33 C
Jakarta

Agar Mendapatkan Calon Guru Berkualitas, LPTK Ditantang Batasi Jumlah Mahasiswa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Mahasiswa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memiliki daya kreativitas yang rendah. Ini bisa dimaklumi karena menjadi mahasiswa LPTK seringkali merupakan pilihan ke-3 masyarakat dalam menempuh pendidikan tinggi.

Hal tersebut terkuak pada Simposium Cendekia Kelas Dunia 2019 yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Kalaupun ada amasyarakat yang memilih kuliah di LPTK, semata-mata karena sekarang gaji guru sudah tinggi. Jadi bukan karena passion atau keinginan mahasiswa untuk menjadi guru.

Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti mengakui, untuk merekruit calon guru berkualitas memang bukan hal mudah.

“Kalau bicara soal rekruitmen mahasiswa calon guru, ini ibarat lingkaran setan. Disetiap kabupaten kota juga ada LPTK, ada IKIP,” kata Ali Ghufron.

Padahal apa gunanya menempuh pendidikan tinggi jika lulus bakal menjadi pengangguran. Dan ini banyak dijumpai pada mahasiswa lulusan LPTK.

Karena itu menurut Ali Ghufron harus ada keberanian dari pengelola perguruan tinggi LPTK untuk membatasi jumlah mahasiswa. Jika dibatasi, maka calon mahasiswa yang benar-benar minat terhadap profesi guru akan terseleksi dengan baik.

Tetapi lanjut Ali Ghufron, untuk memutuskan membatasi calon mahasiswa LPTK juga tidak mudah. Karena perguruan tinggi LPTK memang hidup dari mahasiswa melalui SPP yang dibayarkan.

“Jadi memang harus sama-sama berani, LPTK harus berani membatasi jumlah mahasiswanya,” jelas Ali Ghufron.

Hal sama sudah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran. Saat ini perguruan tinggi telah membatasi kuota mahasiswa kedokteran sehingga jurusan ini sangat ketat persaingannya.

“Untuk masuk ke kedokteran kan tidak mudah, kompetisi sangat ketat. Akibatnya mahasiswa yang terseleksi adalah benar-benar yang berkualitas dan memiliki passion bidang kedokteran,” jelas Ali Ghufron.

Kemenristekdikti sendiri telah menghitung jumlah kebutuhan guru di Indonesia mulai dari guru PAUD, SD, SMP, SMA dan SMK. Dilihat dari jumlahnya, saat ini diakui sudah berlebihan.

Karenanya harus ada keberanian dari pengelola perguruan tinggi LPTK untuk membatasi jumlah mahasiswanya atau menutup jurusan tersebut. Sebab kalau tidak ditutup maka produksi calon guru akan terus berlangsung.

“Dengan dibatasi maka nanti akan tercapai suppy dan demandnya. Jika sudah tercapai maka dengan sendirinya mahasiswa calon guru memiliki kompetensi yang sangat baik,” tukas Ali Ghufron.

Ali Ghufron juga mengingatkan agar perguruan tinggi tidak gampang membuka jurusan. Lakukan kajian sebaik mungkin saat akan membuka jurusan baru agar tidak menghasilkan pengangguran.

“Teknik saja, ada perguruan tinggi swasta yang memiliki 5 fakultas tehnik. Padahal di perguruan tinggi negeri seperti UI dan UGM saja Cuma punya satu fakultas tehnik,” tandas Ali Ghufron.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!