25.5 C
Jakarta

‘Aisyiyah Perkuat Peran Masyarakat Sipil dalam Penanggulangan TBC

Baca Juga:

YOGYAKARTA,MENARA62.COM – PR TB ‘Aisyiyah menggelar seminar virtual melalui aplikasi zoom dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube PR TB Aisyiyah, Kamis (8/10/2020). Acara yang bertajuk “Peran Masyarakat Sipil dalam Sektor Kesehatan untuk Penanggulangan TBC” diselenggarakan sebagai salah satu upaya ‘Aisyiyah untuk bersama-sama menguatkan peran masyarakat sipil dalam penanggulangan TBC di Indonesia.

Seminar virtual diawali pengantar dari Authorized Signatory PR TB ‘Aisyiyah dan Dewan Pembina PR TB ‘Aisyiyah serta dibuka langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si. Acara dihadiri oleh 478 peserta yang terdiri dari perwakilan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 12 Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah, perwakilan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah, PELKESI, PERDHAKI, para pengelola program SR dan SSR TBC Care ‘Aisyiyah, Manajer Kasus (pendamping pasien TBC Resisten Obat), organisasi masyarakat sipil, peneliti, pegiat sosial dan pegiat penanggulangan TBC.

Penanggulangan TBC sebagai bentuk pembangunan di bidang Kesehatan mengutamakan pendekatan partisipatoris dengan melibatkan berbagai pihak masyarakat secara langsung. Oleh karena itu, kolaborasi dan kerjasama dalam pembangunan kesehatan, khususnya penanggulangan TBC menjadi syarat mutlak untuk dapat mencapai target eliminasi TBC. ‘Aisyiyah dalam hal ini telah turut berperan dalam upaya penanggulangan TBC dan akan tetap menjadi bagian dari komunitas yang akan terus konsisten melakukan eliminasi TBC.

Hal tersebut jelas terdeklarasi pada rangkaian pembukaan acara seminar. Dr Rohimi Zamzami, S.Psi., SH, M.Pd, Authorized Signatory PR TB ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa Aisyiyah telah 17 tahun berkontribusi dan mengambil peran dalam penanggulangan TBC sejak tahun 2003 hingga 2020 melalui bermitra dengan Global Fund. Pada akhir periode ini, diharapkan bahwa seluruh elemen dapat menuntaskan program secara maksilam dan siap untuk menyambut kerja-kerja komunitas yang optimis dan berkelanjutan”.

Pernyataan dikuatkan kembali oleh arahan pembukaan dari Dra. Siti Aisyah, M.Ag selaku Dewan Pembina PR TB ‘Aisyiyah yang menyampaikan bahwa Meskipun ‘Aisyiyah tidak kembali bermitra dengan Global Fund, ‘Aisyiyah tidak akan pernah berhenti dalam upaya penanggulangan TBC di komunitas yang ujung tombaknya selama ini adalah kader. Karena itu, untuk menyongsong suasana baru, serta menguatkan semangat dan tekad baru, PR TB ‘Aisyiyah dan Majelis Kesehatan dalam hal ini berproses untuk rencana, program hingga penyusunan langkah strategis”.

Pembukaan acara secara resmi dilakukan oleh Ketua Umum PPA yakni Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si. yang menyampaikan 4 pokok penting. Menurut Noordjannah, tema dari seminar virtual ini sudah sangat melekat dalam kehidupan ‘Aisyiyah dalam melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, salah satunya melalui penanggulangan TBC.

Pertama-tama, Noordjannah menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah dalam penanggulangan TBC melihat konteks bahwa kelompok terdampak TBC merupakan kelompok yang lemah dan miskin, tidak hanya secara ekonomi tetapi miskin dan kurang informasi berkaitan dengan kesehatan serta juga terhambat dalam usaha untuk bisa sehat karena kemiskinan dan kelemahannya tersebut. Oleh karena itu, peran ‘Aisyiyah dalam penanggulangan TBC menjadi penting untuk membantu kelompok tersebut. Hal ini dapat menjadi peran kemasyarakatan ‘Aisyiyah sebagai Gerakan praksis”.

Kedua, ‘Aisyiyah sebagai organisasi, melakukan peran sebagai masyarakat sipil yang telah dan akan terus melanjutkan peran-perannya dalam penanggulangan TBC. ‘Aisyiyah akan mengakhiri kemitraan di akhir Desember 2020 dengan penuh perhatian dan bijak dalam pengambilan keputusan tersebut. Kita akan tetap mengupayakan pengendalian TBC sesuai dengan karakter Gerakan ‘Aisyiyah yakni Islam berkemajuan, Gerakan pencerahan dan perempuan berkemajuan. Sebagaimana sejarah dari Nyai Dahlan bahwa perlu adanya upaya mendorong perempuan untuk maju dan hal tersebut digerakan oleh kelompok perempuan. Keterdepanan Gerakan perempuan Islam harus bisa responsif untuk berbagai bidang kesehatan, salah satunya adalah TBC.

Ketiga, Noorjannah  juga menekankan pentingnya upaya penanggulangan TBC berbasis gender dengan dimulai dari adanya data pilah gender kelompok terdampak TBC serta bagaimana data ini dapat menjadi bahan advokasi serta data dasar untuk strategi penanggulangan TBC yang sesuai kebutuhan gender.

Keempat, ‘Aisyiyah yang didaulat sebagai Ibu Negeri, terdiri dari orang-orang yang memiliki kekuatan dan komitmen untuk dapat berkontribusi bagi kemaslahatan ummat.  Sebagai masyarakat sipil, kita juga memiliki peran menekan, melakukan advokasi dan peran perjuangan politik. Pengalaman dan praktik baik perlu didiskusikan dan kita ambil kebaikan dari satu dan lainnya untuk menjadi Gerakan dalam eliminasi TBC di Indonesia. Noordjannah menekankan kembali bahwa ‘Aisyiyah telah dan akan terus berkontribusi untuk penanggulangan TBC di Indonesia.

Setelah resmi dibuka, acara ini dilanjutkan dengan diskusi panel yang dimoderatori oleh Program Manager PR TB ‘Aisyiyah yakni Tuti Alawiyah, MSSW, PhD. Diskusi panel diawali dengan materi Tantangan dan strategi terkait keberlanjutan program penanggulangan TBC berbasis komunitas secara mandiri yang disampaikan oleh Dra. Noor Rochmah Pratiknya sebagai Wakil Ketua Majelis Kesehatan PPA. Beliau menuturkan bahwa Organisasi Aisyiyah adalah organisasi keagamaan, kemasyarakatan dan Kesehatan yang sudah bergerak 1 abad lebih. Dalam hal ini, ‘Aisyiyah mendapatkan amanah dari Global Fund untuk mengelola program TBC sepanjang 17 tahun dengan proses pembelajaran dan praktik baik di berbagai wilayah di Indonesia.

Dengan berakhirnya kemitraan bersama Global Fund, ‘Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan akan terus bergerak untuk mengeliminasi TBC yang terintegrasi melalui Gerakan ‘Aisyiyah Sehat (GRASS). Hal tersebut sejalan dengan semangat perjuangan organisasi untuk meningkatkan derajat kesehatan berbasis pelayanan kesehatan dan komunitas sebagaimana tercantum pada Surat Al-Maun. Selain itu, juga pada Surat Al-Maidah ayat 32 yang mendasari ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dan melanjutkan upaya eliminasi TBC, yakni “Barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang maka dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”.

Noorjannah menuturkan kegiatan di Majelis Kesehatan untuk penyakit menular dari Pimpinan Pusat sampai level Daerah sudah ada termasuk penyakit menular diantaranya TBC dan akan bersinergi dengan Lazismu, ZIS, sponsorship dan lintas majelis perguruan Tinggi Aisyiyah dan Muhammadiyah serta amal usaha lainnya”.

Terkait keberlanjutan program Noorjannah menyampaikan terdapat praktik baik dari wilayah kerja ‘Aisyiyah berkaitan dengan penanggulangan TBC, yakni di Garut, Jawa Barat. Sejak akhir tahun 2017 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Garut mampu bergerak secara mandiri dengan membuat desa Siaga TBC melalui “Desa Qoryah Thoyyibah”, dapat mengelola kader TBC secara mandiri, bahkan menjadikan kader TBC sebagai kader teladan level nasional di tahun 2019, membuat rumah singgah yang bekerjasama dengan komunitas Profesi Arsitek Yayasan Hijau Nusantara [YAHINTARA]. PDA Garut tetap bersinergi dengan Persyarikatan melalui klinik Muhammadiyah dan berbagai pihak lain diantaranya Dinas Kesehatan, Balai Paru dan yang lainnya dalam program penanggulangan TBC hingga saat ini”.

Berkenaan dengan penanggulangan TBC berkelanjutan, PR TB ‘Aisyiyah menghadirkan Prof. Hilman Latief, M.A, PhD sebagai Ketua LAZISMU Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menyampaikan paparan bertajuk Potensi Kerjasama dengan LAZISMU dalam kerangka penanggulangan TBC.

Prof Hilman Latief

Beliau membuka sesi paparan dengan menyampaikan apresiasi untuk ‘Aisyiyah. “Sebuah achievment yang luar biasa untuk kerja-kerja ‘Aisyiyah di 20-30 tahun terakhir bergelut terlibat aktif dalam Penanggulangam TBC secara khususnya, dan jauh sebelum itu ‘Aisyiyah juga telah punya kontribusi besar dalam bidang kesehatan secara umum,” katanya.

Menurutnya, TBC menjadi masalah besar di berbagai negara, terutama negara berkembang. Tren masyarakat sipil untuk berkecimpung dalam isu kesehatan juga semakin tinggi. Selain itu, lembaga filantropi juga sudah banyak yang melihat kesehatan sebagai isu utama, yang mana pemenuhan terhadap kesehatan menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Dalam kerangka filantropi, kita bisa melihat bahwa isu TBC ini berkaitan erat dengan konteks sosial ekonomi sebagai dampak dari masalah kesehatan dan juga sebaliknya.

Prof Hilman menekankan bahwa TB is not only about heathcare, TB is also about awareness, about world view, perspektif how to understand reality, how to behave, termasuk juga gizinya, suplemennya seperti apa”.

Dengan berakhirnya kemitraan dengan Global Fund, maka diperlukan strategi keberlanjutan pengelolaan program penanggulangan TBC secara mandiri. Setidaknya terdapat 3 roadmap atau peta jalan yang mendasar yang perlu direncanakan untuk 5-10 tahun kedepan yaitu

Financial Roadmap, Healthcare Roadmap dan TB-Care Roadmap,” tutur Prof Hilman.

Hilman mengajak LazisMu tetap bermitra dengan TB Care ‘Aisyiyah dalam penanggulangan TB.

Selain melalui sumber dana filantropi, masyarakat sipil juga dapat mengakses sumber dana melalui kerjasama dengan pemerintah. Hal tersebut disampaikan oleh pembicara ketiga yakni Dr. Drs. Horas Mauritz Panjaitan, M. Ec. Dev yang merupakan Direktur Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri yang menyampaikan informasi terkait Akses Swakelola Tipe III dari APBD/APBN.

Horas membuka paparan dengan mengapresiasi kerja-kerja ‘Aisyiyah dalam penanggulangan TBC dan menyampaikan ketertarikan serta antusiasme untuk dapat bekerjasama lebih lanjut dalam mendukung upaya ‘Aisyiyah.

“Saya minta materinya Ibu Noor yah, sebagai bahan untuk akan ditindaklanjuti dalam setiap ada rapat membahas anggaran,” katanya.

Ia mengaku baru mengetahui adanya kasus TBC yang tinggi yang ditemukan ‘Aisyiyah. “Ada 10 % alokasi APBD untuk kesehatan, mengapa tidak bisa disediakan untuk TBC apalagi TBC termasuk dalam SPM, ajukan saja segera untuk 2021 kalau sudah sesuai dan anggarannya ada maka bisa diakses,” katanya.

Kaitannya dalam keberlanjutan program penanggulangan TBC oleh ‘Aisyiyah, Horas dengan penuh semangat menyampaikan bahwa Kemendagri siap mensupport dan menjembatani untuk ke daerah dalam musrenbang di desa di sesuaikan dengan Kebijakan desa masing-masing”

Dalam paparannya Horas juga menyampaikan tentang alur bagaimana organisasi masyarakat sipil dalam mengakses dana APBD di tiap Kabupaten/Kota melalui Swakelola Tipe III. Hal ini menjadi  peluang yang terbuka untuk setiap Pimpinan Wilayah/Daerah ‘Aisyiyah dalam menjalankan peran dan fungsinya pada upaya penanggulangan TBC.

Antusiasme peserta seminar terlihat dari keaktifan dalam sesi diskusi. Seminar Nasional ditutup oleh Tuti Alawiyah.“Seminar kali ini menjadi pencerahan awal yang perlu untuk ditindaklanjuti. Secara khusus, ‘Aisyiyah dapat melihat potensi kerjasama melalui Lembaga filantropi termasuk LAZISMU dan juga bagi masyarakat sipil secara umum dapat mengakses potensi dari pendanaan pemerintah melalui swakelola tipe III,” tutupnya. [Bunga, Rakhma & Evie]

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!