JAKARTA, MENARA62.COM – Para pelaku industri masih percaya diri dan optimistis terhadap iklim usaha yang kondusif di Indonesia, meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan upaya mereka yang terus menggelontorkan investasinya dalam membangun pabrik baru atau perluasan usaha.
“Berdasarkan laporan dari IHS Markit, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia selama tahun 2021 ini didominasi pada level di atas 50 atau menandakan dalam tahap ekspansif. Pada bulan November lalu, PMI Manufaktur Indonesia berada di level 53,9,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Peresmian Pabrik Es Krim PT Yili Indonesia Dairy di Bekasi, Jumat (10/12).
Menperin memberikan apresiasi kepada PT Yili Indonesia Dairy yang telah berinvestasi mencapai Rp1,9 triliun dari rencana totalnya sebesar Rp2,5 triliun. Perusahaan ini membangun pabrik es krim terbesar di Indonesia.
“Kami memandang kehadiran PT Yili Indonesia Dairy dalam memproduksi es krim Joyday adalah suatu strategi bisnis yang tepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap produk susu olahan, khususnya es krim yang berkualitas,” paparnya.
PT Yili Indonesia Dairy merupakan anak usaha dari Yili group asal Tiongkok. Yili Group selaku perusahaan pengolahan susu terbesar di Asia dan lima besar di dunia. PT Yili Indonesia Dairy memiliki kapasitas produksi sebesar 159 ton per hari, dengan proyeksi menghasilkan 4 juta es krim per hari setelah realisasi investasi tahap dua.
“Ekspansi ini dibutuhkan Indonesia. Tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga menambah serapan tenaga kerja. Kami berharap, dari tenaga kerja yang sudah terserap sebanyak 270 orang ini akan terus bertambah sesuai dengan tergetnya yang akan mencapai 5.000 orang,” ujar Agus.
Komisaris Yili Group, Pan Gang menyampaikan, ke depannya, Yili Group akan terus meningkatkan inovasi produk serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. “Yili Group juga akan berpartisipasi secara aktif ke dalam pengembangan ekonomi lokal dan bekerja sama dengan mitra untuk memberi manfaat bagi lebih banyak orang di Indonesia,” tuturnya.
Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik yang besar, pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 17 hektare ini juga akan membidik pasar ekspor ke wilayah Asia Tenggara, yang diawali ke Thailand pada pertengahan Desember 2021. Perusahaan telah memiliki sertifikasi ISO 22000:2018 Sistem Manajemen Keamanan Pangan.
Menperin meyakini, penanaman modal PT Yili di Indonesia menjadi gerbang pembuka bagi investasi perusahaan selanjutnya di masa depan. “Mengutip pepatah kuno dari Lao Tzu, perjalanan seribu mil harus dimulai dengan satu langkah,” tuturnya.
Di samping itu, investasi PT Yili juga akan memacu kontribusi industri makanan dan minuman (mamin) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, industri mamin merupakah salah satu sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Industri makanan dan minuman juga sebagai motor utama kepada pertumbuhan industri pengolahan nonmigas karena didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat,” jelas Agus.
Walaupun terkena dampak pandemi Covid-19, PDB industri mamin masih mampu tumbuh sebesar 3,49% pada triwulan III Tahun 2021, sejalan dengan pertumbuhan PDB nasional sebesar 3,51%. “Pada periode yang sama, industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 38,91% terhadap PDB industri pengolahan non-migas, sehingga menjadikannya subsektor dengan kontribusi PDB terbesar,” sebutnya.
Pada periode Januari-Oktober 2021, ekspor dari industri mamin mencapai USD36,9 miliar, naik 52% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar USD24,2 miliar. Bahkan, industri mamin mampu menarik investasi sebesar Rp48,5 triliun sampai dengan triwulan III tahun 2021, dan secara keseluruhan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang.
Menperin juga menyambut baik dan berterima kasih atas kontribusi PT Yili untuk turut serta membantu pemerintah menanggulangi pandemi Covid-19 melalui program vaksinasi bagi anak sekolah usia 12 – 17 tahun di Kabupaten Bekasi. “Indonesia dinilai berhasil menjadi salah satu negara yang mampu mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19 hingga level 1. Ekonomi Indonesia, termasuk sektor industri telah mulai pada tahap pemulihan,” jelasnya.
Industri pengolahan susu
Pada kesempatan yang sama, Menperin Agus menyampaikan bahwa industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor pangan yang mendapat prioritas pengembangan. Hal ini mengingat kontribusinya terhadap perekonomian nasional yang cukup besar, dan juga memiliki program kemitraan yang kuat dengan para peternak sapi perah lokal.
“Guna meningkatkan produktivitas industri pengolahan susu, perlu didukung ketersediaan bahan baku susu segar. Oleh karena itu, perlu dioptimalkan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) Sebab, tantangannya saat ini adalah menekan impor bahan baku,” tegasnya.
Menperin menyatakan, pihaknya bertekad akan melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk menjalankan kebijakan dan program strategis dalam pengembangan industri pengolahan susu agar bisa lebih produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Apalagi, industri pengolahan susu masih memiliki prospek bisnis yang cukup cerah ke depannya, seiring dengan potensi meningkatnya konsumsi produk susu di tanah air.
“Kami memberikan apresiasi kepada pelaku industri pengolahan susu di tanah air yang berkomitmen untuk memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah lokal. Hal ini untuk menjaga pasokan bahan baku yang terintegrasi sehingga bisa meningktakan produktivitas dan kualitas SSDN,” papar Agus. Kemitraan ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal.
Komisaris Yili Group, Pan Gang juga menyampaikan harapannya terhadap industri pengolahan susu di Indonesia. “Melihat ke depannya, kami akan menggunakan industri berbasis susu Yili di Indonesia untuk menjalin kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia dalam industri berbasis susu bagi kehidupan masyarakat yang sehat, mengembangkan kualitas lingkungan yang baik antara Tiongkok dan Indonesia, dan berkontribusi bagi kesejahteraan Indonesia,” paparnya.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengemukakan, untuk memacu produksi SSDN, salah satu kuncinya adalah penyediaan pakan hijauan yang berkualitas. “Setelah kami belajar dari para praktisi dan akademisi, pakan hijauan menjadi faktor penting dalam menggenjot produksi susu segar dari sapi perah,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, Kemenperin mendorong industri pengolahan susu ikut berkontribusi membudidayakan pakan hijauan, dan Kemenperin juga memacu investasi industri pengolahan pakan hijauan guna menumbuhkan sektor tersebut.
“Artinya, ada upaya penciptaan wirausaha dan peluang bisnis baru. Kalau kita bisa menghasilkan pakan hijauan yang berkualitas dan kompetitif, akan mendongkrak produktivitas industri pengolahan susu di tanah air. Apalagi, investasi di sektor industri pengolahan susu terus tumbuh,” papar Putu.
Oleh karenanya, Kemenperin akan mengembangkan pengolahan pakan hijauan, khususnya industri yang terintegrasi dengan bahan baku pakannya. Upaya ini diyakini dapat memberikan efek ekonomi yang luas, dari peternak sapi perah lokal, koperasi, hingga industri.
Putu menambahkan, guna memacu produksi SSDN, juga diperlukan dukungan fasilitas dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada koperasi susu dan peternak sapi perah di sektor hulu. Sebagai contoh, Kemenperin telah memberikan bantuan cooling unit kepada koperasi susu sejak tahun 2007.
“Pada tahun 2021, kami telah membantu salah satu koperasi susu untuk membangun Milk Collection Point (MCP). Dan, pada tahun 2022 nanti, selain membangun MCP selanjutnya, Kemenperin juga akan membantu program digitalisasi tempat penampungan susu sebagai persiapan diterapkannya Neraca Komoditas,” ungkapnya.