JAKARTA, MENARA62.COM– Di tengah perayaan 79 tahun kemerdekaan Indonesia, negara kita masih dihadapkan pada tantangan serius dalam bidang kesehatan masyarakat. Angka stunting dan gizi kurang (wasting) di Indonesia masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih dari itu, jumlah remaja yang menderita penyakit degeneratif juga terus meningkat, menunjukkan adanya permasalahan mendasar dalam sistem pangan kita.
Menanggapi situasi ini, Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia yang diselenggarakan oleh Foodbank of Indonesia (FOI) hadir dengan semangat menghantarkan kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya—yaitu kemerdekaan dari kelaparan dan malnutrisi.
Jaringan Bank Pangan berkomitmen untuk berperan sebagai agen perubahan dalam mendorong terciptanya transformasi sistem pangan yang berkelanjutan dan berbasis lokal.
“Budaya kita telah lama mengajarkan pentingnya keberlanjutan dan kemandirian dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal pangan. Inisiatif bank pangan ini sejalan dengan nilai-nilai budaya kita yang menghargai kelestarian alam dan kesejahteraan bersama,” ujar Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid.
FOI, melalui jaringan bank pangannya, telah menjadi mitra pemerintah dalam memperkuat
ketahanan pangan nasional. Salah satu fokus utama FOI adalah mendorong tumbuhnya bank pangan di pelosok Indonesia, menjadikan mereka sebagai pilar dalam sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan. Bank-bank pangan ini diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam memastikan akses pangan yang sehat dan bergizi, terutama bagi mereka yang berada di wilayah terpencil dan rentan.
“Kami mendirikan Foodbank of Indonesia dengan keyakinan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan akses terhadap pangan yang cukup dan bergizi. Melalui kongres ini, kami
berharap dapat memperkuat jaringan bank pangan di seluruh Indonesia, sehingga lebih banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya,” kata M. Hendro Utomo, Pendiri FOI.
Kongres kali ini juga menekankan pentingnya mengangkat potensi pangan lokal dan pertanian yang berkelanjutan. Dengan mendirikan bank pangan yang terintegrasi dengan komunitas lokal, FOI berupaya untuk membangun sistem pangan yang lebih mandiri dan resilien. Ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi masalah gizi buruk tetapi juga untuk melestarikan kekayaan pangan lokal dan memastikan kesejahteraan petani di seluruh pelosok negeri.
“Sistem pangan yang kita bangun harus mampu menjamin akses pangan yang merata dan
berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bank pangan memiliki peran strategis dalam
mewujudkan hal ini,” ujar Nyoto Suwignyo,Deputi Bidang Kerawanan Pangan Dan Gizi.
Selain itu, Ilham Khoiri, General Manager Bentara Budaya, menambahkan, “Inisiatif ini bukan hanya soal mengatasi masalah pangan saat ini, tetapi juga membangun kesadaran budaya tentang pentingnya ketahanan pangan untuk masa depan. Kami di Bentara Budaya mendukung penuh upaya ini sebagai bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai budaya kita.”
Sebagai bagian dari Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia, FOI juga menyelenggarakan Pasar Rakyat Mustikarasa, sebuah pasar rakyat yang menghadirkan beragam produk pangan lokal dan hasil pertanian berkelanjutan. Pasar ini akan menjadi ajang untuk mempromosikan pangan lokal, memperkuat ekonomi masyarakat, dan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya memilih produk yang sehat dan ramah lingkungan.
Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia berlangsung pada 16 – 17 Agustus 2024 di Bentara Budaya, Jakarta Pusat dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, lembaga sosial, akademisi, hingga komunitas lokal. Diharapkan, melalui kongres ini, akan terjalin kolaborasi yang lebih kuat dalam mewujudkan transformasi sistem pangan Indonesia yang berkelanjutan dan berbasis pada kearifan lokal. (Kenya)