JAKARTA, MENARA62.COM – Untuk ketiga kalinya, Perhimpunan Teknik Pelayanan Kesehatan Indonesia (PTPI) menggelar International Healthcare Engineering Forum (INAHEF). Kegiatan INAHEF 2024 yang berlangsung tiga hari berturut-turut yakni 17-19 September 2024 di Jakarta tersebut diprakarsai oleh Kantor Staf Presiden (KSP), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) berkolaborasi dengan industri, perguruan tinggi, asosiasi, serta pemerintah daerah.
Terdapat tiga topik utama dan dua topik tambahan yang dibahas dalam forum INAHEF 2024. Ketiga topik utama tersebut adalah program pemeriksaan kesehatan gratis untuk penyakit prioritas, program penanganan TBC menuju end TB 2030, dan program pemenuhan fasyankes yang lengkap dan modern di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Sedangkan dua topik tambahannya meliputi model industri kesehatan dalam negeri dan model pembiayaan kesehatan untuk sarana prasarana dan alat kesehatan.
Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN), Donny Purnomo saat memberikan sambutan pengantarnya mengatakan dalam 10 tahun terakhir ini, pemerataan layanan kesehatan yang bermutu menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Ketika layanan kesehatan terus diperluas, maka kebutuhan alat kesehatan yang berkualitas baik harus dapat diakses oleh semua masyarakat.
Oleh karena itu, BSN yang mendapatkan amanah menyusun Standardisasi Nasional Indonesia (SNI) dan membangun penerapannya harus bisa mendorong produk alat kesehatan yang digunakan masyarakat memiliki standar mutu dan keamanan yang baik.
“Kita tahu bahwa pengadaan alat kesehatan dalam negeri saat ini, 80 persen masih impor,” kata Donny.
Data menunjukkan dari total alat kesehatan (alkes) yang digunakan di dalam negeri, sekitar 1.556 jenis produk merupakan impor dan hanya 453 jenis saja yang merupakan produk lokal. Sedang nomor izin edar, untuk produk impor tercatat 55.210, sedang produk lokal hanya 15.500 produk. Nilai impor alat kesehatan sejak Januari hingga Juni tercatat 456.902.503 USD dan ekspor hanya 111.557.334 USD.
Dalam konteks penguatan alat kesehatan, BSN lanjut Donny, terus berupaya menyiapkan standar untuk melengkapi standar alkes yang sudah ada. Selain itu, BSN juga terus memfasilitasi terkait kerja sama penyusunan standar dengan negara atau regulator lain. Tujuannya untuk menghilangkan keraguan terkait standar kualitas yang digunakan oleh produk dalam negeri.
“Dengan kolaborasi bersama regulator lain kita berharap bahwa standar yang dipakai di dalam negeri, juga bisa digunakan oleh negara lain,” lanjut Donny.
Menurut Donny, ketika layanan kesehatan menjadi program prioritas pemerintah, maka pemakaian alat kesehatan produk lokal harus didorong. Intinya bahwa alat kesehatan produk dalam negeri harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Diakui Donny, SNI untuk alat kesehatan memang masih bersifat sukarela. Namun untuk menjamin keselamatan pasien, BSN telah menyusun parameter-parameter tertentu yang langsung berkaitan dengan keselamatan pasien. “Memang kalau full menerapkan SNI lumayan memberatkan, sehingga kami pilih parameter tertentu,” tegas Donny.
Lebih lanjut Donny menekannya bahwa penerapan SNI yang berkaitan dengan alat kesehatan dan fasilitas kesehatan perlu terus didorong. “BSN mendorong penerapan standar terkait alat kesehatan dan fasilitas kesehatan. Karena sudah banyak standar yang ditetapkan. Namun, penerapannya perlu kita support bersama-sama dengan berkolaborasi dan bersinergi dengan seluruh pihak yang terkait demi kemajuan bersama,” tutur Donny.
Tercatat, hingga Agustus 2024, BSN telah menetapkan 15.231 SNI. Dari jumlah tersebut, terkait alat kesehatan dan fasilitas kesehatan sebanyak 463 SNI yang masih aktif.
Pada kesempatan yang sama Presiden PTPI Eko Supriyanto mengatakan tujuan dilaksanakannya INAHEF adalah merumuskan rencana implementasi program pemerintah 2024 – 2029 terutama bidang kesehatan; mendapatkan masukan dari daerah dan merumuskan serta mengimplementasikan secara masif di seluruh daerah di Indonesia melalui kongres; melakukan penilaian kesesuaian produk-produk penunjang SMART Hospital dengan regulasi; serta memberikan penghargaan bagi industri yang telah memenuhi regulasi.
“Kami berharap forum ini dapat menghasilkan rumusan model dan program 2025-2029 untuk penguatan Fasyankes dan industri kesehatan, termasuk program pemeriksaan kesehatan 9 penyakit prioritas, program penanganan TBC secara terstruktur sistemik masif dan modern, program pemenuhan Fasyankes seluruh Indonesia, serta model struktur industri alkes dalam negeri dan model pembiayaan Fasyankes,” jelas Eko.
Melalui INAHEF 2024, diharapkan pula para peserta yang hadir yang terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, fasyankes, perguruan tinggi, asosiasi profesi dan asosiasi fasyankes, serta konsultan dan kontraktor fasyankes ini dapat memberikan masukan, semakin aktif berkontribusi dan bersinergi guna mempertajam transformasi kesehatan serta mencapai SMART Hospital di Indonesia.
INAHEF 2024 juga diisi berbagai kegiatan seperti pameran, kongres, seminar, dan pemeriksaan Kesehatan. Tercatat lebih dari 44 booth dengan 200 produk alat kesehatan ikut dalam INAHEF 2024. Berfokus pada smart hospital, INAHEF 2024 menargetkan dikunjungi lebih dari 1.600 pengunjung.