsumsi yang diperlukan.

 

Ditengah kesibukannya dalam dunia pergerakan dr. Soetomo tidak mengurangi kompetensi kedokterannya, bahkan pada tahun 1919 mendapat beasiswa untuk pendidikan specialis di Universitas Amsterdam Belanda, dan tetap darah pergerakan terus ditanamkan sehingga terpilih sebagai ketua Indische Vereeniging periode 1921 – 1922 yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia. Dan tahun 1923 kembali ke Surabaya sebagai pengajar di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS). Dan di tahun 1924 mendirikan Indonesian Study Club (ISC) untuk memperluas jaringan memberikan kepedulian melayani kesehatan pada masyarakat.

 

Gerakan kepedulian kesehatan yang digagas dr. Soetomo mendapat penguatan setelah bertemu dengan KH Mas Mansur Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya yang dilantik langsung oleh KH Ahmad Dahlan dan terus mengembangkan dakwah nyata dimasyarakat termasuk di tahun 1924 itu, dr. Soetomo turut hadir dalam Tabligh Akbar dalam upaya penggalian dana untuk berdirinya Balai Kesehatan Muhammadiyah Surabaya, yang dalam perkembangannya sekarang menjadi Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Mas Mansur Surabaya.

 

Pertemuan keduanya merupakan momentum yang sangat berarti dimana gerakan kebangsaan nasionalisme menampakkan kepedulian kesehatan sebagai aksi kemanusiaan. Kolaborasi Dr. Soetomo dan KH Mas Mansur menunjukkan progresifitas gerakan kebangsaan melalui aksi kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan. Bahkan Prof Munir Mulkhan menyatakan, dr. Soetomo berperan pokok dalam memelopori pendirian Rumah Sakit PKU Muhamadiyah pertama Yogjakarta pada tahun 1923.

 

Totalitas perjuangan dr. Soetomo dalam aksi kemanusiaan di bidang kesehatan membuka layanan pengobatan gratis pada masyarakat di rumahnya, dan terus aktif membuka layanan kesehatan masyarakat dan juga tercatat turut membantu wabah pes di Malang. Meski dalam catatan sejarah belum ditemukan bagaimana interaksi KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dengan dr. Soetomo, tetapi ada keselarasan perjuangan bahkan semakin dikuatkan ketika KH Mas Mansur sering bersilaturrohmi untuk berdiskusi dan berdialog di rumah dr. Soetomo sebagai tokoh seniornya. Ada banyak hal yang diperbincangkan baik persoalan keagamaan, kebangsaan, sosial politik dan lainnya, yang tidak hanya berhenti sebagai wacana saja tetapi dengan Muhammadiyah direalisasikan secara nyata, sehingga pada tahun 1925 dr. Soetomo diangkat sebagai penasehat pimpinan pusat Muhammadiyah di bidang kesehatan.

 

Dr. Soetomo seakan mendapat pelajaran berharga ketika aktif berinteraksi dalam gerakan Muhammadiyah yang inklusif, penuh pengorbanan yang tulus, welas asih dan responsif terhadap permasalahan yang aktual untuk terdepan memberikan bantuan, sehingga gerakan Al Ma’un yang digagas KH Ahmad Dahlan semakin menunjukkan nilai yang lebih berarti oleh sentuhan dakwah kemanusiaan dr. Soetomo, sehingga sampai sekarang Amal Usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah dibidang kesehatan terus berkembang memberikan layanan penuh ketulusan.

 

Kepeloporan dr. Soetomo dalam dakwah kemanusiaan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gerakan dakwah Muhammadiyah. Maka sebagai generasi penerus bangsa dan dakwah Muhammadiyah diharapkan mampu mengambil hikmah dan keteladan dr. Soetomo untuk kesejahteraan, kemakmuran dan kemajuan bangsa.

*) Ketua MPI PDM Surabaya

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!