YOGYAKARTA,MENARA62.COM – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Muhammadiyah adalah pelopor gerakan kewirausahaan sosial (social entreprise) di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Haedar Nashir dalam “Launching Buku dan Talkshow Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) pada Senin (13/1/2025).
“Muhammadiyah sejak awal menunjukkan keterkaitan erat antara gerakan dakwahnya dengan kawasan-kawasan wirausaha di Indonesia. Pertumbuhan Muhammmadiyah pada era KH Ahmad Dahlan tahun 1912, dengan berkembangnya ranting dan cabang di seluruh tanah air, itu rata-rata berkolerasi dengan kawasan-kawasan entrepreneur. Di Kotagede, Klaten, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Semarang, Pekalongan, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Padang Panjang, Makassar, sampai kawasan-kawasan lain itu rata-rata kawasan wirausaha,” katanya.
Haedar Nashir menjelaskan, semua Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi dibangun dengan semangat kemandirian dan efesiensi.
“Maka kalau lihat amal usaha kita semua itu mandiri. Di hampir semua kawasan, rata-rata kita memiliki 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah, 124 rumah sakit, 363 klinik di seluruh Indonesia, lembaga-lembaga sosial itu juga dibangun atas kemandirian,” paparnya.
Kendati demikian, imbuhnya, Muhammadiyah selalu terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun, termasuk pemerintah. “Bahwa ada kerja sama dengan pemerintah untuk beberapa tempat dan lokasi, itu bagian dari semangat pemerintah memandang Muhammadiyah sebagai mitra kerja strategis untuk bangsa,” tegas Haedar Nashir.
Di samping itu, Haedar Nashir menegaskan akan pentingnya peran generasi muda dalam memperkuat kewirausahaan di Muhammadiyah. “Saya mengajak seluruh pihak untuk mendidik dan membekali anak-anak muda agar memiliki jiwa wirausaha yang tangguh dan berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu juga menekankan bahwa dalam dunia kewirausahaan, keseimbangan antara keberlanjutan duniawi dan kesejahteraan akhirat. “Agama mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan di dunia, tetapi tidak melupakan kehidupan di akhirat. Berbuat baiklah di dunia sebagaimana Tuhan berbuat baik padamu, dan jangan sekali-kali merusak. Inilah prinsip yang selama ini dipegang oleh Muhammadiyah dalam mengelola amal usahanya,” pungkasnya. (*)