26.2 C
Jakarta

Jadi Pemateri Workshop di UIA, Dosen UHAMKA Dr. Nurlina Rahman Berikan Tips Jitu Atasi Glossophobia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pernah mendengar istilah glossophobia? Ini adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang mengalami ketakutan bicara di depan publik. Orang dikatakan menderita glossophobia jika saat bicara di depan publik merasa sangat tidak nyaman, gugup, bahkan panik saat harus berbicara di depan banyak orang atau kelompok. 

Apakah glossophobia bisa dihilangkan? Pakar Public Speaking yang juga Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Dr. Hamka (UHAMKA) Dr. Nurlina Rahman, S.Pd, M.Si menyampaikan bahwa sejatinya semua orang mengalami perasaan gugup saat akan tampil di muka publik baik sebagai public speaking (berpidato), presentasi, ceramah/dakwah, kampanye maupun menjadi pembawa acara.

“Public speaking merupakan salah satu contoh penerapan dari seni bicara atau retorika,” ujar Nurlina yang juga menjabat sebagai Wakil Ketuaa Lembaga Seni Budaya (LSB) PWM DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua Afiliasi Pengajar, Peneliti, Bahasa Sastra, Komunikasi, Seni dan Desain (APEBSKID) Komisariat DKI Jakarta.

Meski tidak boleh diabaikan, namun glossophobia bisa diatasi jika memahami ilmu public speaking.

“Pada sebagian orang misal karena faktor bawaan (genetic) atau ada trauma, tentu mengatasi perasaan gugup tidak mudah. Namun umumnya orang bisa mengurangi kecemasan dengan beberapa latihan teknik public speaking dan mengatur pernafasan,” kata Nurlina saat menjadi pemateri dalam kegiatan Workshop bertema Pendidikan Islam Inklusif dan Skill Komunikasi di Era Digital yang digelar di Kampus 1 Gedung Alawiyah, Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta pada Sabtu (3/5/2025). Kegiatan Workshop tersebut diikuti 90 mahasiswa.

Dr Nurlina Rahman berfoto bersama peserta workshop di UIA Jakarta (ist)

Mengapa teknik public speaking menjadi sangat penting dikuasai sebelum tampil di muka publik? Nurlina menyebut bahwa public speaking adalah bentuk komunikasi lisan pembicara kepada audiens, baik secara langsung maupun melalui media. “Keterampilan public speaking yang baik akan melibatkan kemampuan untuk menyampaikan informasi secara jelas, menarik, dan meyakinkan, serta kemampuan untuk mengelola interaksi dengan publik/audiens,” lanjut Nurlina.

Karena itu, sebelum tampil di depan publik, seseorang harus melalui tahapan persiapan termasuk menganalisa kebutuhan audiens, mempelajari tingkat atau level pengetahuan, attitude audiens yakni bagaimana perasaan mereka mengenai topik tersebut. Dan terakhir adalah informasi demografis termasuk di dalamnya adalah usia, jenis kelamin, kultur, dan bahasa dari anggota audiens. “Karena semua berkaitan dengan gaya komunikasi yang akan digunakan dalm berinteraksi dengan audiens,” paparnya.

Nurlina mengatakan terdapat 4 aspek penting yang harus disiapkan seseorang sebelum tampil di depan publik. Pertama adalah pemilihan topik di mana topik pidato harus disukai, familiar, menarik minat khalayak. Ibaratnya seorang pembicara harus seperti pemancing ikaan, memberi umpan sesuai dengan apa yang disukai ikan. Begitu juga dengan public speaker, harus mampu memberikan apa yang disukai audiens.

Kedua adalah menetapkan tujuan, apakah bertujuan persuasif, informatif, entertainmen, atau teraupetis. Ketiga, mengenali khalayak, apakah khalayak sudah tahu tentang topik tersebut, relevan bagi mereka, kenali karakteristik demografis, dan psikografis khalayak.

Dan aspek keempat adalah mencari bahan/materi. Bahan harus memperkuat presentasi misal berupa data, temuan riset, cerita, testimoni, kutipan, contoh pengalaman, baik dalam bentuk powerpoint slide, video, gambar atau audio.

Mengutip pandangan Aristoteles, kata Nurlina, terdapat tiga dimensi penting public speaking yakni persiapan (inventio) yang meliputi pemilihan topik, kenali khalayak, kumpulkan bahan. Lalu penyusunan (dispositio) yang meliputi pemiilihan gaya penyampaian (outline style), menyiapkan pembukaan (exordium), menyiapkan penutup (peroration), dan visualisasikan.

Kemudian penyampaian (elucatio, memoria, actio) meliputi gaya, visualisasi dan relaksasi, latihan, datang lebih awal, pelajari panggung dan situasi, gunakan palm card.

Kaprodi PAI Pendidikan Agama Islam UAI sekaligus Ketua Panitia Dr. Sutiono menyerahkan penghargaan kepada Dr Nurlina Rahman

Dalam kesempatan tersebut Nurlina juga memberikan tips-tips bagaimana cara membuka pidato atau public speaking, teknik menyampaikan, hingga cara menutup pidato atau public speaking. Materi tidak hanya disampaikan dalam bentuk teori, namun para peserta workshop juga berkesempatan untuk berpraktik langsung sebagai public speaker.

Ketua Prograam Studi Pendidikan Agama Islam UIA sekaligus Ketua Panitia Workshop UIA Dr. Sutiono AZ M.Pd menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada pemateri public speaking Nurlina Rahman. Menurutnya materi yang disampaikan pemateri sangat berkesan terutama bagi mahasiswa yang sedang belajar public speaking. “Terimakasih sharing ilmunya, semoga bermaanfaat bagi para mahasiswa kami,” katanya.

Selain Nurlina Rahman, tampil sebagai narasumber workshop adalah Abdul Hamid, Lc.M.Kom.I, Ph.D, Dekan Fakultaas Agama Islam UIA, Dr Kusnaeni M.Pd, Dosen Prodi PAI Universitas Islam Jakarta, dan Dr. Badrah Uyuni, MA, Sekretaaris Pascasarjana FA-UIA).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!