26.1 C
Jakarta

Kampanyekan Sekolah Rusak, Kreator dari DAN Indonesia Melaju ke Young Spikes Asia Pasifik 2019

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Idenya dari melihat kondisi bangunan sekolah yang rusak. Gedung-gedung sekolah di Indonesia ternyata banyak yang tidak layak akibat rusak mulai dari tingkat ringan, sedang hingga berat.

Untuk merenovasi semua gedung sekolah, tentu pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada partisipasi masyarakat terutama dari segi pendanaan. Mengingat dana yang dibutuhkan lumayan besar.

Tetapi bagaimana mengajak masyarakat berpartisipasi pada pembangunan sekolah yang rusak? Juan Ferdinand dan Margaretha Regine Anjanette, dari Denstu X Indonesia kemudian membuat kampanye melalui platform digital. Kampanye bertajuk #JajaninAnakSekolah tersebut intinya mengajak masyarakat berdonasi untuk memperbaiki sekolah yang rusak.

Ajakan donasi sekolah rusak dilakukan dengan memanfaatkan spotlight online food yang saat ini tengah menjadi tren. Para pecinta makanan atau disebut foodies diajak untuk membelikan sesuatu yang bermanfaat bagi sekolah setelah mereka memesan makanan yang diinginkan melalui platform food online seperti gofood dan grabfood.

“Nilainya tidak perlu besar. Jika setiap pemesanan makanan melalui online ada dana yang disisihkan foodies, maka jumlahnya tentu sangat besar. Dan dana ini bisa digunakan untuk membeli bahan material guna membangun sekolah rusak,” kata Juan.

Ide #JajaninAnakSD tersebut tak berbeda jauh dengan ide kampanye #SekolahAman. Kreativitas dari Firtiza Octalia dan Emely Florentyana, dari Isobar Indonesia tersebut juga mengajak masyarakat berpartisipasi merenovasi sekolah yang rusak. Renovasi sekolah ini penting agar anak merasa aman dan nyaman saat belajar di ruang kelas.

Kampanye #SekolahAman Expres berlatar belakang pada fakta bagaimana masyarakat menginginkan sesuatu yang serba cepat.

“Maka dari itu, untuk mempercepat #SekolahAman, tim mencetuskan sebuah cara donasi yang mudah tanpa harus mengusik waktu berharga para donator,” kata Firtiza.

Kampanye #SekolahAman memanfaatkan sesuatu yang tak mungkin luput dari proses belanja online yakni memilih jasa kurir dengan hanya menambahkan Rp5000 per pengiriman barang. Dengan Rp5000 yang dkumupulkan tersebut, semua akan didonasikan pada #SekolahAman.

Tidak hanya itu, Firtiza mengatakan untuk membuat public sadar akan issue #SekolahAman dan untuk memperoleh donasi yang lebih banyak, aka nada info grafik serta QR code yang akan dicantumkan pada kemasan paket dan kendaraan kurir.

Baik ide #JajaninAnakSD maupun #SekolahAman merupakan dua karya yang berhasil memenangkan ajang Young Spike Indonesia 2019. Ide #JajaninAnakSekolah mewakili kategori digital dan #SekolahAman mewakili kategori integrated. Ajang yang berlangsung 6 September 2019 lalu, diikuti sekitar 80 karya kreatif dari berbagai agen periklanan.

Tim juri menilai ide-ide tersebut tergolong baru, mudah diseksekusi sehingga bisa dijadikan solusi atas persoalan social yang ada. Tak hanya itu, kedua ide tersebut juga dinilai fleksibel untuk dikembangkan dilini komunikasi lainnya agar dapat menjangkau lebih banyak orang.

“Dengan diraihnya penghargaan tersebut maka kedua tim yang berasal dari DAN Indonesia selanjutnya berhak mewakili Indonesia pada ajang Young Spikes Asia-Pasifik yang berlangsung di Singapura,” kata Maya Watono, CEO Dentsu Aegis Network Indonesia, Senin (23/9/2019).

Maya mengakui untuk bisa lolos dan berkompetisi pada Young Spikes tingkat Asia-Pasifik bukanlah hal yang mudah. Karena pada ajang tersebut Indonesia akan menghadapi lawan-lawan berat yang memang sudah ahli dibidang advertising seperti Singapura, Jepang dan Australia.

“Kuncinya harus percaya diri bahwa kita mampu sejajar dengan Negara-negara lain,” lanjut Maya.

Senada juga dikemukakan Wisnu Satya Putra, pemenang Gold Young Spikes 2014 di Asia Pasifik. Anak-anak muda Indonesia sebenarnya memiliki ide-ide dan kreativitas yang tidak kalah menariknya dengan anak-anak muda dari Negara-negara lain. Karena itu peluang untuk bisa menang dalam ajang Young Spikes Asia Pasifik amat besar.

Hanya saja, kadangkala tim Indonesia sudah jatuh mental sebelum maju bertanding saat peserta dari Negara lain menganggap remeh, memandang sebelah mata terhadap tim Indonesia.

“Jadi perbaiki mental sebelum maju ke tingkat Asia Pasifik agar sukses 2014 yakni Gold Young Spikes Asia Pasifik bisa kita ulang lagi,” jelas Wisnu.

Selain mental, peserta juga harus memiliki tingkat penguasaan bahasa Inggris yang sangat baik. Karena Bahasa Inggris menjadi kunci utama bagaimana mengkomunikasikan ide-ide dari tim kepada dewan juri.

Sejak memenangkan emas pada ajang Young Spikes Asia Pasifik, karier Wisnu dibidang industry komunikasi pemasaran terus melesat. Kini, tepatnya 5 tahun setelah memenangkan ajang tersebut Wisnu sudah memimpin 120 staf di kantor Isobar Indonesia.

Indonesia sendiri pernah meraih Gold Young Spikes di Asia Pasifik pada 2014 lalu. Sayangnya prestasi tersebut tidak berlanjut. “Saya berharap tahun ini bisa mengulang sukses emas,” lanjutnya.

Sementara itu Janoe Arijanto, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Pusat mengatakan keikutsertaan Indonesia dalam Young Spikes tingkat Asia sangat strategis ditengah perubahan yang cepat dan luas di industry komunikasi pemasaran. Karya-karya mereka telah menunjukkan semangat inovasi, meng-embrace wilayah digital baru dan fondasi local insight yang kuat.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!