JAKARTA, MENARA62.COM – Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) gelar kuliah umum bagi mahasiswa baru, Sabtu (7/9/2019). Kuliah umum yang diisi dengan orasi ilmiah dari Dr. Ahmad Basarah MH, Wakil Ketua MPR RI tersebut diikuti 5.332 mahasiswa baru UHAMKA.
Hadir Rektor UHAMKA Prof Dr Gunawan Suryoputro M.Hum, Rektor Universitas Muhammadiyah Bandung Prof. Dr. Suyatno M.Pd, dan jajaran pimpinan baik dilingkungan PP Muhammadiyah maupun UHAMKA.
Dalam sambutannya, Rektor UHAMKA mengatakan UHAMKA merupakan salah satu dari 166 perguruan tinggi Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Dalam perjalanan sejarahnya, UHAMKA merupakan salah satu perguruan tinggi yang melahirkan guru-guru yang kini tersebar hampir disemua pelosok negeri.
“Tentu diluar sumber daya manusia atau SDM guru, UHAMKA juga melahirkan SDM-SDM dibidang dan profesi lain,” kata Rektor.
Artinya, kampus yang berdiri sejak 1957 tersebut sudah memberikan kontribusi besar pada pembangunan SDM di tanah air. Dan peran serta kontribusi tersebut tentu akan terus dilakukan seiring makin tumbuh berkembangnya UHAMKA.
“Saat ini kita memiliki total 25.292 mahasiswa baik yang masih aktif maupun mereka yang tengah menyusun skripsi,” tambah Rektor.
Dengan penambahan jumlah mahasiswa tersebut diakui Rektor, kampus UHAMKA tentu membutuhkan tambahan sarana dan prasarana. Termasuk pelayanan baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
Rektor mengakui tumbuh pesatnya UHAMKA tak lepas dari peran serta tokoh-tokoh nasional. Satu diantaranya adalah almarhum Taufik Kiemas. Politisi tersebut saat menjabat sebagai Ketua MPR RI telah menorehkan jejaknya pada kampus FKIP UHAMKA dan menjadi sumbangan amal kebajikan yang akan terus dikenang oleh seluruh civitas akademika UHAMKA.
Saat ini UHAMKA lanjut Rektor juga terus melakukan berbagai pembenahan disegala bidang, baik sarana prasarana, juga para pengajar atau dosen-dosennya. Mengingat mahasiswa yang dihadapi adalah generasi milenial yang memiliki karakter berbeda.
“Dosen harus bisa menyesuaikan diri agar dapat menjalankan fungsinya sebagai pengajar yang mampu mengantar mahasiswa menjadi pribadi yang sukses baik dalam hal pencapaian akademik, maupun karier dan kehidupan ditengah masyarakat,” tukas Rektor.
Sementara itu Dr. Ahmad Basarah dalam orasi ilmiahnya berjudul Wawasan Kebangsaan Generasi Muda di Era Revolusi Industri 4.0 mengingatkan bahwa manjadi mahasiswa adalah satu tahap pencapaian yang baik dalam kehidupan seseorang. Dimana ketika menyandang gelar sebagai mahasiswa, maka dipundaknya terletak beban dan tanggungjawab besar bukan hanya untuk diri sendiri, orangtua atau kampus dimana berkuliah. Tetapi juga memiliki beban dan tanggungjawab bagi nusa, bangsa dan Negara.
Oleh karena itu Ahmad Basarah mengajak seluruh mahasiswa baru UHAMKA untuk segera belajar beradaptasi dengan status barunya tersebut. Tinggalkan masa-masa SMA dan mulailah belajar dengan lingkungan dan bentuk tanggungjawab yang baru, agar kelak menjadi pemuda bermutu dan berkualitas.
Lebih lanjut Ahmad Basarah mengingatkan bahwa menjadi pemuda memiliki kedudukan penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pemuda sejak zaman pra kemerdekaan, zaman kemerdekaan hingga kini memiliki peran yang berbeda sesuai zamannya.
“Tetapi intinya, pemuda selalu memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia,” jelasnya.
Ia mencontohkan bagaimana pemuda Indonesia memulai perjuangan besarnya melawan penjajahan dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada 1908. Organisasi yang beranggotakan mahasiswa Stovia (Kedokteran) tersebut menjadi tonggak dimulainya perlawanan terhadap penjajah Belanda secara terorganisir.
Lalu disusul dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Lagi-lagi pemuda mengambil peran penting dengan berjuang menyatukan seluruh rakyat Indonesia dalam satu ikrar dan ikatan penting berupa Sumpah Pemuda. Yakni bertanah air satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa satu Bangsa Indonesia dan berbahasa satu Bahasa Indonesia.
“Tidak berhenti disitu, saat tahun 1945, pemuda kembali menorehkan peran dan prestasinya yakni dengan dikumandangkannya proklamasi yang menandai berakhirnya era penjajahan di tanah air,” tambah Ahmad Basarah.
Meski kita sudah hidup di alam kemerdekaan, menurut Ahmad Basarah penting bagi pemuda untuk tetap belajar dan mengetahui sejarah masa lalu. Sebab dengan mengetahui sejarah masa lalu, maka pemuda bisa belajar banyak dan tidak akan mengulang kesalahan yang pernah ada.
Ia mencontohkan bagaimana sulitnya bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan akibat politik devide et impera yang dilancarkan penjajah Belanda. Politik pecah belah tersebut berhasil memporakporandakan bangunan persatuan rakyat Indonesia. Dengan luluhnya bangunan persatuan maka mudah bagi penjajah untuk mempertahankan kekuasaan di negeri Nusantara.
Itu sebabnya, Ahmad Basarah meminta agar pemuda menguatkan komitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menguatkan sendi-sendi nasionalisme agar tidak mudah dihasut dan dipecah belah.
Terlebih saat ini era revolusi industry 4.0 dimana penggunaan internet demikian massif. Akses terhadap media social begitu bebas tanpa batas, menghilangkan sekat antar Negara antar benua.
Merebaknya penggunaan media social disatu sisi memang memberikan banyak manfaat. Tetapi disisi lain dapat mendatangkan penjajahan dalam bentuk baru. Paham-paham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila bisa merangsek masuk tanpa ada filter maupun pengawas yang baik.
“Paham liberal, paham kebebasan, individualism menjadi paham-paham yang mengancam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Itu harus kita waspadai bersama,” tegas Ahmad Basarah.
Contoh paham yang tidak sesuai dengan Pancasila adalah perkawinan sejenis atau LGBT, seks bebas dan lainnya yang acapkali disertai embel-embel HAM. Paham-paham sekuler tersebut kini mulai merambah negara-negara ASEAN dan ini menjadi ancaman serius bangsa Indonesia.
Ahmad Basarah berpesan agar mahasiswa UHAMKA sebagai bagian dari kader Muhammadiyah harus berani menolak paham-paham sekuler, paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pada kuliah umum tersebut, Rektor UHAMKA juga menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Baitulmaal Muammalat (BBM) dan menyerahkan beasiswa bagi mahasiswa UHAMKA senilai Rp368 juta. Beasiswa tersebut merupakan bagian dari penyaluran dana zakat Baitulmaal Muamalat.