25 C
Jakarta

Tawa Pak Basuki

Baca Juga:

Ini cerita ketika peresmian asrama Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta oleh Presiden Joko Widodo. Cerita ini dituliskan Prof Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah di twitter dengan akun @Abe_Mukti.

Peresmian itu dilakukan saat Pandemi Covid-19. Itu sebabnya, saat peninjauan asrama, Presiden hanya didampingi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Aly Aulia (Direktur Madrasah Muallimin), dan Buya Syafii Ma’arif.

Prof Mu’ti, Basuki Hadimuljo (Menteri PUPR), Marpuji Ali (PP Muhammadiyah), dan sejumlah jajaran PP Muhammadiyah lainnya, hanya menunggu di Masjid Hj Juliana yang diresmikan oleh Presiden.

Sambil menunggu dan menyaksikan peninjauan asrama Madrasah Muallimi, mereka yang berada di Masjid Hj Juliana terlibat perbincangan tentang beberapa hal. Salah satunya terkait Buya Syafii Maarif.

Semua yang hadir kagum dengan Buya Syafii diusia senja, masih berjuang keras membangun dan memajukan Madrasah Muallimin. Perbincangan kemudian melebar tentang kehebatan Buya sebagai negarawan dan guru bangsa.

Basuki terlihat sangat serius mendengarkan kisah tentang Buya dan integritasnya serta peranannya yang luar biasa.

“Bangsa Indonesia sangat memerlukan Buya,” ungkap Basuki sambil menghela nafas.

“Sayang sekali, Buya sudah tua,” lanjut Basuki dengan nada agak sedih.

Melihat ekspresi ini, Prof Mu’ti menyela untuk sedikit menghibur. “Ya Pak Menteri. Kalau Buya memang sudah tua, kalau masih muda namanya bocah…,” ujarnya.

Basuki pun langsung tertawa, dan hal yang sama dilakukan semua yang mendengar seloroh itu. Sekarang Buya Syafii sudah tiada. Bangsa Indonesia dan warga Muhammadiyah sangat berduka dan kehilangan. Tapi jasa Buya untuk Bangsa Indonesia, khususnya Madrasah Muallimin sangat besar. Semoa semua ini menjadi amal jariyah yang mengantarkan Buya ke Surga.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!