26.2 C
Jakarta

Raih Kartini Award 2025, Giwo Rubianto Jelaskan Peran Strategis Perempuan Songsong Indonesia Emas 2045

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI) Dr. Ir. Giwo Rubianto, M.Pd menyampaikan rasa harunya menjadi salah satu penerima Kartini Award 2025. Bersama sederet tokoh perempuan tanah air, Giwo yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Kowani dua periode tersebut menerima Kartini Award 2025 untuk kategori Inspiring Women in Empowering Women.

“Alhamdulillah, tentu saya sangat bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah yang luar biasa ini. Perasaan saya sangat senang dan bangga, karena penghargaan ini bukan semata-mata untuk saya pribadi, tetapi saya dedikasikan untuk seluruh perempuan Indonesia, perempuan-perempuan tangguh yang terus berkarya, berkontribusi, dan menginspirasi dalam berbagai bidang kehidupan,” ujar Giwo, Selasa (1/7/2025).

Diakui Giwo, Kartini Award 2025 memiliki makna yang sangat mendalam. Penghargaan ini mencerminkan semangat perjuangan, ketekunan, dan konsistensi dalam memperjuangkan hak-hak dan pemberdayaan perempuan. Ini bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga tanggung jawab moral untuk terus menggaungkan nilai-nilai kesetaraan, kepemimpinan, dan keberanian perempuan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

“Saya juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Insertlive melalui program Kartini yang telah memberikan penghargaan ini. Semoga penghargaan ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus melangkah, bersuara, dan berkarya demi masa depan yang lebih baik bagi perempuan Indonesia,” jelas Giwo.

Ia menegaskan kiprah dan peran perempuan Indonesia yang semakin meluas ke berbagai sektor, mencerminkan bahwa perempuan semakin berdaya, semakin percaya diri, dan memiliki ruang yang lebih terbuka untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Ini sekaligus menjadi indikator bahwa kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat. Perempuan tidak lagi hanya dilihat dari peran domestik, tetapi juga dari kapasitas intelektual, kepemimpinan, dan profesionalisme yang mereka miliki di berbagai bidang, politik, ekonomi, teknologi, hukum, pendidikan, bahkan pertahanan.

“Kita tidak boleh lagi membiarkan adanya diskriminasi gender, baik dalam akses terhadap pekerjaan maupun dalam pengambilan keputusan strategis. Setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin, harus dinilai berdasarkan kompetensi, integritas, dan dedikasinya,” katanya.

Kemajuan ini menurut Giwo, tentu perlu terus dijaga dan dorong, agar perempuan Indonesia tidak hanya hadir sebagai pelengkap, tetapi sebagai penggerak perubahan dan pemimpin masa depan.

Diakui Giwo, emansipasi dalam arti membebaskan perempuan dari keterbelakangan sosial seperti di masa lalu secara historis sudah dicapai Indonesia. Meski demikian, perjuaangan perempuan belum usai. “Tantangan kita hari ini adalah memastikan kesetaraan gender benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata,” jelasnya.

Menurutnya, kesetaraan menjadi kunci agar perempuan dapat berperan optimal dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Karena hingga kini, masih banyak perempuan, terutama di pelosok, yang belum memiliki akses dan pemahaman yang cukup terhadap hak-haknya. Oleh karena itu, literasi, pemberdayaan, dan pendampingan bagi perempuan di seluruh lapisan masyarakat harus menjadi agenda prioritas.

“Di sisi lain, kita juga perlu memperkuat kapasitas dan kepemimpinan perempuan agar mereka menjadi motor penggerak pembangunan. Perempuan bukan pelengkap, tetapi mitra strategis dalam proses kemajuan bangsa,” sambung Giwo.

Menuju Indonesia Emas 2045, jelas Giwo tidak bisa melangkah optimal jika setengah dari potensi bangsa, yakni perempuan tidak diberdayakan sepenuhnya. “Komitmen kita adalah memastikan tidak ada satu pun perempuan yang tertinggal dalam perjalanan menuju masa depan Indonesia yang inklusif, adil, dan maju,” ungkapnya.

Selain dari sisi pendidikan, hal lain yang harus dimiliki perempuan Indonesia adalah kecerdasan hidup yang menyeluruh, kecerdasan yang lebih luas dan aplikatif dalam kehidupan, baik di rumah, masyarakat, maupun dunia kerja. Perempuaan harus terus didorong agar memiliki kecerdasan kodrati, yakni memahami dan menghargai peran biologisnya sebagai kekuatan; cerdas tradisi yang mampu memilah nilai budaya yang positif; cerdas sosial untuk membangun karakter dan etika dalam pergaulan; serta cerdas profesi, agar dapat berkarier dan berorganisasi tanpa meninggalkan peran keluarga.

Tak kalah penting, perempuan juga harus memiliki kemandirian ekonomi. Dengan kemampuan ini, perempuan bisa lebih bebas dalam menentukan pilihan hidup, berkontribusi secara nyata dalam keluarga, dan menjadi motor penggerak dalam lingkungannya.

Selain itu, di era digital, literasi teknologi menjadi keharusan. Perempuan harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mengakses informasi, membangun jejaring, dan meningkatkan produktivitas.

“Jadi, pendidikan bukan hanya sekedar soal ijazah, tetapi bagaimana membentuk perempuan yang berpikir kritis, bertindak bijak, dan siap menjadi pemimpin perubahan. Karena perempuan yang berdaya adalah kunci menuju Indonesia yang lebih maju dan inklusif,” tandasnya.

Sederet tokoh perempuan yang menerima Kartini Award 2025 bersama Giwo Rubianto antara lain Menteri Komdigi Meutya Hafid, Wamendiktisaintek Stella Christie, pengusaha perempuan Dyah Roro, dan anggota dewan Putri Zulkifli Hasan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!