SOLO, MENARA62.COM – Ikatan Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (IKA UMS) kembali menggelar Ultimate Talk edisi ke-4 bertajuk “Pemimpin Muda, Solusi Bangsa: Membangun Kepemimpinan Kolaboratif dan Inklusif,” Sabtu (21/6).
Diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting, kegiatan ini menghadirkan empat narasumber dari kalangan alumni dan akademisi lintas sektor untuk memberikan perspektif tentang kepemimpinan muda di era disrupsi.
Empat pembicara utama dalam kegiatan ini yakni Prof. Farid Wajdi, S.E., M.M., Ph.D. (Direktur Sekolah Pascasarjana UMS), Anung Anindita (Chief of Mercer Consultant), Tyo Guritno (Chairman of Inspigo), dan Widyanto Eko Nugroho (Aparatur Sipil Negara). Keempatnya menyoroti pentingnya nilai kolaborasi, inklusi, kesadaran diri, dan peran strategis pemuda dalam menjawab tantangan bangsa. Acara ini dipandu oleh Dr. Tutut Handayani, M.Psi., Psikolog, dan ditutup dengan *Closing Insight* oleh Wakil Rektor III UMS, Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag.
Pemateri Pertama, Farid Wajdi, menggarisbawahi urgensi kepemimpinan muda yang tangguh dalam merespons isu global seperti krisis iklim, transformasi digital, dan polarisasi politik. Ia menekankan bahwa pemimpin masa kini harus berani mendengarkan rakyat dan berpikir keberlanjutan.
Ia juga mengingatkan tentang rendahnya kepercayaan generasi muda terhadap elite politik yang berisiko menimbulkan defisit regenerasi.
“Jangan tunggu diberi panggung, bangunlah panggungmu sendiri,” tegas Farid sambil mengajak generasi muda menjadi aktor perubahan, bukan sekadar objek kebijakan.
Pemateri ke dua, Anung Anindita, dalam paparannya menjelaskan pentingnya kepemimpinan inklusif dalam dunia kerja yang makin beragam. Menurutnya, inklusivitas bukan sekadar keberagaman, tapi bagaimana seorang pemimpin menciptakan budaya kerja yang menghargai perbedaan dan mendorong potensi individu.
Menurutnya pemimpin inklusif harus mampu berpikir strategis terhadap perbedaan budaya, karakter, dan organisasi.
“Inklusi memungkinkan terciptanya performa dan pertumbuhan berkelanjutan,” tegasnya, sembari menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan transformasi (transformation) dalam bisnis.
Pemateri selanjutnya, Tyo Guritno, mengangkat tema pentingnya self-awareness dan kesiapan menghadapi revolusi kecerdasan buatan (AI).
Ia menegaskan bahwa yang mampu bertahan dalam dunia kerja kedepan bukanlah yang pintar secara akademik, melainkan yang cepat belajar, adaptif, dan mengenali jati diri.
“Kenali nilai hidupmu, kekuatanmu, dan apa yang membuatmu unik. Karier itu bukan kebetulan, tapi perjalanan yang dirancang secara sadar,” ujarnya.
Ia juga mendorong mahasiswa untuk membaca job description secara lebih reflektif dan menyusun CV yang selaras dengan nilai pribadi.
Pemateri terakhir, Widyanto Eko Nugroho, seorang ASN sekaligus alumni UMS, menutup sesi materi dengan menegaskan bahwa persoalan bangsa bersifat lintas sektor dan kompleks.
Ia mengajak pemuda untuk mengambil peran secara sadar dan strategis melalui pendekatan OPOR ILAT yang terdiri dari Ownership, Positioning, dan Roles. Ia mencontohkan inisiatif “Gerakan Surau Bersih” yang digagas IKA UMS sebagai wujud konkret kontribusi alumni dalam menyelesaikan masalah sosial.
“Menjadi pemimpin berarti mengambil peran secara sadar, baik sebagai pemain inti, pendukung, maupun suporter. Semua penting selama punya niat memberi dampak,” tutupnya. (*)