26.7 C
Jakarta

Baghdad Terus Bergolak, Pengunjuk Rasa Kembali Tewas

Baca Juga:

BAGHDAD, MENARA62.COM – Gelombang protes anti-pemerintahan Irak terus memakan korban. Kabar terbaru, seorang pengunjuk rasa ditembak mati di Baghdad, ibukota Irak, dan puluhan lainnya terluka di tengah aksi serupa di kawasan selatan negara itu.

Korban dalam bentrokan dengan pasukan keamanan tersebut adalah episode terbaru kekerasan dalam gerakan akar rumput dalam hampir dua bulan terakhir. Mereka menuntut reformasi total kelas politik dan pemerintahan Irak pimpinan PM Adil Abdul Mahdi yang telah menimbulkan kehancuran ekonomi.

Kemarahan publik Irak dipicu tingginya angka pengangguran, buruknya pelayanan publik, an pemerintahan yang korup. Menurut data Bank Dunia, satu dari lima orang Irak hidup di bawah garis kemiskinan, sementara pengangguran kaum muda melonjak hingga 25 persen.

Irak berada di peringkat produsen minyak mentah terbesar kedua OPEC. Tetapi, menurut Transparency International, Irak menjadi negara terkorup ke-12 di dunia. Sehingga, petro dolar yang dihasilkannya tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat negara berpenduduk sekitar 40 juta jiwa itu.

Aksi Paling Masif

Protes akar rumput yang meletus sejak 1 Oktober 2019 pun menjadi paling masif dan mematikan dalam beberapa dekade terakhir. Setidaknya 350 orang telah tewas dan sekitar 15.000 lainnya terluka sejak protes meletus pada 1 Oktober di Baghdad dan kawasan selatan dengan penduduk mayoritas Syiah.

Korban terakhir jatuh di Baghdad, Selasa (26/11/2019). Seorang pengunjuk rasa ditembak oleh peluru karet pada titik mematikan di dekat jembatan Al-Ahrar, yang mengarah ke Zona Hijau sebagai kompleks bangunan pemerintah dan kedutaan besar asing di tepi barat Sungai Tigris.

Peristiwa tragis itu berlangsung di tengah ban terbakar yang menghalangi jalan raya dan asap hitam tebal yang mengangkasa. Pasukan keamanan bertindak keras karena khawatir para pengunjuk rasa akan menyeberang dan menyerbu objek-objek vital di zona Hijau.

Pasukan keamanan menutup Jembatan Al-Ahrar dan menggunakan tembakan-tembakan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam untuk memukul mundur pengunjuk rasa.

Demonstran — kebanyakan dari mereka remaja — melempari batu dari belakang barikade darurat yang mereka buat dalam pertempuran sehari-hari dan telah mengubah jantung bersejarah Baghdad menjadi titik nyala. Banyak dari pemuda itu telah berada di sana selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa pulang.

“Kami tidak akan pergi kecuali jika ada di peti mati,” kata seorang pengunjuk rasa seperti dikutip laman Arab News dari AFP.

“Bagaimanapun, aku tidak punya pekerjaan, tidak punya uang, jadi apakah aku tinggal di sini atau pulang, semuanya tetap sama,” kata yang lainnya.

Dengan bendera tiga warna Irak yang diikatkan di pundaknya, dia melanjutkan dengan getir: “Aku tidak akan pernah bisa menikah tanpa pekerjaan atau gaji, jadi toh aku tidak punya keluarga dan tidak punya rumah.”

Bom asap berwarna meledak di sekeliling mereka, memenuhi jalan-jalan bertiang dengan oranye, hijau, dan ungu. Menurut sumber medis, bentrokan kali ini menyebabkan 18 demonstran lainnya terluka di dekat Al-Ahrar.

Di Irak selatan, para pengunjuk rasa juga membakar ban di sepanjang jalan raya di luar kota Diwaniyah, memblokade jembatan utama dan salah satu dari tiga pembangkit listrik provinsi. Kerumunan massa berbaris melalui jalan-jalan, merobohkan poster-poster politisi dan memukulinya dengan sepatu sebagai penghinaan. “Sudah dua bulan, kami muak dengan janji-janji Anda,” teriak mereka.

Sekolah dan bangunan umum telah ditutup di Diwaniyah selama sebulan terakhir oleh pemogokan dan penutupan jalan. Tetapi, di sini, pertempuran dengan polisi anti huru hara jarang terjadi.

Di dekat Hillah, aksi damai berlangsung dalam semalam. Pasukan keamanan menembakkan granat gas air mata pada pengunjuk rasa dan melukai sekitar 60 orang.

Sementara demonstran dan pasukan keamanan di kota suci Syiah Karbala saling melemparkan bom molotov. Pertempuran malam hari telah menjadi rutin di kota itu, tetapi pada Selasa kearin mereka melanjutkan ke tengah hari dan tembakan langsung terdengar di sore hari.

Di Dhi Qar, arteri yang menghubungkan kota-kota utama dan tiga ladang minyak Garraf, Nasiriyah, dan Subba, ditutup. Bentrokan dengan polisi menjaga ladang membuat 13 petugas terluka. Tiga ladang minyak tersebut menghasilkan sekitar 3,6 juta barel per hari.

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!