25.5 C
Jakarta

Perkembangan Politik Indonesia Dibahasa Dalam Pertemuan PP Muhammadiyah Dengan 23 Dubes

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM–Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir yang didampingi Ketua PP Muhammadiyah Bachtiar effendy dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mumenerima 23 dubes dan perwakilan negara-negara sahabat di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (14/2/2017). Ke-23 dubes tersebut dipimpin Ketua delegasi, dubes Uni Eropa Vincen Guerend.

Menurut Haedar, kunjungan tersebut mendiskusikan berbagi pandangan dengan Muhammadiyah tentang perkembangan kondisi bangsa Indonesia saat ini dan Ummat Islam di Indonesia dan beberapa perkembangan dunia.

Hal itu disampaikan Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah yang menyambut ke-23 negara tersebut bersama Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, dan Ketua PP Muhammadiyah Bachtiar Effendy di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiya, Jl. Menteng Raya 62 Jakarta.

“Kita sampaikan bangsa Ini setelah 70 tahun merdeka Alhamdulillah secara umum bisa hidup secara pluralitas, menyerap demokrasi dan hak asasi manusia melebihi Negara lain, bahkan kita menjadi Negara ketiga dalam hal demokrasi dan hidup dalam kemajemukan yang sesungguhnya,” ungkap Haedar.

Tidak berbeda dengan Negara lain, sambung Haedar, bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari permasalahan. Maka Muhammadiyah memiliki pandangan selalu bisa dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

Selain membahas mengenai bangsa Indonesia secara umum, dalam pertemuan itu juga kedua pihak membahas mengenai peran Islam di Indonesia. Disampaikan Haedar, umat Islam di Indonesia sesungguhnya menjadi faktor integrasi sosial dan integrasi nasional di masyarakat.

Dalam opini yang berkembang saat ini muncul fenomena Islam garis keras di Indonesia, hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwasannya Islam moderat tidak mengambil peran dalam fenomena tersebut. Maka Haedar menyampaikan bahwa itu merupakan asumsi yang keliru.

“Aksi 212 itu bukan hanya satu tokoh, tapi hampir semua segmen masyarakat Islam yang kesadaran keagamaannya terganggu, maka muncul aksi 212. Kalau oleh satu golongan disebut radikal atau keras pasti terjadi aksi yang anarkis, tapi ternyata kan tidak. Peran islam moderat seperti Muhammadiyah, NU, MUI menjaga aksi itu betul-betul damai, bayangkan apa yang terjadi kalau kita biarkan,” ujar Haedar.

Kunjungan negar-negara Uni Eropa itu juga dalam rangka penggalangan dan penjajakan kerjasama dengan Muhammadiyah di bidang sosial, pelayanan kesehatan juga isu-isu global seperti perubahan iklim, dan perdamaian.

“Mereka mencoba untuk mengintensifkan baik dalam bentuk forum-forum dialog, pengiriman dosen atau seminar-seminar internasional yang bisa membahas problem-problem global atau juga kita mengaktifkan dialog-dialog interfaith. Lalu kita sampaikan bahwa Muhammadiyah sudah 10 tahun lebih punya agenda untuk isu-isu global dan sekarang masih terus berlangsung,” ujar Haedar.

Tidak hanya itu kerjasama juga bisa dilakukan melalui antar universitas di Eropa sekaligus acara kunjungan antar Negara. April 2017 mendatang Muhammadiyah juga akan melakukan dialog antar agama di Roma, Italia sebagai bentuk peningkatan kerjasama.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!