SOLO, MENARA62.COM – Muhammadiyah perlu terlibat dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia. Peran tersebut penting dilakukan mengingat Muhammadiyah memiliki infrastruktur dan kapasitas untuk menjadi pendamai.
Hal itu mengemuka dalam seminar pramuktamar bertema Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah di Edutorium K.H. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (30/5/2022). Seminar dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Sedangkan narasumber seminar antara lain mantan Dubes Indonesia untuk Inggris Rizal Sukma, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Amien Rais.
Selama ini, Muhammadiyah telah terlibat dalam kegiatan internasional. Rizal Sukma menyebut antara lain terlibat dalam kegiatan kemanusiaan, penanganan bencana melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), peace buliding atau bina damai di Filipina dan Thailand Selatan. Muhammadiyah juga terlibat kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk menjadi anggota Ecosoc. Dari sekian banyak kegiatan yang telah Muhammadiyah jalani, Rizal melihat Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah perlu fokus pada kerja-kerja perdamaian atau peace building. “Kalau MDMC fokus pada bencana,” ujar mantan Direktur CSIS itu.
Untuk mendukung aksi itu, di berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) perlu ada peace studies atau pusat kajian perdamaian. “Kita [perlu] punya pusat studi perdamaian, peace making, peace keeping. Jadi lead untuk perdamaian internasional,” lanjut Rizal.
Tak hanya di bidang perdamaian, Rizal perlu mengangkat isu lain seperti climate change hingga energi terbarukan.
Din Syamsuddin juga sepakat dengan Rizal soal peran Muhamamdiyah dalam bina damai. Bahkan Din menyebut Rizal yang pernah jadi Direktur CSIS banyak berada di balik layar mendorong Muhammadiyah dalam aksi-aksi internasional. “Juga buka bantu networking Muhammadiyah. Dia juga mendorong saya mendirikan CDCC [Centre for Dialogue dan Cooperation Among Cvilizations] yang masih aktif sampai sekarang,” ujar Din yang memimpin CDCC.
Din menyatakan Muhammadiyah bahkan dunia Islam dewasa ini, selain menghadapi tantangan, juga mempunyai peluang dan momentum kebangkitan dunia Islam. Menurut Din, Muhammadiyah sangat qualified jadi motor penggerak tak hanya di Indonesia, juga dunia. “Infrastruktur gerakannya cukup kuat,” ujar Din.
Din menyampaikan Persyarikatan Muhammadiyah sudah menjadi warga dunia. Setidaknya Saat ini terdapat 29 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar di beberapa negara. PCIM ini berperan sebagai mediator dengan lembaga pemerintah setempat, menjalin relasi dengan dunia usaha. Dan semua itu dilakukan dalam kerangka untuk membangun jejaring, melakukan mediasi dan tentu saja mendakwahkan gagasan dan pemikiran Islam khas Muhammadiyah.
“Gagasan Islam yang dimiliki oleh Muhammadiyah inilah aset tersebesar persyarikatan. Kita memiliki Islam Berkemajuan yang berhimpitan dengan gagasan kosmopolitan Islam,” ujar dia.
Din juga memberikan apresiasi kepada pimpinan Muhammadiyah yang berhasil mendirikan perguruan tinggi di Malaysia dan lembaga pendidikan di Australia. (*)