JAKARTA, MENARA62.COM – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) menggelar peluncuran sekaligus bedah buku ‘Communication Technology and Society, Exploring the Multicultural and Digital World’ secara daring, Rabu (2/11/2022). Buku tersebut menjadi karya kolaboratif yang apik antara Guru Besar FIKOM Universitas Padjajaran (Unpad) Prod Deddy Mulyana, dengan sejumlah akademisi dari berbagai perguruan tinggi seperti Dr. Devie Rahmawati (Vokasi UI), Dr. Sri Seti Indriani (FIKOM Unpad), Dr. Kadri (UIN Mataram, NTB), Nurlina Rahman, M.Si (Dosen dan Wakil Dekan 1 FISIP UHAMKA) dan akademisi lainnya.
Tercatat 694 peserta bergabung melalui aplikasi zoom. Mereka merupakan praktisi, dosen dan mahasiswa ilmu komunikasi dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Indonesia. Jumlah peserta tersebut belum termasuk mereka yang mengikuti kegiatan melalui channel Youtube FISIP Uhamka.
Rektor UHAMKA Prof Gunawan Suryoputro, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap tim penulis buku ‘Communication Technology and Society, Exploring the Multicultural and Digital World’. Buku ini menarik tidak hanya karena disajikan dalam bahasa asing tetapi lisensi kontennya merupakan topik kekinian (current issue) dibidang ilmu komunikasi.
“Kita mengenal Prof Deddy dengan karya manuskrip dan karya ilmiahnya yang sudah tak terhitung lagi banyaknya. Demikian juga tim penulis lainnya yang menggunakan kajian terkini. Inilah yang membuat buku ini sangat menarik,” jelas Rektor.
Menurut Rektor, ada dua hal yang sangat penting dari buku ini terutama bagi para praktisi, dosen dan mahasiswa ilmu komunikasi. Pertama, buku ini menggunakan kata exploring multicultural dan era digital. Jika kasus-kasus yang dikaji dalam buku ini merupakan kasus-kasus yang terjadi di Indonesia, tentu akan menjadi sangat bermakna. “Karena kita sama-sama tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan budaya, multicultural. Potret ini akan dilihat dan diminati oleh bangsa lain,” jelasnya.
Kedua, sebagai sebuah buku, teori yang direview buku ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa dan dosen untuk ditindaklanjuti. “Saya yakin masih banyak hal yang harus ditindaklanjuti melalui penelitian yang disarankan oleh penulis buku ini,” tegas Rektor.
Ia memastikan bahwa pertemuan bedah buku ini menjadi sangat penting bagi dunia keilmuan terutama ilmu komunikasi UHAMKA. “Karena itu saya menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada tim penulis yang sudah menunjuk Prodi Ilmu Komunikasi Uhamka sebagai host pertemuan ini,” tandas Rektor.
Sebelumnya Dekan FISIP UHAMKA, Dra Tellys Corliana, M.Hum dalam sambutannya mengatakan penyajian buku karya ilmiah menggunakan bahasa asing, dimana penulisnya adalah orang-orang Indonesia, amat jarang dijumpai. Faktor utamanya adalah pembaca yang masih menyasar pembaca dari Indonesia.
“Dengan menyajikan buku berbahasa Inggris maka jangkauan pembaca buku Communication Technology and Society, Exploring the Multicultural and Digital World akan menjadi lebih luas, akan lebih banyak orang bisa menikmati,” jelas Tellys.
Penggunaan bahasa internasional, juga memungkinkan buku ini bisa dipahami oleh pembaca dari berbagai negara. “Dunia juga bisa lebih mengetahui perkembangan keilmuan di Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Nik Norma Nik Hasan (Universiti Sains Malaysia) dalam testimoninya terkait buku Communication Technology and Society, Exploring the Multicultural and Digital World menyampaikan pujiannya terhadap buku ini. Baginya buku yang terdiri atas 15 topik tersebut ibarat panduan yang tepat bagi pengembaraan ilmu yang ingin mengetahui dinamika masyarakat Indonesia. “Saya membaca buku ini, kontennya aman menarik, seluruh bagian mudah dipahami,” katanya.
Testimoni lainnya juga disampaikan Dr Dadang Rahmat Hidayat (Dekan FIKOM Unpad), Prof Emeritus Sung Kyum Cho (Chungnam National University, South Korea), Djamila Hess, MA (Erfurt University Germany), Julian Millei (Monash University, Australia), dan Dr Mohsin Hassan Khan (Assistant Profesor School of Media and Communication Studies University of Management and Technology Lahore Pakistan).
Ilmu Komunikasi Sangat Luas
Prof Deddy Mulyana dalam paparannya mengakui bahwa ide untuk menulis buku komunikasi dalam bahasa asing sebetulnya sudah tercetus sekitar 5 tahun lalu, namun tak kunjung terealisasi. “Saya berpikir kalau menggunakan bahasa asing, apakah nanti akan diminati oleh pembaca. Tetapi ternyata diluar prediksi saya, sepekan dicetak, sebanyak 400 eksemplar langsung habis dipesan,” katanya.
Menurutnya, menggunakan bahasa asing dalam penulisan karya ilmiah memang tidak mungkin dihindari oleh akademisi dari Indonesia. Mengingat negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Pakistan dan lainnya sudah terbiasa menuliskan karya ilmiah maupun buku menggunakan Bahasa Inggris. “Jika kita tidak memulainya dari sekarang, maka dipastikan kita akan ketinggalan. Kita berharap 10 atau 20 tahun yang akan datang, komunikasi Bahasa Inggris di Indonesia sudah menjadi terbiasa baik secara lisan maupun tulisan,” tambahnya.
Prof Deddy mengakui displin komunikasi itu sangat luas karena sifatnya yang communication, hadir dimana-mana. Contohnya saja dulu tidak ada skripsi, tesis atau disertasi yang membahas soal komunikasi kesehatan. Tetapi kini, komunikasi atau manajemen kesehatan menjadi satu hal yang menarik untuk dibahas dan dipelajari.
“Jadi kalau komunikasi kesehatan bisa dikembangkan, kita juga bisa mengembangkan komunikasi-komunikasi bidang lain seperti komunikasi terapedik, lingkungan, pertanian dan lainnya,” tegas Prof Deddy.
Salah satu hal yang mungkin perlu dikembangkan di Indonesia, kata Prof Deddy adalah komunikasi hukum (legal communication). Alasannya komunikasi bidang ini sudah berkembang di sejumlah negara, namun di Indonesia sendiri belum banyak dikaji. “Masalah hukum itu sangat kompleks, namun kita harus memulainya untuk mengkaji komunikasi bidang hukum,” tambahnya.
Senada juga disampaikan oleh Devie Rahmawati. Dalam penjelasannya, Devie menyoroti bagaimana peran ilmu komunikasi telah menjadi salah satu faktor yang mampu mengendalikan pandemi Covid-19 di Indonesia. “Karena komunikasi massif berjamaah yang melibatkan pemerintah, praktisi, akademisi, perguruan tinggi dan berbagai pihak lainnya, Indonesia mampu mengendalikan pandemic ini jauh lebih baik dibanding negara AS misalnya. Indonesia dengan jumlah penduduk 270 juta, jumlah penduduk yang terkena Covid-16 sekitar satu juta lebih. Bandingkan dengan AS yang memiliki penduduk 360 juta dimana 60 juta diantaranya terkena Covid-19,” katanya.
Hal menarik lainnya terkait komunikasi ini lanjut Devie adalah masalah teknologi game sebagai bagian dari e-sport. Di sejumlah negara, teknologi game telah menjadi salah satu sumber devisa yang sangat potensial. Namun di Indonesia, game masih lebih banyak dilihat dari sisi negatifnya seperti kecanduan game, pemicu tindak kriminal dan lainnya. ‘”Dengan komunikasi yang baik dan tepat maka sebenarnya potensi game bisa kita manfaatkan dan digali lebih optimal sebagai sumber devisa negara,” tutur Devi.
Sementara itu Nurlina Rahman dalam kajiannya berjudul “Faktor Diri Sendiri Menjadi Alasan Kecenderungan Pelaku Pengguna Narkoba” menganalisis perilaku dari diri sendiri (self) atau pribadi yang tidak hanya melibatkan diri pribadi tetapi juga komunikasi antarpribadi telah memicu seseorang menjadi pengguna narkoba.
“Kajian ini ingin mengetahui factor kecenderungan diri sendiri yang menjadi alasan bagi pelaku mulai menjadi pengguna narkoba dengan memahami konsep diri sebagai salah satu factor kecenderungannya,” kata Nurlina.
Ia menggunakan metodologi interaksionisme simbolik untuk menggali informasi dari narasumber. Studi dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam terhadap 20 orang informan. Fenomena dipelajari dalam konteks alami atau apa adanya tanpa manipulasi alih-alih natural dengan informan sebagai teman atau menjadi bagian di tempat/lokasi riset.
Hasilnya, kata Nurlina, ditemukan bahwa faktor diri sendiri merupakan salah satu factor kecenderungan pelaku penyalahgunaan narkoba dengan kategori rasa ingin tahu dan coba-coba, membandingkan diri dengan kelompok, kepribadian lemah (antisosial), merasa tidak bahagia, tidak mampu mengatasi masalah yang bertendensi kepada perilaku negatif.
“Kesimpulannya bahwa beberapa faktor kecenderungan diri sendiri mempunyai dampak atau proposisi seseorang untuk memutuskan seseorang menjadi pengguna narkoba. Faktor diri sendiri ini tergambar dari pengalaman para informan yang melakukan interaksi dengan teman-teman di lingkungan tempat tinggal maupun kelompok acuan,” tandas Nurlina.
Selain Prof Deddy, Devie Rahmawati dan Nurlina Rahman, bedah buku Communication Technology and Society, Exploring The Multicultural and Digital World juga menghadirkan dua penulis lainnya yaitu Dr Kadri dan Dr Sri Seti Indriani.